- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Pola Parenting Yang Tepat Untuk Mendidik Anak Menurut Psikolog<\/a><\/h3>
Parenting secara harfiah, arti parenting adalah pengasuhan anak. Dengan demikian, parenting style bisa dimaknai sebagai pola asuh anak. Menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam Jurnal Frontiers In Psychology, pengertian parenting menurut para ahli adalah sikap dan perilaku orangtua terhadap anak-anak beserta perasaan emosional di mana perilaku orangtua dapat diekspresikan. Selain itu, sebagian para ahli lain juga memiliki pandangannya tersendiri terkait arti parenting. \n\n Ilmu pengasuhan atau parenting edukasi yang dilakukan orang tua untuk menyiapkan anak memiliki kompetensi yang dibutuhkan agar siap hidup di masyarakat. Dengan dilandasi oleh pemikiran akan pentingnya fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anak serta pentingnya keterhubungan orang tua dengan lembaga pendidik. \n\n \n\n Mengapa Ilmu parenting itu penting untuk orang tua ? Berikut penjelasannya : \n\n \n \n \n Membantu dalam mendidik serta mengasuh anak anda secara baik dan benar \n Membantu mengenal pribadi anak \n Meningkatkan kepercayaan diri sebagai orang tua \n Menguasai dasar-dasar pengasuhan anak \n Membantu anda dalam mengatasi masalah anak anda \n Membantu anda untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab \n \n \n \n\n \n\n Pola asuh anak yang dilakukan orang tua bisa berubah-ubah tergantung dari berbagai faktor.Misalnya, orang tua yang mempraktikkan uninvolved parenting bisa saja tidak melakukan pola asuhnya dengan sengaja, tapi karena ada faktor lain yang mempengaruhi, seperti kesehatan mental yang butuh perawatan dan harus bekerja siang malam demi menghidupi keluarga. \n\n \n\n Berikut merupakan jenis – jenis pada pola asuh parenting, yaitu : \n\n \n Authoritarian parenting (pola asuh otoriter) \n \n\n \n\n Merupakan orang tua yang menjalani pola asuh otoriter, memastikan anaknya mengikuti semua aturan ketat dari ayah dan ibunya. Jika anak gagal mengikuti aturan, hukuman tegas biasanya akan langsung diberikan. \n\n \n\n \n Authoritative parenting (pola asuh otoritatif) \n \n\n \n\n Meruapakan sama seperti orang tua yang menganut pola otoriter, ayah dan ibu yang menjalani pola asuh otoritatif juga berekspektasi anaknya mengikuti aturan mereka. Namun, secara garis besar, gaya parenting ini jauh lebih demokratis.Orang tua otoritatif mau mendengarkan pertanyaan anak dan responsif terhadap segala hal yang dilakukan mereka.Orang tua yang menganut pola asuh ini memang memiliki ekspektasi yang tinggi pada anak, tapi di saat yang bersamaan juga memberikan dukungan, kehangatan, dan berinteraksi dengan anak, \n\n \n\n \n Permissive parenting (pola asuh permisif) \n \n\n \n\n Orangtua yang menjalani pola asuh permisif mempunya ciri-ciri sebagai berikut : \n\n \n\n \n Sangat jarang atau bahkan tidak pernah memiliki ekspektasi tertentu pada anak \n Jarang mendisiplinkan anak \n Responsif terhadap hal-hal yang dialami anak \n Sifatnya nontradisional dan memberikan banyak kelonggaran pada anak \n Cenderung menghindari konfrontasi \n Komunikatif \n Lebih banyak memposisikan diri sebagai teman bagi anaknya. \n \n\n \n\n \n Uninvolved parenting (pola asuh membiarkan) \n \n\n \n\n Merupakan pola asuh yang terakhir adalah pola asuh membiarkan atau uninvolved parenting. Orangtua yang menjalaninya hampir tidak memiliki ekspektasi untuk anaknya.Mereka juga tidak responsif dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan anak.Meskipun orang tua tersebut tetap memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti menyediakan tempat tinggal yang layak, makanan yang cukup, dan uang untuk keperluan sekolah dan lain-lain mereka tidak terlibat dalam kehidupan buah hatinya. \n\n \n\n \n Overprotective parenting (pola asuh overprotektif) \n \n\n \n\n Overprotective parenting ditandai dengan orangtua yang terlalu sering mengarahkan atau mengontrol tindakan anak mereka. Orangtua yang overprotektif ingin memastikan kesejahteraan anak, tetapi upaya mereka dapat mengganggu atau bahkan merugikan buah hatinya.Pola asuh ini dinilai bisa memicu masalah dalam keluarga dan menghambat perkembangan anak secara keseluruhan. \n\n \n\n \n\n Adapun positif parenting adalah pola asuh yang dilakukan dengan cara menerapkan prinsip suportif, konstruktif, dan menyenangkan.Suportif artinya memberi perlakuan yang mendukung perkembangan anak. Sementara itu, konstruktif berarti bersikap positif dengan menghindari kekerasan atau hukuman dan dilakukan dengan cara yang menyenangkan. \n\n \n\n Prinsip dari pengasuhan positif ini, yakni Anda mengajarkan anak disiplin dengan tidak memberinya hukuman. Namun, justru dengan cara memberitahu anak mana perilaku yang salah dan benar.Ia percaya bahwa anak-anak memiliki kebutuhan yang nyata untuk merasa terhubung dengan orang-orang di sekitar mereka.Ketika anak-anak berada di lingkungan yang responsif dan interaktif, mereka cenderung akan lebih berkembang. \n\n \n\n \n\n Pola asuh anak ini perlu dilakukan oleh setiap orangtua dalam memberikan dukungan untuk kesuksesannya pada masa depan.Jadi, wajar saja jika pada awalnya Anda merasa ragu apakah pendekatan ini akan berjalan dengan lancar dan efektif untuk mendidik anak.Namun, hal ini lebih baik bila dibandingkan dengan konsep yang memberi hukuman agar anak menuruti orangtua. \n\n \n\n Bagaimana cara melakukan positive parenting ? \n\n \n\n Prinsip dasar positive parenting ialah menghargai anak dan membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri serta bertanggung jawab. \n\n \n\n Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda lakukan saat menerapkan positive parenting : \n\n \n\n \n Menetapkan batasan \n Menciptakan lingkungan yang nyaman \n Memahami perasaan anak \n Hindari menghukum anak \n Bersikap tegas \n \n\n \n\n Kesimpulan : \n\n Dengan positive parenting, anak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, seperti percaya diri, mandiri, disiplin, bertumbuh sesuai dengan usianya tanpa ada tekanan, serta bebas dari intimidasi dan rasa takut. Apabila ingin berkonsultasi dengan Psikolog untuk jadwal dapat menghubungi 0821-3552-2454 \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 21 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Parenting with Love and Logic<\/a><\/h3>
Kesalahan parenting apa yang sering dilakukan orang tua saat ini? \n\n Para orang tua saat ini sering kali menggunakan teknik parenting yang digunakan oleh orang tua mereka sebelumnya untuk digunakan menghadapi anak – anak zaman sekarang. Cara parenting tersebut mungkin cocok pada masanya, tapi untuk diterapkan pada anak zaman sekarang mungkin berbeda. Pada masa ini, anak terbiasa dengan internet, handphone, bias berkomunikasi dengan siapapun dan dimanapun. Cara anak zaman sekarang memandang dunia berbeda dengan kita dahulu. Anak – anak milenial dipaksa untuk tumbuh dengan cepat, sehingga mereka pun perlu diajarkan sejak dini mengenai bagaimana menghadapi berbagai tantangan dan kondisi hidup di era teknologi ini. Di sinilah saya mencoba untuk sharing tentang Teknik parenting menggunakan cinta dan logika. \n\n Apakah ada tahapan dalam parenting? Apa saja tahapannya? \n\n \n 0 – 5 tahun : disiplin \n 6 – 12 tahun : training \n 13 – 17 tahun : coaching \n 17 tahun keatas : friendship \n \n\n Apa itu parenting with Love and Logic? \n\n Pengasuhan yang efektif adalah pengasuhan yang tentu penuh cinta. Tapi di sini, ‘cinta’ yang dimaksud bukanlah cinta yang permisif (memanjakan), bukan juga cinta yang menoleransi rasa tidak hormat antara anak pada orang tuanya. Rasa ‘cinta’ yang dimaksud disini adalah rasa cinta yang cukup kuat untuk membiarkan anak – anak mereka melakukan kesalahan dan membiarkan mereka menghadapi konsekuensi dari kesalahan tersebut. Dan rata – rata kesalahan yang dilakukan memiliki konsekuensi yang logis (sebab – akibat). \n\n Bagaimana cara melakukan parenting dengan Love and Logic? \n\n Sering kali tanpa disadari terdapat dua hal yang sering terpikir oleh orang tua, padahal kurang tepat, diantaranya: \n\n \n “Kamu belum mampu melakukannya, nak. Biar ibu/ayah yang melakukannya” \n \n\n Berpikir bahwa rasa ‘sayang’ itu berarti mereka harus selalu ada dan terlibat dalam hidup anak – anak mereka. Mereka sangat menjaga buah hatinya agar tidak mengalami kesulitan. Hingga akhirnya, tanpa sadar orang tua mengambil kesempatannya untuk belajar menghadapi dan mencari solusi dari persoalan hidup sehari – hari yang bahkan mungkin sangat sederhana. \n\n \n “Pasti sulit untuk memikirkan itu sendiri ya. Biar ibu/ayah yang memikirkannya. Lakukan saja apa yang kami sampaikan” \n \n\n Berpikir bahwa semakin mereka mengatur dan mengontrol apapun yang akan dilakukan anak, maka mereka akan semakin tahu apa yang benar untuk dilakukan. Pada sebagian besar kasus, anak justru tumbuh menjadi seperti ‘robot’. Dimana jika tidak ada instruksi, ia akan kebingungan terkait apa yang harus dilakukan. Pengambilan keputusan, memilah mana yang baik dan buruk, serta membayangkan konsekuensi dari tindakan yang diambil merupakan hal yang sulit dilakukan. \n\n Lalu, apa yang sebaiknya saya lakukan sebagai orang tua ya? Berikut beberapa tips parenting yang mungkin dapat diterapkan dalam keseharian untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak : \n\n \n “Silahkan ambil keputusanmu sendiri. Tidak apa – apa kok nak kalau sesekali kamu melakukan kesalahan” \n \n\n Orang tua perlu memberi kesempatan bagi anaknya untuk belajar mengambil keputusan secara mandiri, dimana hal ini berarti sang anak dapat mengambil keputusan yang benar ataupun yang salah. Semakin banyak pengalaman anak dalam mengambil keputusan secara mandiri, maka ia akan semakin terlatih untuk memilah mana yang baik dan yang buruk. \n\n Pengalaman ini akan sangat baik bila banyak diberikan saat masih berusia SD, dimana dirinya masih dibawah pengawasan orang tua. Seiring berjalannya waktu, anak akan tumbuh semain dewasa dan memiliki kendali dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap hidupnya. Latihan dan pengalaman di masa kecil untuk mengambil keputusan secara bijak akan sangat penting bagi kehidupannya di masa dewasa. \n\n \n “Setiap keputusanmu selalu ada konsekuensinya nak” \n \n\n Harga yang perlu dibayar anak kita untuk mempelajari tentang kehidupan pertemanan, akademik/sekolah, interaksi dengan orang lebih tua, ataupun tanggung jawab atas tugas – tugasnya saat ini adalah harga yang termurah. Semakin dewasa anak, maka semakin besar pilihan yang perlu diambil, serta semakin berat konsekuensi yang perlu ditanggung. \n\n Biarkan buah hati menghadapi konsekuensi atas keputusan yang diambilnya saat ini, serta belajar atas pengalaman tersebut. \n\n \n “Ibu/ayah peduli padamu, tapi bukan berarti kami harus selalu menjaga di sampingmu” \n \n\n Sayang dan peduli pada anak kita bukan berarti selalu mendampingi dan menjaga mereka dari setiap persoalan semasa hidupnya. Tentu, rasa sayang dan peduli orang tua pada anak saat bayi adalah menjaganya sepanjang hari. Namun, berbeda saat anak sudah semakin beranjak dewasa. Perlahan orang tua perlu mempersilahkan buah hati menghadapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri. \n\n Komunikasi antara orang tua dan anak merupakan kunci penting! \n\n Contoh kasus : \n\n Misalnya, ketika dia menolak untuk mengerjakan tugas setelah diajak beberapa kali oleh orang tua, maka biarkan ia bertanggung jawab atas keputusannya dan menghadapi pengalaman “dihukum” oleh guru di kelas. Kita sebagai orang tua pasti merasa tidak nyaman melihat sang buah hati kesulitan saat ini, tetapi tentu akan lebih sulit saat melihat mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri nanti. \n\n Apa kelebihan dari parenting with Love and Logic? \n\n Dengan melakukan parenting menggunakan cinta dan logika, anak akan tumbuh menjadi sosok yang bertanggung-jawab atas dirinya sendiri. Ia terbiasa untuk berpikir logis bahwa kalau saya melakukan ini, akan ada konsekuensi tertentu yang saya terima. Anak pun jadi punya control sendiri terhadap hidupnya. Ia pun juga berusaha mandiri untuk menyelesaikan hal – hal yang terjadi dalam hidupnya. \n\n Apabila cara parenting ini sudah dilakukan sejak dini, maka anak pun akan bias melindungi dirinya sendiri dari perilaku – perilaku yang buruk, berbahaya, atau merugikan dirinya sendiri. Dimana kita ketahui bahwa saat ini zaman sudah berubah. Hal – hal negative seperti obat – obat terlarang, pertemanan yang mungkin mengarah ke kegiatan yang kurang positif, konten video dewasa dan sebagainya sudah sangat mudah ditemui. Maka bekal baik yang bisa orang tua berikan agar anak kita dapat hidup dengan Bahagia kelak adalah dengan mempersiapkan mereka untuk bias secara memilah mana yang baik dan buruk, serta mengontrol dirinya untuk memilih perilaku yang bermanfaat untuk dirinya. \n\n Tips parenting bagi orang tua? \n\n Tantangan bagi orang tua sesungguhnya adalah untuk menyayangi sang anak hingga memperbolehkan mereka mengalami kegagalan, yang kemudian mendampingi untuk bangkit dan belajar memperbaiki kesalahannya, agar menjadi individu yang semakin baik. \n\n Jangan ambil alih kesempatan anak untuk belajar melalui sering membantu dan mengerjakan tugas – tugasnya, konsisten dan seragam antara ayah dan ibu terkait cara pengasuhan yang diberikan pada anak, orang tua tetap terus memonitoring apa yang dilakukan anak. Arahan tetap bisa dilakukan melalui diskusi dua arah, bukan perintah atau nasihat yang sifatnya satu arah, jangan terlalu banyak memberikan kritik atau komentar negative, seimbangi dengan apresiasi atas usaha yang sudah dilakukan anak. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 21 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>