- Hermina Soreang<\/a><\/li>
- 24 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
TB Si Penyakit Paru yang Berbahaya<\/a><\/h3>
Tahukah Kamu, Apa itu Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) ? \n\n \n\n Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi tertua yang melekat sepanjang sejarah peradaban manusia dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia sampai hari ini. \n\n Sudah lama diketahui, TB dapat mengakibatkan kerusakan destruktif jaringan paru pasiennya. Bisa saja, kerusakan ini tidak pulih sepenuhnya meski pasien telah sembuh dari TB dan kumannya sudah tidak ada lagi. \n\n Kondisi klinis tersebut adalah merupakan gejala sisa pada pasca Tuberkulosis berupa gangguan obstruksi yang disebut dengan Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT). \n\n \n\n Apa itu SOPT ? \n\n Sindrom Obstruktif Pasca Tuberkulosis (SOPT) adalah obstruksi jalan napas yang timbul setelah tuberculosis (TB) akibat mekanisme imunologi selama proses TB. Pada sebagian penderita TB, secara klinik timbul gejala sesak nafas terutama pada aktivitas, gambaran radiologi menunjukkan gambaran bekas TB (klasifikasi, fibrotik) yang minimal, dan uji faal paru menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang tidak reversibel. \n\n Kelompok penderita tersebut dimasukkan kedalam kategori penyakit Sindrom Obstruksi Pasca TB. \n\n \n\n Bagaimana sih proses terjadinya SOPT ? \n\n Salah satu penyebab SPOT adalah akibat infeksi TB yang menimbulkan peradangan non spesifik yang luas. Peradangan yang berlangsung lama ini menyebabkan gangguan faal paru berupa adanya sputum, terjadinya perubahan pola pernapasan, relaksasi menurun, perubahan postur tubuh, berat badan menurun, dan gerak lapang paru menjadi tidak maksimal. \n\n Akibatnya M. tuberculosis akan melepaskan komponen toksik ke dalam jaringan yang akan menginduksi hipersensitivitas seluler sehingga akan meningkatkan respons terhadap antigen bakteri yang menimbulkan kerusakan jaringan, nekrosis, dan penyebaran bakteri lebih lanjut. \n\n Peradangan yang berlangsung lama ini menyebabkan proses proteolisis dan beban oksidasi sangat meningkat untuk jangka lama sehingga destruksi matrik alveoli terjadi cukup luas dan akhirnya mengakibatkan gangguan faal paru. \n\n \n\n Gejala Pada Umumnya \n\n \n Batuk berdahak \n Sesak nafas \n Penurunan berat badan \n Rasa berat di dada \n \n\n Terapi yang dapat dilakukan pada sebagian bekas penderita TB, masih mengeluhkan batuk bahkan timbul sesak napas bertahun - tahun kemudian (SOPT). Gejala ini terjadi karena adanya kerusakan paru yang permanen, gangguan menetap restriktif dan sebagian obstruktif pada spirometri. Namun SOPT termasuk dalam penyakit obstruksi paru yang gejalanya mirip PPOK, maka pemberian terapi mirip dengan PPOK. \n\n Terapi SOPT diberikan sesuai kausa. Pilihan terapinya adalah: \n\n \n Bronkodilator \n Golongan antikolinergik: ipratropium bromide (0,5mg) \n Golongan agonis β-2 : salbutamol ( 2,5 mg) \n Golongan Xantin: aminofilin ( 200 mg) \n Antiinflamasi: prednison atau metilprednisolon \n Anti-oksidan: N-acetyl cysteine \n Terapi oksigen \n Rehabilitasi Medik \n \n\n Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika kita dapat menjaga kesehatan paru-paru dari berbagai macam penyakit salah satu nya seperti tuberkulosis. Cek kesehatan paru anda pada dokter spesialis paru di RS Hermina Soreang. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses pendaftaran ke RS Hermina Soreang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 04 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada, Bahaya Polusi Udara di Jakarta Saat Ini Meningkat!<\/a><\/h3>
Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, telah mengalami pertumbuhan perkotaan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Namun, pertumbuhan ini juga diiringi oleh permasalahan lingkungan yang serius, salah satunya adalah polusi udara. Polusi udara di Jakarta telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia dan ekosistem. Artikel ini akan membahas bahaya polusi udara di Jakarta saat ini, faktor penyebabnya, serta implikasi bagi kesehatan dan lingkungan. \n\n Faktor Penyebab Polusi Udara di Jakarta \n\n Terdapat beberapa faktor penyebab utama polusi udara di Jakarta: \n\n \n \n Kendaraan Bermotor: Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang cepat di Jakarta merupakan salah satu faktor utama polusi udara. Gas buang dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil mengandung berbagai zat berbahaya seperti nitrogen dioksida (NO2) dan partikel-partikel mikroskopis. \n \n \n Industri: Pusat industri di Jakarta dan sekitarnya juga memberikan kontribusi signifikan terhadap polusi udara. Proses industri seperti pembakaran batu bara dan penggunaan bahan kimia dapat menghasilkan emisi berbagai zat pencemar. \n \n \n Konstruksi: Pembangunan dan konstruksi gedung-gedung tinggi juga dapat menyebabkan polusi udara akibat debu dan partikel-partikel dari aktivitas konstruksi. \n \n \n Pertanian dan Pembakaran Sampah: Praktik pembakaran sampah serta kegiatan pertanian yang tidak terkendali juga berkontribusi terhadap polusi udara, terutama dalam bentuk partikel dan gas-gas beracun. \n \n \n\n Implikasi Kesehatan \n\n Polusi udara di Jakarta memiliki dampak serius terhadap kesehatan penduduk. Partikel-partikel mikroskopis yang terhirup dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan bahkan masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti: \n\n \n \n Gangguan Pernapasan: Polusi udara dapat memperburuk penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta menyebabkan batuk, sesak napas, dan iritasi pada saluran pernapasan. \n \n \n Penyakit Jantung: Paparan jangka panjang terhadap polusi udara juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, seperti serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya. \n \n \n Gangguan Fungsi Paru-paru: Polusi udara dapat mengurangi fungsi paru-paru secara perlahan, terutama pada anak-anak dan lansia. \n \n \n Efek Buruk pada Kehamilan: Polusi udara dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan mengganggu perkembangan janin. \n \n \n\n Dampak Lingkungan \n\n Tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, polusi udara di Jakarta juga memiliki dampak negatif pada lingkungan, termasuk: \n\n \n \n Kerusakan Lingkungan: Polutan udara dapat merusak tanaman, hutan, dan ekosistem air, mengancam keanekaragaman hayati dan produktivitas pertanian. \n \n \n Pencemaran Air dan Tanah: Beberapa zat pencemar udara juga dapat mencemari air dan tanah, menyebabkan dampak negatif pada kualitas air minum dan sumber daya alam lainnya. \n \n \n Perubahan Iklim: Emisi gas rumah kaca dari polusi udara dapat berkontribusi pada perubahan iklim global, dengan dampak yang luas pada suhu, cuaca, dan tinggi permukaan air laut. \n \n \n\n Polusi udara di Jakarta adalah masalah serius yang memerlukan tindakan segera. Upaya kolektif dari pemerintah, industri, dan masyarakat sangat penting untuk mengurangi emisi polutan udara. Solusi melibatkan pengurangan penggunaan kendaraan pribadi dengan mendorong transportasi umum, pembangunan ramah lingkungan, dan penggunaan sumber energi bersih. Dengan mengatasi polusi udara, Jakarta dapat menjadi lingkungan yang lebih sehat bagi penduduknya dan melestarikan keanekaragaman lingkungan untuk generasi mendatang. \n\n Jika sahabat Hermina memiliki permasalahan pernafasan, konsultasikan bersama dokter spesialis paru di RS Hermina Podomoro. Sayangi paru-paru Anda dari sekarang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 29 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kualitas Udara Memburuk, PPOK Mengintai!<\/a><\/h3>
Bukan lagi rahasia umum kalau kualitas udara yang memburuk dapat mengancam kesehatan organ pernapasan yaitu paru-paru. Walaupun bukan penyebab utama PPOK tetapi paparan polusi udara yang buruk dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK. Lantas apa itu PPOK? \n\n Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah peradangan yang terjadi pada organ paru-paru yang berkembang dalam jangka waktu yang lama dan panjang. PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif umumnya dutandai dengan sulit bernapas di sertai batuk berdahak, dan mengi (bengek). \n\n Dua kondisi yang menyebabkan berkembang menjadi PPOK adalah bronkitis kronis dan emfisema. Pada penyakit bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada saluran bronkus, namun pada emfisema kerusakan terjadi pada alveolus. \n\n Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) sering menyerang orang yang berusia sudah paruh baya yang merokok. Penyakit PPOK akan semakin memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya mengalami penyakit lainnya seperti jantung dan kanker paru-paru jika tidak segera diobati oleh dokter yang ahli dibidangnya. \n\n \n\n Penyebab PPOK \n\n Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat dikenali melalui ciri ciri sulit bernapas. Hal ini disebabkan menurunnya aliran udara yang masuk dan keluar dari saluran bronkus di paru-paru. Saluran bronkial yang lebih tipis dan kecil sering disebut dengan bronkiolus. Bronkiolus mengandung kantung udara yang bernama alveoli, yang didalamnya terjadi pertukaran udara oksigen dan sisa karbondioksida dengan pembuluh darah. Penderita PPOK kantung udaranya tidak dapat menampung aliran udara yang cukup untuk dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru sehingga mengurangi kebutuhan oksigen pada tubuh yang dapat disebabkan oleh beberapa hal: \n\n \n Kebiasaan Merokok : PPOK paling sering terjadi pada orang yang berumur paruh baya dan memiliki riyawat merokok, baik sebagai kebiasaan lama ataupun masih merokok hingga sekarang. \n Menderita Asma, Infeksi HIV, tuberkulosis, dan kelainan genetik yang menyebabkan berkurangnya protien alpha-1-antitrypsin (AAt). \n Faktor Lingkungan juga dapat menimbulkan PPOK dengan seseorang yang memiliki hubungan dengan perokok pasif ataupun polutan berbahaya yang meliputi zat kimia, bahan bakar atau debu. \n Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK. \n \n\n \n\n Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis \n\n Penyakit paru obstruktif kronis berkembang dengan cara perlahan dan tidak sama sekali menunjukkan gejala khusus pada tahap awalnya. Gejala PPOK akan muncul setelah bertahun-tahun, ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru. \n\n Beberapa gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK sebagai berikut: \n\n \n Batuk yang tidak kunjung sembuh yang disertai dengan dahak. \n Berat badan tiba-tiba menurun. \n Napas tersengal sengal, terutama pada saat melalukan aktivitas fisik. \n Mengalami nyeri di dada. \n Terjadi pembengkakan di tungkai dan kaki \n Mengi dan lemas \n \n\n Namun Gejala PPOK ini bisa muncul secara tiba-tiba atau mendadak dan akan dapat terus memburuk, sehingga menuju ke tahap yang disebut dengan eksaserbasi PPOK. Gejala tahap lanjut Penyakit Paru Obstruktif Kronis ini bisa meliputi lendir yang berlebihan, perubahan warna atau kekentalan pada lendir, dan rasa sesak terus meningkat pada dada, dan sering disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia (radang paru) atau polusi udara. Eksaserbasi PPOK sering mengancam jiwa si penderita dan memerlukan penanganan dokter secepat mungkin. \n\n \n\n Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) \n\n Untuk mendeteksi atau mediagnosis PPOK, melalui beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan oleh penderita. Dengan melakukan pemeriksaan spirometri atau FEV1 untuk mengukur jumlah undara yang masuk dan keluar dari paru-paru dan mengukur kecepatan pergerakan udara. Rontgen dada juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain yang memiliki gejala serupa seperti tuberkulosis atau kanker paru. Pemeriksan oximetri atau gas darah arteri juga sangat penting untuk mengukur kadar oksigen dan karbondioksida atau elektrokardiogram untuk mengetahui kondisi jantung. \n\n Semakin cepat PPOK didiagnosis, maka semakin baik kemungkinan perawatan bagi penyakit ini. Pemeriksaan kesehatan paru sangat dianjurkan terutama bagi perokok / mantan perokok berat dan yang memiliki risiko tinggi menderita PPOK. \n\n \n\n Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis \n\n PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dengan beberapa cara. Hal yang harus dilakukan untunk mencegahnya adalah berhenti merokok atau hindari asap rokok orang lain. Jika Sahabat Hermina perokok aktif, segeralah berhenti merokok, sehingga sahabat Hermina dapat terhindari dari komplikasi ayng mungkin terjadi di kemudian harinya. \n\n \n\n Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) \n\n Hingga sampai saat ini, penyakit paru obstruktif kronis belum bisa disembuhkan secara sepenuhnya. Namun, melakukan pengobatan dapat membantu meredakan gejala dan menghambat perkembangan PPOK ini, sehingga pasien dapat menjalani aktivitas dengan normal. \n\n Oleh karena itu, mari Sahabat Hermina kita jaga Kesehatan paru-paru kita dari segala hal penyakit seperti PPOK dan lainnya. Dengan menerapkan pola makan yang sehat, menghindari polusi udara, berhenti merokok atau menghindari asap rokok, dan rutin berolahraga. Jika Sahabat Hermina mengalami gejala pada paru-paru segera lah berkonsultasi ke dokter spesialis paru agar segera di tangani oleh ahlinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 10 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Mengenal Lebih Dekat Tes Spirometri<\/a><\/h3>
Pemeriksaan fisik dasar seringkali tidak cukup untuk menentukan diagnosis penyakit. Pemeriksaan penunjang seperti spirometri dibutuhkan, terutama untuk mendeteksi penyakit paru-paru. Pemeriksaan ini berguna untuk mengukur kapasitas dan fungsi paru-paru sekaligus mendiagnosis penyakit paru-paru tertentu. \n\n Dokter akan menggunakan alat yang disebut spirometer untuk melakukan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengevaluasi fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-paru Anda. Tes spirometri biasanya dilakukan di rumah sakit atau di praktek dokter dan membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk menunjukkan kondisi paru-paru, termasuk jumlah udara yang dapat dihirup dan dikeluarkan. Selain itu, spirometri juga dapat digunakan untuk diagnosis berbagai penyakit pada sistem pernapasan, termasuk asma, bronkitis kronis, fibrosis paru, emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). \n\n Langkah-langkah untuk melakukan Tes Spirometri \n\n Anda disarankan untuk menghindari merokok dan minuman beralkohol sekitar 24 jam sebelum pemeriksaan spirometri. Anda juga disarankan untuk menghindari olahraga berat atau makan makanan dalam porsi besar beberapa jam sebelum pemeriksaan. \n\n Hindari mengenakan pakaian yang ketat saat hendak melakukan tes spirometri. Dokter juga mungkin meminta Anda untuk berhenti mengonsumsi obat tertentu untuk sementara waktu. \n\n Tes spirometri dilakukan dalam urutan berikut : \n\n \n Anda akan diminta untuk duduk di lokasi yang telah ditentukan oleh dokter. Dokter kemudian akan meletakkan klip di hidung Anda untuk menutup kedua hidung Anda. Kemudian, dia akan memberi Anda alat mirip pipa dan meminta anda untuk menarik napas dalam-dalam, menahan napas selama beberapa detik, lalu mengembuskan napas sekuat mungkin ke dalam pipa. Dokter biasanya akan meminta anda mengulangi teknik ini sebanyak tiga kali untuk memastikan hasilnya. Dokter akan menilai fungsi paru Anda setelah pemeriksaan dan hasilnya. \n Dokter mungkin memberikan obat bronkodilator hirup untuk melebarkan jalan napas setelah tes spirometri selesai. Sekitar lima belas menit kemudian, dokter akan meminta Anda untuk melakukan tes spirometri lagi. \n Dokter akan memeriksa hasil kedua tes untuk mengetahui seberapa efektif bronkodilator memperbaiki jalan napas anda. Prosedur ini juga dapat menyebabkan efek samping seperti pusing dan kadang-kadang sesak napas. Anda tidak perlu khawatir karena dokter akan terus mengawasi kondisi Anda selama dan setelah prosedur. \n \n\n Kondisi yang Membutuhkan Tes Spirometri \n\n \n Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) \n \n\n PPOK adalah salah satu dari beberapa kondisi kesehatan yang harus diperiksa dengan tes spirometri. PPOK adalah penyakit paru yang disebabkan oleh peradangan jangka panjang yang menghambat aliran udara di paru-paru, yang menyebabkan batuk, sesak napas, dan mengi. Untuk menilai fungsi pernapasan pasien dengan PPOK, spirometri biasanya digunakan setiap satu hingga dua tahun. \n\n \n Asma \n \n\n Asma adalah jenis penyakit kronis yang menyebabkan peradangan dan penyempitan saluran napas, menyebabkan sesak napas dan batuk. Infeksi saluran pernapasan atau paru-paru, alergi, paparan polusi, dan rasa cemas berlebihan juga dapat menyebabkan gejala asma. \n\n \n Fibrosis kistik \n \n\n Fibrosis kistik adalah kondisi genetik di mana paru-paru dan sistem pencernaan tersumbat oleh lendir yang tebal dan lengket. Gejala fibrosis kistik yang menyerang saluran pernapasan dapat termasuk hidung tersumbat, mengi, sesak napas, dan batuk berdahak yang berkepanjangan. \n\n \n Fibrosis paru-paru \n \n\n Penyakit fibrosis paru terjadi ketika jaringan paru rusak dan terbentuk jaringan parut padanya. Jaringan parut ini membuat paru menjadi lebih kaku, yang mengganggu pernapasan. \n\n Tes spirometri juga dapat digunakan dokter untuk mengetahui seberapa parah penyakit paru-paru anda atau untuk menilai seberapa baik respon metode pengobatan anda . \n\n Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami masalah pernapasan atau paru-paru. Dokter akan melakukan beberapa tes, seperti spirometri, pemeriksaan fisik paru-paru, foto Rontgen, atau scan CT paru-paru, untuk mengetahui gangguan yang anda alami dan jenis terapi pengobatan yang tepat. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Emfisema Dampak dari Kebiasaan Merokok?<\/a><\/h3>
Emfisema merupakan salah satu penyakit yang menyerang organ paru-paru. Emfisema timbul di sebabkan dari kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. \n\n Penyakit ini termasuk dalam kelompik Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) da berpotensi mengancam nyawa penderita. Emfisema dapat menimbulkan gejala seperti sesak dan sulit untuk bernafas bagi penderitanya. Dikarenakan adanya kerusakan pada kantong udara di alveolus atau paru-paru. \n\n Emfisema adalah penyakit obstruktif paru yang bersifat progresif dan kronis. Emfisema ditandai dengan adanya kelainan yang terjadi berupa adanya pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal dan kerusakan pada parenkim paru. Selain itu rusaknya alveolus juga dapat mengganggu proses keluarnya udara berisi karbodioksida dari paru-paru. Sehingga menyebabkan paru membesar secara perlahan yang disebabkan udara terperangkap dan nenumpuk di dalam kantong udara. \n\n Enfisema akan memburuk seiringan dengan waktu. Meskipun ada penanganan yang bisa untuk memperlambat perkembangan penyakit emfisema, akan tetapi alveolus yang rusak tidak dapat dipulihkan kembali. \n\n \n\n Gejala Emfisema \n\n Emfisema umumnya dialami oleh seseorang dengan kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. Gejala emfisema sendiri cukup beragam, beberapa gejalanya umum emfisema yakni, antaranya: \n\n \n Napas pendek, saat melakukan aktivitas ringan \n Kebiruan pada bibir dan kuku disebabkan kurangnya asupan oksigen \n Perubahan bentuk dada (barrel chest) \n Nafsu makan dan berat badan menurun \n Kelelahan dan tubuh menjadi lemah \n \n\n \n\n Penyebab Emfisema \n\n Penyebab paling umum emfisema adalah paparan asap rokok hingga kebiasaan merokok. Selain itu, paparan polusi dalam jangka panjang serta bahan kimia di industri juga dapat memicu emfisema. \n\n Meski jarang terjadi emfisema juag bisa disebabkan oleh kelainan genetic yang disebut defisiensi alfa-1 antitripsin. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan protein alfa-1, yaitu yang berfungsi untuk melindungi elastis pada organ paru. \n\n \n\n Faktor Risiko Emfisema \n\n Emfisema lebih sering terjadi pada seseorang dengan beberapa faktor dibawah ini: \n\n \n Memiliki kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok / perokok pasif \n Bekerja atau menetap dilingkungan mudah terpapar polusi udara \n Memiliki riwayat penyakit paru obstruktif (PPOK) \n \n\n \n\n Diagnosis emfisema perlu dilakukan terutama melalui pemeriksaan spirometry. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat membantu emfisema seperti rontgen toraks, pemeriksaan darah, elektrokardiogram, pulse oximetry dan CT Scan. \n\n Pengobatan emfisema dilakukan berdasarkan tingkat keparahan yang dialami oleh pasien. Apabila kondisi tersebut sudah tidak dapat disembuhkan, maka akan diberikan penanganan untuk memperlamat berkembangnya emfisema, di antaranya sebagai berikut \n\n \n Pemberian obat-obatan (bronkodilator, kortikosteroid, dan antibiotic) \n Tindakan Operasi, terapi \n Dan perubahan gaya hidup \n \n\n \n\n Oleh karena itu, untuk menghindari penyakit emfisema, Sahabat Hermina bisa memulainya dengan menghindari faktor-faktor pemicunya seperti salah satunya merokok dan paparan polusi udara. Lakukan konsultasi untuk melakukan pencegahan sedini mungkin agar dapat mencegah emfisema dan ubah gaya hidup dengan pola hidup yang sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tuberkolosis dan Kebiasaan Merokok<\/a><\/h3>
Hari Tuberkulosis Se-dunia (World TB Day) diperingati setiap tanggal 24 Maret. Tema peringatan World TB Day tahun 2023 adalah “Yes! We Can End TB”. “Ayo Bersama Akhiri TBC,Indonesia Bisa.” Tema ini merupakan bentuk optimisme semua pihak sekaligus komitmen bersama untuk eliminasi TBC pada tahun 2030 yang tertuang dalam komitmen global End TB Strategy. \n\n Global TB Report yang dirilis WHO tahun 2022 menunjukkan bahwa 10,6 juta orang menderita tuberkulosis di dunia. TBC menjadi salah satu pembunuh menular paling mematikan. Angka kematian akibat TBC secara global mencapai 1,6 juta, berarti setiap hari, lebih dari 4.300 orang meninggal karena TBC. Insiden TBC di Indonesia tahun 2021 mencapai 969.000 kasus atau 354 kasus per 100.000 penduduk dengan angka mortalitas mencapai 144.000 jiwa (52 per 100.000 penduduk). Angka tersebut masih jauh dari target Peraturan Presiden RI Nomor 67 Tahun 2021 yang menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen menurunkan insidensi kasus tuberkulosis menjadi 65 per 100.000 penduduk pada tahun 2030 dan target penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100.000 penduduk. \n\n Permasalahan dan tantangan lain adalah munculnya kasus Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO), TB Anak, TB-HIV, dan TB dengan komorbid dengan insiden kasus semakin meningkat. Bakteri Mycobacterium tuberkulosis (M.tb) yang terkandung di dalam percikan ludah atau dahak menyebar dengan cepat melalui udara dari seorang penderita TBC aktif kepada sesorang yang sehat, baik saat berbicara, bersin, atau batuk. Masih tingginya kasus TBC di Indonesia tidak terlepas dari faktor resiko yang melekat erat dengan kebiasaan sehari-hari, salah satunya yaitu merokok. Beberapa faktor resiko lain mudahnya terinfeksi tuberkulosis adalah komorbid seperti diabetes, hipertensi, malnutrisi, dan orang dengan HIV-AIDS (ODHA). \n\n \n\n Tradisi Dan Tren Rokok Masa Kini \n\n Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dan bersilaturahmi, baik keperluan transaksi ekonomi, atau sekedar kumpul bersama sambil menikmati secangkir kopi. Bagi sebagian kelompok masyarakat, merokok adalah tradisi yang mengiringi setiap kegiatan hari-hari. Sebanyak apapun bukti akan bahaya asap atau uap rokok bagi kesehatan, mereka tidak peduli. \n\n Kalau kita kaji dari zaman hingga kini, rokok terus berinovasi dan beradaptasi memenuhi kebutuhan semua kelompok usia. Secara konvensional, rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus daun nipah atau kertas, sedangkan merokok adalah menghisap rokok atau proses menikmati tembakau yang dibakar. Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan definisi rokok mengalami perluasan arti. Terdapat rokok elektrik (E-Cigarrret) di mana aktifitas merokok mencakup aktifitas menghirup uap cairan kimiawi menggunakan alat khusus yang disebut vape. \n\n Penggunaan electronic cigarettes atau biasa disebut vaping semakin meningkat di kalangan remaja dan usia produktif. Rokok elektrik ini terkenal juga dengan berbagai nama, seperti “e-cigs”, “vapes”, “mods”, “tank systems”, “e-hookahs”, “vape pens”, dan “electronic nicotine delivery systems (ENDS). Beberapa faktor yang mendukung perkembangan cepat vaping adalah adanya anggapan rokok elektronik sebagai alternatif yang lebih sehat dari pada rokok konvensional karena kadar bahan toksik dan karsinogen cenderung lebih rendah. Selain itu, beberapa komunitas juga mengkampanyekan bahwa vaping sebagai salah satu alat untuk terapi berhenti merokok. Pemasaran vape yang massif dan agresif membuka peluang usaha baru, dimana-mana toko yang menjual device vaping dan cairan isi ulangnya menjamur. Vaping dianggap lebih keren bagi anak muda, menjadi suatu gaya hidup dan kultur baru. \n\n Rokok elektronik terdiri dari beberapa bagian, yaitu baterai lithium, komponen pemanas, dan kontainer yang berisi cairan. Cairan akan diubah menjadi uap untuk inhalasi. Cairan vape mengandung pelarut (propylene glycol, vegetable glycerin), perisa (buah-buahan, mint, dan lain-lain), serta zat aktifnya nikotin. Zat-zat tersebut menyebabkan gejala mirip infeksi saluran napas atas dan berpotensi menjadi zat penyebab kanker, menyebabkan iritasi pada mata, paru, dan esofagus dan dapat menyebabkan penurunan kapasitas faal paru. \n\n Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merilis adanya kasus gagal napas akut akibat vaping yaitu EVALI (e-cigarette or vaping, product use associated lung injury). Penyebab utama EVALI diperkirakan karena vitamin E asetat yang mengandung tetrahydrocannabinol (THC) yang masuk ke tubuh saat penggunaan vape. Komplikasi EVALI antara lain: acute respiratory distress syndrome, gagal napas, sehingga beberapa pasien butuh intubasi dan ventilasi mekanis. \n\n Adiksi nikotin \n\n Merokok adalah aktifitas menyenangkan, karena di beberapa cycle pertemanan, rokok secara sosial dianggap sebagai simbol pertemanan dan keakraban, sedangkan secara pribadi rokok menimbulkan ketagihan. \n\n Pada rokok konvensional, terkandung zat seperti tar, nikotin, karbon monoksida, dan lain-lain, begitu juga halnya dengan rokok elektrik. Nikotin di dalam rokok apabila dihisap akan mencapai otak dalam tujuh detik dan berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotinik (nAChR). Aktivasi terhadap saraf ini menyebabkan terjadi produksi dopamin. Dopamin mampu memperkuat stimulasi otak dan mengaktifkan reward pathway, yakni pengaturan perasaan dan perilaku melalui mekanisme tertentu di otak. Dopamin merupakan senyawa kimia yang bertanggung jawab terhadap rasa senang, tenang, motivasi dan menghilangkan rasa sakit. Pelepasan dopamin tersebut hanya bersifat sementara, sehingga perokok akan mengulangi lagi kebiasaannya merokok untuk mendapatkan sensasi yang sama tapi dengan dosis atau jumlah rokok yang bertambah. Seseorang dapat dikatakan mengidap adiksi (kecanduan) nikotin apabila mengalami gejala toleransi dan gejala putus zat akibat berhenti merokok. \n\n \n\n Dampak Rokok \n\n Asap rokok terdiri dari lebih 7.000 senyawa kimia dan terdapat 69 zat karsinogenik penyebab kanker. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 mencatat persentase perokok usia ≥15 tahun di Indonesia sebanyak 28,6 %, dan perokok usia ≤18 tahun sebanyak 3,44%. \n\n Kebanyakan anak-anak menjadi perokok pasif. Riskesdas 2018 mencatat 39 juta anak usia 0-14 tahun yang terpapar asap rokok di dalam rumah, 13 juta di antaranya adalah balita. Tidak hanya perokok pasif atau secondhand smoker yang menghirup langsung asap rokok, perokok pihak ketiga (third-hand smoker) adalah anak-anak kita yang menghirup partikel asap rokok atau partikel uap vape yang menempel di benda sekitar (seperti rambut, baju, dinding, dan karpet). \n\n Apabila aktifitas merokok dengan bebas dibiarkan saja tanpa aturan yang jelas. maka kita berpotensi menciptakan kehancuran masa depan anak. Tradisi merokok melemahkan semua sendi kehidupan. Karena racun rokok tidak hanya merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga mereka mudah terserang penyakit. Bahkan secara sosioekonomi, merokok sangat merugikan anggaran belanja keluarga dalam memenuhi kebutuhan pokok. \n\n \n\n Perokok Lebih Rentan Menderita TBC \n\n Salah satu penelitian dilakukan oleh Roya Alavi-Naini et al. di Iran membuktikan bahwa perokok memiliki resiko 3 kali lebih tinggi menderita TBC dibandingkan sampel kontrol yang tidak merokok. Studi cross-sectional yang dilakukan oleh Altet-Gomez menemukan M.tuberculosis lebih cepat bereplikasi pada perokok karena perokok memiliki lebih banyak lesi kavitas, dan lebih sering didapatkan hasil BTA positif dari pemeriksaan mikroskopis sputum. \n\n Merokok merusak struktur dan fungsi saluran napas serta menurunkan aktifitas sistem kekebalan tubuh. Terjadinya TBC telah terbukti terkait dengan perubahan respon imun dan beberapa defek pada sel imun seperti makrofag, monosit dan limfosit CD-4. Mekanisme lain, seperti gangguan mekanis fungsi silia dan efek hormonal, juga bisa muncul secara sekunder akibat merokok. Selain itu, Kemampuan fagositosis makrofag alveolar pada perokok lebih rendah, sehingga lebih beresiko aktifnya kuman patagen. Studi oleh Qiu et al pada tahun 2017 mengatakan bahwa perokok merangsang makrofag untuk menghasilkan lebih banyak IL-8 yang menyebabkan peradangan berlebihan. Hasil penelitian oleh Kalra et al. juga menemukan eksposur dari asap rokok dapat mempengaruhi daya tanggap Sel T, menurunkan proliferasi sel T dan menurunkan respon antibodi. \n\n Efek dari rokok elektrik terhadap resiko tuberkulosis juga sama dengan rokok konvensional. Andromeda-Celeste Go´mezI dalam publikasi hasil penelitiannya “E-cigarettes: Effects in phagocytosis and cytokines response against Mycobacterium tuberculosis” menyebutkan bahwa rokok elektronik merangsang respons sitokin pro-inflamasi dan mengganggu fungsi fagosit dan respon sitokin terhadap M.tuberculosis. \n\n Oleh karena itu, semua faktor tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan kerentanan individu perokok untuk menderita penyakit TBC, mempercepat timbulnya TBC aktif, meningkatkan risiko TBC kambuh dan menurunkan efektifitas pengobatan TBC. \n\n \n\n Mari berhenti merokok mulai dari sekarang, bersama Kita Akhiri TBC, Indonesia Bisa! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 23 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
CEGAH INFEKSI PARU DENGAN IMUNISASI<\/a><\/h3>
\n\n Menurut data WHO, Pneumonia menyumbang 14% dari total kematian anak dibawah 5 tahun dengan jumlah lebih dari 700 ribu kasus pada tahun 2019, sedangkan orang dewasa dengan PPOK memiliki resiko tertular Pneumonia Pneumokokus 7 kali lebih tinggi dibanding orang sehat. \n\n Apa itu Pneumonia? \n\n Pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, virus, atau jamur yang menginfeksi saluran pernapasan. Infeksi yang terjadi memicu sistem kekebalan tubuh bereaksi sehingga menyebabkan kantung udara didalam paru-paru meradang. Pneumonia bisa dipicu juga oleh sumbatan saluran napas akibat tumor atau penyakit paru \n\n Pencegahan Pneumonia \n\n Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara melakukan imunisasi pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae. Imunisasi pneumonia sangat disarankan untuk usia 50 ke atas karena sistem kekebalan tubuh yang sudah tidak dapat melawan infeksi dari virus. \n\n Vaksin pneumonia \n\n Vaksin pneumonia merupakan vaksin yang sangat penting dalam membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit pneumonia. \n\n Vaksin pneumonia mengandung Virus atau bakteri yang dimatikan atau dilemahkan untuk melatih sistem imun dan mengenali virus yang akan menyerang didalam tubuh. Semua bahan dalam kandungan vaksin sudah diuji secara klinis dan dilakukan pemantauan secara menyeluruh untuk memastikan keamanannya. \n\n Manfaat Vaksin Pneumonia \n\n Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu pula dengan kasus penyakit pneumonia yang lebih baik dicegah dari awal sehingga tidak menimbulkan efek buruk pada jangka panjang. \n\n Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan melakukan vaksin pneumonia yang memiliki manfaat Menghambat penularan penyakit pneumonia dan Melindungi tubuh dari bakteri pneumokokus. \n\n Menurut penelitian yang telah dilakukan ditemukan hasil bahwa vaksin pneumonia berhasil mencegah penyakit pneumonia : \n\n \n \n 46% efektif melawan pneumonia pneumokokus \n \n \n 45% efektif melawan non-bacteremic pneumococcal pneumonia \n \n \n 75% efektif melawan penyakit pneumokokus invasif (IPD) \n \n \n\n Kapan Harus Melakukan Vaksin Pneumonia? \n\n Vaksin pneumonia sangat direkomendasikan untuk bayi, anak-anak pada usia di bawah 5 tahun hingga dewasa lebih dari 50 tahun. Pemberian dosis pada bayi, anak-anak dan dewasa pun berbeda, yaitu : \n\n \n \n Imunisasi dilakukan sebanyak 4 dosis pada anak usia 2,4,6, dan 12 sampai 15 bulan \n \n \n Imunisasi pada usia lebih dari 50 tahun dapat dilakukan hanya 1x dengan mendapatkan rekomendasi SATGAS IMUNISASI dewasa PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam) \n \n \n\n Vaksin pneumonia dapat dilakukan di RS Hermina OPI Jakabaring yang sudah dilakukan pemisahan untuk poli vaksin agar lebih nyaman dan aman saat melakukan vaksin. Saat akan dilakukan vaksinasi pasien akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis dan tenaga medis yang profesional \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 12 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Sepelekan! Ketahui Segudang Bahaya Merokok Bagi Kesehatan<\/a><\/h3>
Merokok menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Meskipun telah terbukti dapat menyebabkan munculnya berbagai kondisi patologis, secara sistemik maupun lokal, tetapi kebiasaan merokok ini sangat sulit untuk dihilangkan. Terdapat 4000 jenis zat kimia, 40 jenis diantaranya bersifat karsinogen, diantaranya acetone, nicotine, tar, dan polonium yang mengandung zat-zat pemicu terjadinya kanker. Di samping itu, nikotin dapat menimbulkan ketagihan, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif. Para perokok aktif dan pasif berisiko terkena batuk dengan sesak nafas 6 kali dibanding bukan perokok. \n\n Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat adiktif, dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Aktivitas merokok dapat merusak kesehatan dan untuk yang menghisap asap rokok (perokok pasif) mempunyai risiko terkena peyakit yang sama. \n\n Beberapa penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh rokok : \n\n \n Penyakit Paru-paru \n \n\n \n \n Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), PPOK merupakan penyakit paru yang dapat menyebabkan sumbatan pada saluran pernafasan yang sifatnya lama atau kronis dan irreversible, tidak dapat kembali seperti semula. \n \n \n Bronkitis, bronkitis adalah sebuah peradangan pada bronkus atau saluran udara dari luar menuju paru dimana brongkus menjadi tebal akibat lendir yang berlebihan sehingga penderita menjadi tidak nyaman, sesak nafas, dan batuk-batuk. \n \n \n Kanker paru, kanker paru adalah efek karsinogenik, efek panjang dari merokok. Pada perokok pasif 70% hingga 80% dipastikan terkena kanker. Kanker paru merupakan suatu keganasan dimana proknosis atau masa depannya cenderung suram dan apabila sudah terkena namun dalam 6 bulan tidak segera diobati dapat menyebabkan kematian. \n \n \n\n \n Penyakit Lambung \n \n\n Hal yang terlihat sepele ketika menghisap rokok adalah aktifitas otot di bawah kerongkongan semakin meningkat. Otot sekitar saluran pernafasan bagian bawah akan lemah secara perlahan sehingga proses pencernaan menjadi terhambat. Bahaya merokok bagi kesehatan juga bisa dirasakan sampai ke lambung, karena asap rokok yang masuk ke sistem pencernaan akan menyebabkan meningkatnya asam lambung. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka bukan tidak mungkin akan menjadi penyakit yang lebih kronis seperti tukak lambung yang lebih sulit diobati \n\n \n Beresiko Stroke dan Penyakit Jantung \n \n\n Pada perokok aktif bisa saja menderita serangan stroke, karena efek samping rokok bisa menyebabkan melemahnya pembuluh darah. Ketika kelemahan tersebut terjadi dan kerja pembuluh darah terhambat bisa menyebabkan serangan radang di otak. Hal itulah yang bisa berisiko terjadi stroke meskipun orang tersebut tidak ada latar belakang darah tinggi atau penyakit penyebab stroke lainnya. Penyebab stroke tersebut bersumber dari kandungan kimia berbahaya seperti nikotin, karbon monoksida dan gas oksidan yang terkandung dalam rokok. Kebiasaan merokok juga membuat Sahabat Hermina rentan mengalami penyakit jantung koroner. Hal Ini terjadi karena rokok dapat menyebabkan penebalan dinding arteri. Akibatnya, ukuran arteri menyempit dan aliran darah serta suplai oksigen menuju jantung menjadi terhambat. \n\n \n Masalah Pada Organ Reproduksi \n \n\n Efek bahaya merokok bagi kesehatan lainnya adalah dapat mengakibatkan impotensi, kasus seperti ini sudah banyak dialami oleh para perokok. Sebab kandungan bahan kimia yang sifatnya beracun tersebut bisa mengurangi produksi sperma pada pria. Bukan hanya itu saja, pada pria juga bisa terjadi kanker di bagian testis. Sedangkan pada wanita yang merokok, efek dari rokok juga bisa mengurangi tingkat kesuburan wanita. \n\n \n Gangguan Psikologis \n \n\n Selain penyakit fisik, merokok juga dapat menimbulkan gangguan psikologis, seperti gangguan cemas, susah tidur, dan depresi. Efek ini bisa terjadi karena otak sudah mengalami kerusakan karena sering terpapar zat beracun dari rokok. \n\n Kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan dan mengurangi kualitas hidup Sahabat Hermina serta orang di sekitar. Agar bahaya merokok tidak menghampiri, sebaiknya tidak merokok atau mulai mencoba untuk berhenti merokok. Jika Sahabat Hermina mengalami kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok atau sudah mengalami gangguan kesehatan akibat bahaya merokok, misalnya sering sesak napas, batuk tak kunjung sembuh, batuk berdarah, atau gangguan kesehatan lainnya, sebaiknya konsultasikan ke dokter di RSU Hermina Pandanaran untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 09 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Dampak Vape Terhadap Kesehatan dan Lingkungan<\/a><\/h3>
\n\n Pada era berkembang seperti ini rokok elektronik sudah mulai diminati berbagai kalangan terutama anak muda. Jarang disadari bahwa rokok elektronik ternyata memiliki efek samping dan bahaya yang sama dengan rokok konvensional. Rokok elektronik/rokok elektrik atau sering dikenal vape adalah produk yang menghantarkan aerosol (uap) yang mengandung nikotin dengan memanaskan cairan. \n\n Nama lain yang biasa digunakan pada rokok elektronik : \n\n \n \n Electronic cigarette \n \n \n E-cigarette \n \n \n Elektro smoke \n \n \n Personal vaporizer/vape \n \n \n\n Rokok Elektronik sama-sama mengandung adiksi dan berbahaya untuk kesehatan seperti mengandung nikotin, mengandung bahan karsinogen, mengandung bahan toksik dan lainnya. Rokok elektronik memiliki dampak terhadap lingkungan dan kesehatan. \n\n Dampak Rokok Elektronik Terhadap Lingkungan \n\n Rokok Elektronik memiliki dampak yang berbahaya terhadap lingkungan yaitu : \n\n \n \n Orang yang berada disekitar yang terpajan uap/aerosol rokok elektronik kandungannya hampir sama seperti perokok pasif \n \n \n Sebagian besar komponen yang teridentifikasi pada uap air rokok elektronik menyebabkan gejala distres pernapasan/sulit bernapas, gangguan fungsi paru dan penyakit pernapasan \n \n \n\n Dampak Rokok Elektronik Terhadap Kesehatan Paru \n\n Pada Januari 2018 National academies of Science, Engineering and Medicine menerbitkan consensus dari laporan riset yang mereview lebih dari 800 riset yang berbeda dan hasil riset tersebut: \n\n \n \n Hasil Laporan tersebut mengatakan terdapat bukti sedang (moderate evidence) bahwa remaja-remaja yang menggunakan rokok elektronik akan meningkatkan gejala mengi. \n \n \n Pada rokok elektronik komponen utamanya adalah uap air, komponen utama tersebut akan menginduksi terjadinya asma pada anak-anak. \n \n \n Penelitian juga mengatakan rokok elektronik meningkatkan risiko penyakit paru (Termasuk asma) 30% lebih besar dibandingkan yang tidak pernah merokok maupun tidak pernah menggunakan rokok elektrik. \n \n \n Penggunaan rokok elektronik pada pasien PPOK berhubungan dengan risiko peningkatan eksaserbasi bronkitis kronik, dan PPOK serta penurunan faal paru. \n \n \n Hasil penelitian menyatakan 9 dari 40 mencit (22,5%) yang terpajan asap rokok elektronik dengan kandungan nikotin selama 54 minggu dapat menimbulkan kanker paru jenis adenokarsinoma. \n \n \n\n Dampak Rokok Elektronik Terhadap Kesehatan Paru dan Pernapasan : \n\n \n \n Iritasi saluran napas \n \n \n Meningkatkan gejala pernapasan \n \n \n Meningkatkan risiko bronkitis \n \n \n Meningkatkan risiko asma \n \n \n Meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) \n \n \n Risiko kanker paru \n \n \n Risiko pneumothorax \n \n \n Penyakit saluran napas lainnya \n \n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Fakta tentang Penyakit TBC, Hindari Mitosnya!<\/a><\/h3>
TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru, meskipun dapat mengenai organ apa pun di dalam tubuh. Infeksi TBC berkembang ketika bakteri masuk melalui droplet di udara. TBC bisa berakibat fatal, tetapi dalam banyak kasus,TBC dapat dicegah dan diobati. Di masa lalu, TBC adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Setelah perbaikan dalam terapi dan perkembangan antibiotik, prevalensi TBC turun secara dramatis di negara-negara industri. \n\n \n\n Apa itu TBC? \nSeseorang dapat terinfeksi TBC setelah menghirup bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Ketika TBC mengenai paru-paru, TB menjadi sangat menular, tetapi seseorang biasanya hanya akan menjadi sakit setelah kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB paru. \n\n \n\n Penyebab penyakit TBC \nBakteri M. tuberculosis menyebabkan TBC. Mereka dapat menyebar melalui udara dalam droplet ketika seseorang dengan TB paru batuk, bersin, meludah, tertawa, atau berbicara. Hanya orang dengan TB aktif yang dapat menularkan infeksi. Namun, sebagian besar orang dengan penyakit ini tidak lagi menularkan bakteri setelah mereka menerima terapi yang sesuai untuk setidaknya 2 minggu. \n\n \n\n Gejala penyakit TBC \nFakta penyakit TBC selanjutnya yang harus diketahui adalah gejala yang biasanya timbul ketika seseorang memiliki TBC, yaitu: Seseorang dengan penyakit TB dapat mengalami batuk yang menghasilkan dahak, kelelahan, demam, kedinginan, dan kehilangan nafsu makan dan berat badan. Gejala biasanya memburuk dari waktu ke waktu, tetapi dapat juga hilang timbul. \n\n \n\n Mitos dan Fakta Penyakit TBC \n\n Banyaknya jumlah kasus TBC ini juga diiringi dengan pemahaman keliru masyarakat mengenai penyakit ini. Untuk itu, kita perlu memahami beberapa fakta tentang TBC seperti penjelasan berikut ini: \n\n \n\n Mitos: TBC hanya menyerang paru-paru \n\n Fakta: TBC dapat menyerang organ lain, termasuk otak \n\n Kebanyakan infeksi TBC memang terjadi di paru-paru, namun dapat berkembang dan menyebar ke organ tubuh lain lewat aliran darah apabila tidak ditangani dengan baik. Jenis tuberkulosis lain yang perlu diwaspadai adalah tuberkulosis tulang, kelenjar getah benih, dan usus. Pada kasus yang jarang terjadi, Myctobacterium tubercolosis dapat menyerang jantung dan otak manusia. Jenis tuberkulosis selain paru biasanya bersifat tidak menular. \n\n \n\n Mitos: TBC tidak dapat disembuhkan \n\n Fakta: TBC bisa sembuh dengan pengobatan minimal 6-9 bulan \n\n Walaupun angka kematian penyakit ini tinggi, namun TBC dapat disembuhkan. Pengobatan TBC memerlukan waktu cukup lama dan harus konsisten, yaitu minimal 6-9 bulan. Jika tidak konsisten dilakukan, bakteri dapat melemah sesaat dan muncul kembali hingga menjadi resisten (dikenal sebagai kondisi multidrug-resistant tuberculosis atau MDR-TB). \n\n \n\n Mitos: TBC Penyakit masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah \n\n Fakta: Setiap orang berisiko terkena TBC \n\n Status sosial adalah salah satu yang sering dikaitkan dengan penyakit ini. Nyatanya, TBC tidak memandang bulu dan dapat menyerang siapa saja, mampu atau kurang mampu dan berpendidikan ataupun tidak. \n\n \n\n Berikut ini adalah beberapa kondisi yang memungkinkan seseorang terkena TBC: \n\n \n Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap diabetes, pasien kemoterapi, atau pengidap HIV/AIDS. \n Mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. \n Aktif merokok. \n Menggunakan alkohol dan obat terlarang. \n Aktif berhubungan langsung dengan pengidap TBC dalam jangka waktu yang cukup panjang. \n Tinggal di lingkungan yang lembab dan tidak terpapar sinar matahari. \n \n\n \n\n Tidak dapat kita pungkiri bahwa TBC merupakan penyakit menular dan berbahaya. Dengan demikian, fakta seputar TBC penting dipahami secara benar oleh masyarakat agar kepedulian terhadap penyakit ini dapat semakin ditingkatkan, demikian pula pencegahannya. Jika Sahabat Hermina memiliki keluarga atau teman yang mengidap TBC, beri dukungan terhadap mereka untuk berobat hingga tuntas. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan. Periksakan segera jika mengalami gejala TBC dapat konsultasi ke dokter spesialis paru di RSU Hermina Pandanaran. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal apa itu Mengi (Napas Berbunyi)?<\/a><\/h3>
Pernahkan Sahabat Hermina mendengar kata mengi? Atau disebut juga wheezing (napas berbunyi). Mengi adalah suara yang dihasilkan dari udara mengalir yang melalui saluran napas yang menyempit. Mengi sendiri merupakan gejala dari gangguan pernapasan yang bersifat sementara maupun kondisi yang serius yang membutuhkan penanganan oleh dokter. \n\n Mengi ditandai dengan suara bunyi napas yang seperti siul dan disertai dengan gejala sesak napas namun terkadang demam. Tanpa disadari, munculnya mengi ini bisa menjadi tanda bahwa Sahabat Hermina mengalami masalah pernapasan, seperti asma, alergi, pneumonia, dan bronchitis. \n\n \n\n Penyebab Mengi \n\n Mengi disebabkan ketika terjadinya penyumbatan atau penyempitan pada saluran pernapasan di tenggorokan maupun saluran menuju ke paru-paru. Selain penyempitan pada saluran pernapasan, penyempitan pada pita suara juga menyebabkan terdengannya mengi. Suara mengi bervariasi, tergantung pada bagian sistem pernapasan mana yang mengalami penyempitan atau penyumbatan. Selain asma, alergi, dan pneumonia ada beberapa penyebab mengi lainnya diantaranya: \n\n \n Benda asing yang terhirup. \n Infeksi saluran pernapasan. \n Gagal jantung dan asam lambung. \n Gangguan pada pita suara. \n Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). \n Kanker paru-paru. \n Dan merokok. \n \n\n \n\n Diagnosis Mengi \n\n Untuk mengetahui penyebab mengi yang dialami, dapat melakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop oleh dokter untuk mendengarkan suara napas atau paru-paru. Jika pertama kali mengalami mengi, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Seperti rontgen dada, dan spirometry (tes pernapasan) \n\n Tes darah dan alergi juga direkomendasikan oleh dokter, tergantung pada riwayat penyakit yang di derita dan hasil pemeriksaan dari dokter. \n\n \n\n Cara Mengatasi Mengi \n\n Mengatasi mengi dapat dilakukang dengan tergantung pada penyebabnya. Jika mengi disebabkan oleh asma dapat melalukan dengan beberapa jenis obat yang bisa digunakan, yaitu: \n\n \n Kombinasi inhaler dan kortikosteroid \n Bronkodilator berupa inhaler untuk melebarkan saluran pernapasan \n Kortikosteroid hirup dan obat pengontrol asma untuk mengurangi radang \n \n\n Selain dengan obat, untuk penanganan asma adalah menghindari penyebab asma agar keluhan mengi dan sesak napas tidak muncul. Jika mengi disebabkan oleh bronkitis, dapat melakukan sesuai pemberian dokter, yaitu: \n\n \n Bronkodilator untuk meredakan keluhan mengi \n Antibiotik jika bronchitis disebabkan karena infeksi bakteri \n \n\n Untuk meredakan rasa tidak nyaman akibat mengi, Sahabat Hermina dapat melakukan perawatan di rumah dengan menghirup uap yang berisi air hangat, mandi dengan air hangat,atau menggunakan humidifier. \n\n Oleh karena itu, Sahabat Hermina dapat menghindari mengi dengan cara mandi menggunakan air panas, menghirup uap air panas, dan menghindari penyebab asma agar terhindar dari mengi dan sesak napas itu sendiri. Jika Sahabat Hermina mengalami mengi disertai dengan sesak napas berat atau ancaman terjadi gagal napas, dapat segera lakukan konsultasi ke rumah sakit agar segera ditangani oleh dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Asma<\/a><\/h3>
Asma adalah sebuah penyakit kronis yang terjadi pada saluran pernapasan. Penyakit ini ditandai dengan penyempitan dan peradangan yang terjadi pada saluran napas sehingga penderita mengalami sesak atau kesulitan bernapas. Selain kesulitas bernapas penyakit asma juga dapat menimbulkan gejala seperti batuk - batuk, nyeri pada dada dan mengik. Asma dapat terjadi pada semua golongan usia baik anak maupun dewasa. Bagi sahabat hermina yang memiliki penyakit asma biasanya memiliki saluran napas yang lebih sensitif, sehingga ketika paru - paru teriritasi oleh sesuatu yang memicu alergi (debu, bulu binatang, asap rokok, udara dingin dan lembab, dll) maka otot-otot saluran pernapasan pada pengidap asma menjadi kaku dan menyempit. \n\n \n\n Penyebab \n\n Penyakit Asma dapat disebabkan oleh alergi yang dipicu oleh debu, bulu binatang, asap rokok, udara dingin dan lembab, atau infeksi virus. Meskipun penyebab utama dari penyakit asma belum dapat diketahui, ada beberapa penyebab yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit asma, antara lain : \n\n \n \n Debu \n \n \n Bulu binatang \n \n \n Paparan asap rokok \n \n \n udara dingin dan lembab \n \n \n Asam lambung sedang naik \n \n \n Infeksi virus \n \n \n Olahraga \n \n \n Kehamilan \n \n \n Lingkungan \n \n \n\n Selain beberapa faktor pemicu diatas, Faktor genetik juga dapat menjadi salah satu penyebab seseorang menderita penyakit asma. \n\n Gejala \n\n Asma dapat terjadi pada semua golongan usia baik anak maupun dewasa sehingga gejala Asma yang dirasakan oleh penderita bisa berbeda-beda. Namun ada beberapa tanda gejala yang umum terjadi antara lain : \n\n \n \n Batuk-batuk dan mengi \n \n \n Sulit tidur dikarenakan sesak napas \n \n \n Sering terbangun di malam hari karena sesak napas \n \n \n Mengalami sesak napas terutama pada malam hari \n \n \n Nyeri atau sakit pada dada \n \n \n\n Selain gejala umum yang terjadi, gejala asma juga dianggap dianggap berat bila : \n\n \n \n Terjadi serangan asma setiap hari \n \n \n Sesak napas yang cukup berat \n \n \n Harus sering memakai inhaler atau obat semprot asma setiap hari \n \n \n\n Pada kondisi gejala berat, segeralah sahabat hermina datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan medis yang lebih tepat. \n\n \n\n Pengobatan \n\n Dalam pengobatan asma harus dengan pengawasan dari dokter, karena pengobatan asma disesuaika dengan golongan usia. Tujuannya adalah untuk meredakan gejala asma mencegah kekambuhan gejala, serta mengurangi pembengkakan dan penyempitan pada saluran pernapasan. Dalam pengobatan asma, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu dengan meredakan dan mencegah gejala asma kambuh. Sehingga penting untuk sahabat hermina menjalanin pengobatan. Beberapa upaya yang sapat sahabat hermina lakukan untuk menghindari kambuhnya penyakit asma, diantaranya adalah : \n\n \n \n Mengetahui pemicu munculnya gejala asma dan menghindarinya \n \n \n Membawa inhaler sebagai pengobatan saat gejala asma kambuh yang direkomedasikan oleh dokter \n \n \n Melakukan pemeriksaan ke dokter bila gejala tidak juga membaik setelah menjalani pengobatan \n \n \n\n Jika Sahabat Hermina merasa penyakit asma tidak kunjung membaik, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 18 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 04 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>