- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 08 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cedera Otak Traumatik<\/a><\/h3>
Traumatic Brain Injury (TBI) atau Cedera Otak Traumatik terjadi bila ada benturan terhadap kepala dan menyebabkan cedera. Hal ini bisa berupa cedera tembus seperti pisau, tembakan atau yang tidak tembus seperti kecelakaan mobil maupun motor. \n\n Terdapat berbagai tingkat keparahan cedera otak ini. Banyak orang bisa sembuh dalam beberapa hari namun ada juga cedera permanen bahkan kematian. Menurut data CDC hampir 3 juta orang datang ke RS baik ke UGD maupun perawatan karena TBI ini. \n\n TBI ini bisa terjadi pada siapapun namun paling sering 80% pada laki – laki. TBI ini juga umum pada lansia dengan usia diatas 65 tahun dimana para lansia sering kehilangan keseimbangan sehingga mudah jatuh. Berbagai profesi seperti atlet, pekerja konstruksi, militer dan polisi juga mempunyai resiko lebih tinggi terkena TBI. \n\n Terdapat beberapa tipe dan keparahan TBI : \n\n \n Mild concussion : merupakan yang paling sering terjadi dan diikuti hilangnya kesadaran untuk waktu singkat (dibawah 30 menit) atau adanya gangguan atensi serta memori paska trauma \n Moderate TBI: adanya gangguan kesadaran lebih dari 30 menit tapi dibawah 1 hari. Gangguan atensi dan memori bisa sampai beberapa minggu. \n Severe TBI: hilangnya kesadaran bisa lebih dari sehari disertai adanya kelainan pada CT scan maupun MRI \n Terbuka vs Tertutup : Pada cedera kepala tertutup, duramater atau lapisan terluar dari otak, tetap utuh. Tengkorak pasien dapat mengalami keretakan (fraktur). Di sisi lain, cedera terbuka atau tembus seringkali melibatkan suatu objek yang menusuk ke dalam tengkorak pasien, dimana akan menembus duramater. \n \n\n Seseorang yang menderita dari cedera kepala traumatis dapat merasakan pusing, mual, bingung, atau depresi. Masalah keseimbangan juga merupakan gejala utama. Otak sendiri terletak dalam sebuah ruangan yang tertutup, sehingga adanya perdarahan akan menyebabkan penambahan isi dalam kepala yang pada akhirnya akan menekan otak. Ini kondisi yang berbahaya dan mengancam nyawa. \n\n Beberapa gejala TBI : \n\n \n Perubahan perilaku \n Gangguan atensi dan memori \n Kejang \n Gangguan penglihatan \n Nyeri kepala \n Mual dan muntah \n Gangguan tidur \n Sensitif terhadapa cahaya \n \n\n Pada anak dan bayi gejala TBI biasanya berupa gangguan makan maupun minum serta menangis terus (agitasi). \n\n Apabila ada yang mengalami TBI maka harus segera berobat ke fasilitas kesehatan. Setelah pemeriksaan fisik akan dianjurkan untuk pemeriksaan penunjang seperti darah lengkap dan pencitraan. Pemeriksaan radiologis yang menjadi pilihan adalah CT scan kepala. \n\n Yang paling dikhawatirkan dari TBI adalah adanya perdarahan di otak. Perdarahan di otak ini bisa berbagai macam mulai dari yang kecil sampai luas. Penanganan awal yang tepat serta keputusan untuk perlu atau tidaknya operasi sangat menentukan harapan hidup pasien. \n\n Pasien dengan gejala ringan langsung konsultasikan dengan dokter dan dapatkan saran yang relevan mengenai kemungkinan perawatan pencegahan dini. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 09 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Mengemudi Aman dan Sehat !<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, berkendara merupakan aktifitas yang sudah menjadi bagian rutinitas masyarakat guna mencapai tempat yang dituju. Berkendara menggunakan mobil adalah impian dari individu terutama di kota besar karena kenyamanannya. Namun tidak bisa dipungkiri, beberapa kejadian kecelakaan lalu lintas, pengguna mobil bisa berdampak fatal yang merujuk ke kematian. \n\n Lazimnya kecelakaan lalu lintas terjadi disebabkan oleh faktor ketidak primaan pengemudi saat mengemudi, seperti mengantuk, kelelahan, emosi, serta kelalaian dalam mengemudi. \n\n Kenapa bisa mengantuk? \n\n Pada saat mengemudi dalam jangka waktu yang lama, posisi pengemudi cenderung statik, sehingga menyebabkan kelelahan pada otot-otot postur tubuh. Disamping kelelahan, dampaknya juga kepada kurangnya kadar Oksigen yang tersalurkan ke Otak karena semua kaca tertutup dan kemudian menghirup Freon dari AC sehingga Otak kekurangan oksigen dan menyebabkan mengantuk. \n\n Lalu apa kaitannya mengantuk dengan postur? \n\n Saat mengantuk, pola postural kita akan melemah, sehingga kesadaran/awareness akan menurun begitu juga dengan refleks-refleks kesigapan yang dibutuhkan saat mengemudi. \n\n Berikut tips agar postural kita tetap baik sehingga mengantuk dapat dicegah : \n\n \n Posisi Duduk \n \n\n Sebelum memulai perjalanan, pengendara harus mengatur posisi kursi mobil. Posisi duduk yang benar adalah badan tegak dan membentuk sudut 100 derajat. \n\n Caranya dengan mengatur posisi sandaran kursi agar berada pada posisi yang tepat namun tetap rileks, serta pastikan posisi tangan dan kaki tetap bebas bergerak ketika berkendara. \n\n Letakkan punggung menempel dengan sandaran jok atau back rest agar tidak mudah letih. \n\n Selain itu, perhatikan juga jangkauan penglihatan mata ke area exterior mirror, interior mirror, maupun blind spot area dapat terpantau jelas ketika pengendara sedang mengatur posisi kursi. \n\n \n\n \n Posisi Kepala \n \n\n Pastikan posisi headrest kursi sesuai dengan tinggi kepala pengemudi, dan pastikan posisi kepala tegak sejajar dengan bahu agar konsentrasi dan pandangan ke arah depan kendaraan tidak terganggu. \n\n Tinggi headrest yang tepat dapat melindungi kepala dan leher pengendara apabila terjadi benturan keras akibat kecelakaanPosisi Tangan \n\n Posisi tangan juga harus diperhatikan agar tetap bebas bergerak dan rileks. Ketika memegang kemudi, baiknya ibu jari berada di luar genggaman 4 jari Anda agar terhindar dari cedera ketika menggenggam lingkar kemudi secara penuh. \n\n Posisi tangan ketika menggenggam lingkar kemudi juga dianjurkan pada posisi arah pukul 9 dan arah pukul 3. \n\n Selalu gunakan kedua tangan ketika memegang lingkar kemudi untuk menjaga refleks bermanuver dan juga demi keselamatan \n\n \n\n \n Posisi Tangan \n \n\n Posisi tangan juga harus diperhatikan agar tetap bebas bergerak dan rileks. Ketika memegang kemudi, baiknya ibu jari berada di luar genggaman 4 jari Anda agar terhindar dari cedera ketika menggenggam lingkar kemudi secara penuh.Posisi tangan ketika menggenggam lingkar kemudi juga dianjurkan pada posisi arah pukul 9 dan arah pukul 3.Selalu gunakan kedua tangan ketika memegang lingkar kemudi untuk menjaga refleks bermanuver dan juga demi keselamatan \n\n \n\n \n Posisi Kaki \n \n\n Posisi kaki harus disesuaikan dengan kenyamanan pengendara, karena posisi kaki yang tepat akan mencegah nyeri lutut setelah berkendara jarak jauh. \n\n Posisi kaki tidak boleh terlalu menekuk maupun terlalu lurus. \n\n Kemudian kendalikan tinggi atau rendahnya kursi sesuai dengan postur tubuh, dan pinggul tidak oleh lebih rendah dari lutut karena akan menyumbat peredaran darah ke kaki. \n\n Jika mobil tidak memiliki kontrol tersebut, pengendara dapat menggunakan bantal untuk menjaga pinggul setinggi lutut. \n\n Bagi pengendara mobil bertransmisi manual, hindari kebiasaan kaki kiri menempel pada permukaan pedal kopling apabila sedang tidak digunakan, agar fungsi kopling dapat selalu berfungsi dengan baik. \n\n Perlu diperhatikan juga karpet di bawah area pedal kendaraan dengan selalu menggunakan karpet berpermukaan rata dan tidak bergelombang maupun terlipat, karena bentuk karpet yang bergelombang atau terlipat dikhawatirkan dapat mengakibatkan pedal rentan tersangkut ketika sedang diinjak. Hal tersebut sangat berbahaya bagi pengendara. \n\n \n\n \n Melakukan Peregangan Otot \n \n\n Berkendara dengan jarak jauh dan duduk terlalu lama harus diimbangi dengan peregangan otot. \n\n Hal ini dilakukan agar peredaran darah lancar dan pengendara tidak merasa kelelahan. \n\n Peregangan otot dapat dilakukan setiap 2-3 jam sekali ketika badan sudah terasa pegal atau kurang nyaman selama berkendara. \n\n \n\n \n Istirahat saat mulai terasa lelah dan mengantuk \n \n\n Hal ini bertujuan untuk memulihkan kembali metabolisme tubuh serta memenuhi kembali kebutuhan Oksigen di Otak yang berkurang selama berkendara. \n\n \n\n oleh dr. Sunaryo B. Sastradimaja, Sp.KFR \nRefferensi : \n\n -A method to model anticipatory postural control in driver braking events \n\n - Jonas OsthErik EliassonRiender HappeeKarin Broli \n\n -Chalmers University of Technology, Department of Applied Mechanics, Division of Vehicle Safety, Gothenburg, SwedenbBioMechanical Engineering, Faculty of Mechanical, Maritime and Materials Engineering, Delft University of Technology, The Netherlands \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 09 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>