- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
8 Gejala pada Penderita Demensia <\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina, pernah mendengar penyakit demensia ? Penyakit demensia adalah sebuah keadaan dimana penderitanya mengalami penurunan daya ingat. Hal ini memang umum dijumpai pada usia lanjut, namun hal ini juga dapat menyerang masyarakat pada usia produktif. Yuk, sahabat cari tahu lebih dalam mengenai penyakit demensia. \n\n \n\n Jenis-Jenis Demensia dan Penyebabnya \n\n Demensia disebabkan oleh kerusakan sel dan gangguan fungsi saraf yang mengatur fungsi luhur. Hal ini bisa terjadi karena berbagai hal tetapi paling sering disebabkan kelainan pembuluh darah dan proses degeneratif atau penuaan progresif dari sistem saraf. Dua jenis demensia yang paling sering terjadi, diantaranya adalah : \n\n 1. Penyakit Alzheimer \n\n Penyakit Alzheimer termasuk pada jenis demensia yang paling sering terjadi dan berhubungan dengan proses degeneratif, proses degeneratif sendiri penyebabnya belum diketahui pasti tetapi meliputi faktor genetik, oksidan bebas, penuaan dan pola hidup. \n\n \n\n 2. Demensia Vaskular \n\n Berbeda dengan penyakit Alzheimer, Demensia Vaskular dominan disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada pembuluh darah di otak. Stroke yang berulang baik yang terdeteksi ataupun silent stroke diklaim menjadi pemicu dari Demensia Vaskular. \n\n Selain dari dua penyakit di atas, ada beberapa kelainan yang menyerupai demensia seperti kondisi gaduh gelisah karena sakit berat, obat-obatan, atau trauma kepala serta gangguan atensi dan perilaku yang biasa muncul pada gangguan kejiwaan (pseudodemensia). \n\n \n\n Gejala pada Demensia \n\n Gejala utama pada demensia adalah penurunan pada 2 domain fungsi luhur bisa berupa daya ingat, bahasa, atensi, kemampuan visuospatial dan mengambil keputusan. Gejala ini dapat semakin memburuk seiring berjalanya waktu dan bisa disertai gangguan emosi dan perilaku. \n\n Gejala-gejala yang harus diwaspadai untuk mengenal adanya demensia meliputi : \n\n 1. Sulit konsentrasi \n\n 2. Mudah lupa \n\n 3. Sulit mempelajari hal baru \n\n 4. Sulit mengingat nama, waktu dan tempat \n\n 5. Kehilangan kata-kata ketika berbicara, dan sulit menemukan kata yang tepat \n\n 6. Mengulang aktifitas yang sama tanpa disadari \n\n 7. Suasana hati tidak menentu \n\n 8. Sulit melakukan aktivitas rutin \n\n Dalam menegakan diagnosa dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk menentukan seseorang mengalami demensia atau tidak serta jenis demensianya, pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan untuk menegakan diagnosa ini. Jika keluarga dicurigai mengalami demensia segeralah melakukan pemeriksaan agar segera terdiagnosis dengan tepat dan dapat diberikan penanganan sesuai gejala yang muncul. Terapi demensia sendiri dapat berupa obat – obatan, latihan, olahraga, dukungan keluarga dan konsultasi serta support psikologis baik untuk pasien maupun keluarga . \n\n Konsultasikan segera jika sahabat hermina mengalami gejala - gejala demensia dengan dokter spesialis di RS. Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 18 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Demensia atau Pikun<\/a><\/h3>
Demensia/pikun adalah penyakit yang banyak menyerang orang berusia lanjut, makin tua makin besar kemungkinan terserang demensia. Pada penderita demensia, terjadi gangguan fungsi intelektualnya, termasuk pula kemampuan mengingat, terutama ingatan jangka pendek (mudah lupa). Penderita demensia juga sulit berpikir abstrak, sukar mengolah informasi baru atau mengatasi persoalan. Kepribadian seorang penderita demensia, misalnya respons emosionalnya, juga bisa berubah. Dalam beberapa kasus, gejala itu bisa menjadi kronis dan progresif sehingga penderita kehilangan seluruh kemampuan intelektualnya. \n\n Mudah lupa merupakan gejala yang paling sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari warga lanjut usia (lansia). Tapi, mudah lupa tak jarang ditemukan pada usia setengah baya, bahkan umur belia. Mudah lupa memang bisa dianggap gejala wajar atau alamiah. Tapi, kita tetap harus waspada, sebab mudah lupa (terutama pada usia belia) bisa saja merupakan stadium awal dari demensia (dementia) atau kepikunan, yang merupakan gangguan otak akibat penyakit atau kondisi lainnya. \n\n Gangguan fungsi jaringan otak tersebut dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (misalnya gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (misalnya tifus, endometritis, payah jantung, intoksikasi, dan sebagainya). \n\n Butir klinis penting dari demensia adalah identifikasi sindrom dan pemeriksaan klinis tentang penyebabnya. Gangguan mungkin progresif atau statis, permanen atau reversibel. Suatu penyebab dasar selalu diasumsikan, walaupun pada kasus yang jarang adalah tidak mungkin untuk menentukan penyebab spesifik. \n\n Kemungkinan pemulihan (reversibilitas) demensia adalah berhubungan dengan perjalanan dan penyebab penyakit dan ketersediaan serta penerapan pengobatan yang efektif. Diperkirakan 15% orang dengan demensia mempunyai penyakit-penyakit yang reversibel jika dokter memulai pengobatan tepat pada waktunya, sebelum terjadi kerusakan yang ireversibel. \n\n Pertanyaan yang terkait dengan demensia/kepikunan adalah \n\n \n Apakah yang dimaksud dengan demensia ? \n \n\n Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat kronis-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi kognitif yang multipel tanpa gangguan kesadaran. \n\n Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada demensia adalah intelegensia umum, daya ingat, daya pikir, orientasi, persepsi, perhatian, daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, daya nilai (judgenent), dan kemampuan sosial \n\n \n Bagaimana gejala demensia? \n \n\n Secara umum gambaran klinis demensia yaitu adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil. Umumnya disertai, dan ada kalanya diawali, dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup. Pada demensia tidak ditemukan gangguan kesadaran (clear consciousness) dan gejala serta disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan. \n\n Pasien dengan demensia biasanya dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya, polisi atau pengasuh yang mengeluh bahwa pasien telah berkeliaran, bingung, perilaku yang tidak wajar (misalnya, memegang dan menyentuh dengan maksud seksual yang tak semestinya, pergi ke luar rumah dengan pakaian yang tidak pantas, misalnya memakai baju kaos dan celana dalam saja), agresif, depresif, cemas. Pasien dengan diagnosis demensia biasanya dibawa masuk ke UGD karena perubahan perilaku yang mendadak. \n\n Demensia harus dibedakan dari proses menua normal. Pada proses menua biasa, pasien mungkin mengalami gangguan fungsi kognitif, tetapi tidak progresif dan tidak menyebabkan gangguan fungsi pekerjaan sosial. \n\n \n Apa sajakah gangguan yang mirip dengan demensia ? \n \n\n Delirium. Delirium dibedakan dari demensia, yaitu pada delirium onset penyakit yang cepat, durasi yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif lamanya berhari-hari hingga berminggu-minggu, eksaserbasi nokturnal dari gejala, gangguan jelas pada siklus bangun tidur, gangguan perhatian dan persepsi yang menonjol, serta atensi dan kesadaran amat terganggu. \n\n Depresi. Pada umumnya, pasien dengan disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi mempunyai gejala depresif yang menonjol, mempunyai lebih banyak tilikan terhadap gejalanya dibandingkan pasien demensia, dan seringkali mempunyai riwayat episode depresif di masa lalu, osetnya cepat, pada pemeriksaan CT-Scan dan EEG normal. \n\n Gangguan buatan. Orang yang berusaha menstimulasi kehilangan ingatan, seperti pada gangguan buatan, melakukan hal tersebut dalam cara yang aneh dan tidak konsisten. Pada demensia yang sesungguhnya, ingatan akan tempat dan waktu hilang sebelum ingatan terhadap orang, dan ingatan yang belum lama hilang sebelum ingatan yang lama. \n\n Skizofrenia. Walaupun skizofrenia mungkin disertai dengan suatu derajat gangguan intelektual didapat, gejalanya jauh kurang berat dibanding gejala yang berhubungan dengan psikosis dan gangguan pikiran yang ditemukan pada demensia. \n\n Penuaan mormal. Mudah lupa sebenarnya fenomena biasa pada orang tua. Sejalan dengan pertambahan usia, otak akan kehilangan puluhan ribu selnya dan beratnya pun berkurang. Penciutan permukaan otak (korteks) akan terjadi di bagian temporal (pelipis) dan frontalis (depan) yang berfungsi sebagai pusat daya ingat. Perubahan struktur anatomi otak itu akan diikuti gangguan fungsi faal otak terutama daya ingat. Sehingga orang tua mengalami gejala mudah lupa (forgetfulness). \n\n \n Bagaimana penatalaksanaan adanya gangguan demensia? \n \n\n Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati bila pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium termasuk pencitraan otak yang tepat harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar. \n\n Pendekatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. \n\n Pengobatan simtomatik termasuk: pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan auditoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus decubitus (luka akibat tiduran terus), dan gangguan jantung - paru. Perhatian khusus harus diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama. \n\n Pengobatan farmakologis yang tersedia saat ini sesuai dengan resep/rujukan dari dokter. \n\n Dari segi psikoterapi dan edukasional, pasien sering kali mendapatkan manfaat karena perjalanan penyakitnya diterangkan secara jelas kepada mereka. Mereka juga mendapatkan manfaat dari bantuan dalam kesedihan dan dalam menerima beratnya ketidakmampuan mereka. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 16 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
Demensia<\/a><\/h3>
Demensia adalah sindrom penurunan fungsi intelektual dibanding sebelumnya yang cukup berat sehingga mengganggu aktivitas sosial dan profesional yang tercermin dalam aktivitas hidup keseharian dan biasanya ditemukan juga perubahan perilaku. \n\n Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, diantaranya gangguan peredaran darah otak, infeksi otak, defisiensi vitamin, gangguan metabolik, alkoholisme, gangguan psikiatri, NPH (normal pressure hydrocephalus), penyakit Parkinson, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar penyebab ini ditemukan pada usia lanjut. \n\n Adapun gejala dan tanda demensia, yaitu: \n\n - Gangguan memori (mudah lupa) \n\n - Gangguan fungsi berbahasa (berbicara, membaca, menulis) \n\n - Gangguan atensi (perhatian) \n\n - Gangguan visuospasial (berpakaian, mengenali wajah, melakukan prosedur sederhana) \n\n - Gangguan fungsi eksekutif (membuat keputusan, mengatur keuangan, aktivitas kompleks) \n\n - Gangguan kepribadian, perilaku, atau penampilan \n\n \n\n Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan diagnosis demensia antara lain: \n\n - Laboratorium (darah lengkap, elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, hormon tiroid, kadar vitamin B12) \n\n - Pencitraan otak (CT scan, MRI) \n\n - Genetik (APOE, protein Tau) \n\n - Pemeriksaan fungsi kognitif (CDT, MMSE, MoCA-INA) \n\n \n\n Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh pasien demensia, antara lain: \n\n - Medikamentosa (antioksidan, neurotropik, asetilkolinesterase inhibitor, NMDA antagonis) \n\n - Non medikamentosa (peningkatan kemandirian, mempertahankan fungsi kognitif, terapi perubahan perilaku) \n\n - Operatif (demensia yang menyertai NPH) \n\n \n\n Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan demensia, yaitu: \n\n - Mengkonsumsi makanan yang sehat \n\n - Gaya hidup sehat (istirahat cukup, olahraga secara teratur, menghindari stress) \n\n - Mengendalikan faktor risiko (kontrol tekanan darah, gula darah, kolesterol) \n\n - Deteksi dini dengan pemeriksaan fungsi kognitif \n\n \n\n Bila seseorang sudah terdapat tanda dan gejala demensia seperti tersebut di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf (neurologi) untuk melakukan deteksi dini dari demensia. Deteksi dini demensi sangat penting untuk mencegah perburukan kondisi dari penderita demensia. Terapi secara dini dan tepat dapat mengoptimalkan dan mempertahankan kualitas hidup penderita demensia. \n\n Pada pasien dengan penyakit Demensia dapat menyebabkan beberapa gangguan fungsi, yang akan kami jelaskan lebih lanjut mengenai Stroke dan Gangguan Fungsi Kognitif di artikel berikutnya. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 16 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>