- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 05 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Atasi Penurunan Nafsu Makan pada Penderita Tuberkulosis<\/a><\/h3>
Malnutrisi dan tuberkulosis merupakan masalah besar di beberapa wilayah di dunia dan kedua masalah ini bisa saling berkaitan satu sama lain. Sebelum melihat keterkaitan antar keduanya, berikut penjelasan dari masing-masing aspek: \n\n \n\n Tuberkulosis, atau TB, adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri TB menyebar di udara melalui semburan titik-titik air liur dari batuk penderita TB aktif. Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit TB aktif dapat disembuhkan dengan antibiotik khusus. \n\n \n\n Gejala utama TB adalah batuk terus-menerus (berdahak ataupun tidak). Sementara gejala lainnya adalah: \n\n \n Demam meriang berkepanjangan \n Sesak nafas dan nyeri dada \n Batuk bercampur darah \n Berat badan menurun \n Nafsu makan menurun \n \n\n \n\n Pengobatan TB berlangsung selama kurang lebih 6 bulan, dengan diberikan kombinasi dari beberapa obat. Salah satu efek samping dari pengobatan ini adalah penurunan nafsu makan dan mual. \n\n \n\n \n\n Hubungan TB dengan Malnutrisi \n\n \n\n Tuberkulosis dapat menyebabkan malnutrisi, dan malnutrisi juga dapat menjadi predisposisi tuberkulosis. \n\n \n\n Status gizi buruk menyebabkan malnutrisi energi protein yang menyebabkan gangguan system kekebalan tubuh. Ketika kekebalan tubuh menurun, akan meningkatkan risiko berkembangnya tuberkulosis. \n\n \n\n Status gizi cenderung lebih rendah pada pasien tuberkulosis. Hal ini disebabkan oleh penyakit tuberkulosis yang dapat memengaruhi penurunan nafsu makan, gangguan penyerapan zat gizi, dan peningkatan metabolisme yang menyebabkan penurunan berat badan. \n\n \n\n Malnutrisi juga dapat menurunkan efektifitas rejimen obat anti-TB, yang harus dikonsumsi pasien selama beberapa bulan. Kemanjuran vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) juga bisa terganggu oleh malnutrisi. \n\n \n\n Terdapat beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi untuk pasien TB, antara lain: \n\n a) Tingkatkan asupan protein untuk mencegah penurunan massa otot, dengan mengonsumsi: daging tanpa lemak, telur, tempe, tahu, susu, ikan, dan daging unggas. \n\n b) Mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang cukup, dengan mengutamakan sumber lemak tak jenuh seperti: kacang-kacangan, minyak zaitun, alpukat, ikan, minyak nabati. Hindari terlalu banyak pengolahan makanan dengan digoreng karena dapat merangsang batuk. \n\n c) Karbohidrat dikonsumsi dalam jumlah cukup, adapun sumber karbohidrat yang dianjurkan meliputi: nasi, kentang, roti, gandum. \n\n d) Batasi konsumsi makanan terlalu manis: gula, sirup karena dapat merangsang batuk \n\n e) Nutrisi seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C dan E, serta zat besi dan selenium biasanya kurang pada pasien TB. Perbanyak konsumsi antioksidan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh seperti: \n\n \n Vitamin A: wortel, tuna, bayam, labu kuning, ubi, hati, produk susu, brokoli \n Asam askorbat/vitamin C: jeruk, kiwi, strawberry, jambu biji, paprika \n Zat besi: daging merah, ikan, unggas, bayam, brokoli \n Seng: daging, kerang, kacang-kacangan, biji-bijian \n Vitamin D: ikan, kuning telur, hati, susu dan produk susu \n Selenium: ikan, daging, seafood \n \n\n \n\n \n\n Cara Mengatasi Penurunan Nafsu Makan \n\n Nafsu makan yang turun dapat diatasi, caranya: \n\n \n Makan porsi kecil dan sering \n Membuat makanan padat gizi dengan menambahkan susu, telur, tepung, minyak atau santan (pudding susu) \n Menghindari makanan yang memicu batuk dan peningkatan asam lambung (terlalu manis, terlalu asam, dingin dan pedas) \n Mengonsumsi makanan berkuah atau banyak cairan \n Menyediakan makanan yang bervariasi dan dihidangkan dengan menarik untuk mengundang selera makan \n \n\n \n\n \n\n Penderita TB harus selalu diawasi dalam mengonsumsi obat dan menjaga asupan makanannya agar dapat segera sembuh. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter di rumah sakit terdekat. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Referensi: \n\n Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama \n\n Bhargava A, Chatterjee M, Jain Y, et al. Nutritional Status of Adult Patients with Pulmonary Tuberculosis in Rural Central India and Its Association with Mortality. PLoS ONE. Published online October 24, 2013:e77979. doi:10.1371/journal.pone.0077979 \n\n Gupta, K.B., Gupta, R., Atreja, A., Verma, M. and Vishvkarma, S. Tuberculosis and Nutrition. Lung India. 2009. 26(1): 9-16. \n\n Mahan L, Raymond J. KRAUSE’S FOOD & THE NUTRITION CARE PROCESS. 14th ed. 2017. Elsevier Inc. \n\n Queensland Health Department. 2017. Tuberculosis Fact Sheet Indonesian. www.health.qld.gov.au/. \n\n TBFACTS.ORG. 2018. Information About Tuberculosis. www.tbdacts.org. \n\n WHO. 2013. Nutritional Care and Support For Patients with Tuberculosis. https://www.who.int/tb/TBnutrition.pdfs \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 30 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Stunting Pada Anak dengan Perbaikan Pola Makan<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, stunting atau perawakan pendek masih menjadi fokus masalah kesehatan anak terutama di negara berkembang. Penyebab terbanyak perawakan pendek adalah malnutrisi kronik dengan infeksi akut berulang yang didefinisikan sebagai stunting pada balita. Tidak semua anak pendek itu stunting, namun anak stunting sudah pasti pendek. Anak stunting berisiko mengalami infeksi akut berulang, penurunan kemampuan intelektual, penurunan produktivitas, gangguan reproduksi, dan peningkatan risiko obesitas sehingga menjadi penyakit degeneratif di masa depan. \n\n \n\n Angka kejadian stunting yang tinggi menjadi fokus perhatian kesehatan anak. Stunting dapat terjadi sejak intrauterin dan berlanjut sampai usia 2 tahun. Optimalisasi intervensi untuk pencegahan dan tata laksana stunting saat ini berfokus dalam 1000 hari pertama kehidupan untuk memperbaiki malnutrisi atau penyakit kronik. Anak yang masih stunting melewati periode tersebut dianggap tidak akan mengalami kejar tumbuh dan gangguan kognitif akan menetap. \n\n \n\n Berikut adalah beberapa hal yang harus diketahui orangtua untuk mencegah anak mengalami stunting, yaitu aturan pemberian makan (feeding rules), strategi makan yang sehat, hal yang perlu diperhatikan, serta tahapan perkembangan makan anak berdasarkan usia. \n\n \n\n Aturan pemberian makan (feeding rules) \n\n - Jadwal \n\n Jadwal makanan utama dan selingan (snack) yaitu 3x makan utama dan 2x makanan kecil diantara makan utama. Susu dapat diberikan 2-3 kali sehari. Pemberian makan tidak boleh lebih dari 30 menit dan hanya boleh mengonsumsi air putih diantara waktu makan. \n\n \n\n - Lingkungan \n\n Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan tidak ada paksaan. Hindari menggunakan mainan, gawai, dan televisi agar tidak ada distraksi saat makan. Biarkan anak duduk saat makan dan fokus terhadap makanan. Hindari membawa anak berjalan-jalan sambal makan, makan ditempat terbuka atau tempat yang membuat perhatian anak jadi teralihkan dari makanan. Jangan jadikan makanan sebagai hadiah. \n\n \n\n - Prosedur \n\n Motivasi anak untuk makan sendiri. Bila anak menunjukkan tanda-tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan dengan natural yaitu tanpa membujuk atau memaksa, namun apabila setelah 10-15 menit anak masih tidak mau makan, akhiri proses makan. \n\n \n\n Strategi Makan Yang Sehat Untuk Bayi Dan Balita \n\n \n\n Berikut merupakan strategi makanan yang sehat untuk bayi dan balita: \n\n - Jangan menyerah untuk memperkenalkan jenis makanan baru. Ibu bisa jadi harus menawarkan 10-15 kali jenis makanan baru sebelum anak mau memakannya. \n\n - Berikan contoh untuk memakan jenis makanan baru terlebih dahulu. Anak belajar dengan memperhatikan dan mencontoh ibunya. \n\n - Batasi pemberian jus buah. Jus mengandung gula dalam jumlah cukup banyak. Konsumsi jus membuat anak kenyang sehingga tidak berselera saat jam makan tiba. Berikan buah potong sebagai pengganti jus. \n\n - Matikan TV, komputer, dan gawai saat jam makan berlangsung \n\n - Tawarkan selingan sehat diantara waktu makan jika anak terlihat lapar \n\n - Berikan berbagai variasi pilihan rasa dan jenis makanan sehat untuk anak \n\n - Waktu makan bukanlah hanya tentang makanan. Waktu makan adalah waktu untuk berkomunikasi dan mendukung perkembangan anak. Berinteraksilah karena hal ini dapat membangun hubungan keluarga yang kuat. \n\n - Jangan paksa anak untuk makan. Hari ini sering mengakibatkan anak menolak untuk makan, dan susah menghabiskan makanan. \n\n \n\n \n\n Hal Hal Yang Harus Diperhatikan \n\n Dalam proses makan dan selama MPASI, Si Kecil masih harus intensif diperhatikan sesuai tumbuh kembangnya sehingga pemberian makan juga harus memperhatikan: \n\n - Protein hewani dan nabati diberikan sejak usia 6 bulan. \n\n - Telur, daging, dan ikan diberikan dalam keadaan benar-benar matang. \n\n - Pemberian jus buah tidak disarankan untuk anak berusia dibawah 1 tahun (sebaiknya buah potong). \n\n - Madu diberikan setelah anak berusia 1 tahun. \n\n - Pastikan kebersihan tangan anak sebelum memulai makan. \n\n - Hindari pemberian makanan dengan kadar lemak tinggi, pemanis, dan penyedap rasa tambahan. \n\n - Pisahkan talenan yang digunakan untuk memotong bahan mentah dan bahan matang. \n\n - Perhatikan kebersihan tangan dan peralatan dalam mempersiapkan MPASI. \n\n - Minyak, mentega, atau santan dapat digunakan sebagai penambah kalori. \n\n - Gula dan garam boleh diberikan dalam kadar yang sesuai. \n\n \n\n \n\n Usia, Perkembangan Anak, dan Tahapan Mpasi \n\n Terdapat tahapan pemberian makan yang sesuai dengan perkembangan anak berdasarkan usianya yang dapat disimak pada informasi dibawah ini. \n\n \n\n - Usia 0-6 bulan \n\n Perkembangan anak pada usia 4-6 bulan, menunjukkan respon membuka mulut ketika sendok didekatkan. Dapat memindahkan makanan dari sendok ke mulut. Air susui ibu dapat memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi bayi. \n\n \n\n - Usia 6-9 bulan \n\n Perkembangan anak bayi pada usia ini adalah sudah dapat memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya. Gigi depan bayi mulai tumbuh. Bayi dapat menelan makanan dengan tekstur yang lebih kental. \n\n \n Tekstur MPASI: Puree (saring) dan mashed (lumat) \n Frekuensi MPASI: 2-3 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan \n Banyaknya MPASI per porsi: 3 sendok makan hingga setengah mangkuk ukuran 250ml \n \n\n \n\n - Usia 9-12 bulan \n\n Perkembangan anak bayi pada usia ini adalah sudah dapat merapatkan bibir ketika disuapi untuk membersihkan sisa makanan di sendok. Bayi dapat menggigit makanan dengan tekstur lebih keras, sejalan dengan tumbuhnya gigi. \n\n \n Tekstur MPASI: minced (cincang halus), chopped (cincang kasar), dan finger foods \n Frekuensi MPASI: 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan \n Banyaknya MPASI per porsi: setengah mangkuk ukuran 250ml \n \n\n \n\n - Usia 12-23 bulan \n\n Perkembangan anak di usia ini yaitu sudah dapat beradaptasi dengan segala macam tekstur makanan, namun belum dapat mengunyah secara sempurna. Mulai beradaptasi dengan segala menu makanan yang diberikan, termasuk makanan keluarga. \n\n \n Tekstur MPASI: makanan keluarga \n Frekuensi MPASI: 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan \n Banyaknya MPASI per porsi: tiga perempat hingga satu mangkok penuh ukuran 250ml \n \n\n \n\n \n\n Nah Sahabat Hermina, untuk pencegahan stunting pada anak, yuk pastikan anak mendapatkan perbaikan pola makan yang cukup. Aturan pemberian makan (feeding rules), strategi makan yang sehat, hal yang perlu diperhatikan, serta tahapan perkembangan makan anak berdasarkan usia. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 19 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Masalah Makan pada Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pemberian makan merupakan bagian penting dari kehidupan bayi dan anak di bawah tiga tahun (batita) dan sebagian besar interaksi orangtua dan anak terjadi pada saat pemberian makan. Masalah makan berdampak buruk terhadap kesehatan anak, seperti gangguan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, dan bahkan kematian. Selain itu, masalah makan berpotensi menyebabkan gangguan kognitif dan perilaku, serta dikaitkan dengan gangguan cemas dan kelainan makan pada anak, remaja, dan dewasa muda. \n\n \n\n Masalah makan dapat diklasifikasikan menjadi: \n\n - Inappropriate feeding practice, yaitu masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah ataupun pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia. Inappropriate feeding practice dapat terjadi primer karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai pemberian makan yang benar atau sekunder sebagai respons terhadap small eaters, parental misperception, dan food preference (pilih-pilih makan atau penolakan terhadap makanan tertentu). \n\n \n\n - Food preference dapat berupa picky eater, yaitu anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, tetapi masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur atau buah, dan susu, sedangkan selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein. \n\n \n\n - Small eaters, yaitu anak dengan keluhan makan sedikit, status gizi kurang, dan feeding rules benar. Anak yang termasuk small eaters adalah anak aktif, perkembangan normal, seringkali lebih tertarik pada lingkungan dibandingkan makanan, dan tidak memiliki masalah medis yang mendasari. Orangtua yang memiliki anak dengan masalah ini umumnya menjadi cemas dan mengompensasi makan yang sedikit dengan pemberian camilan, atau hanya susu yang justru menurunkan selera terhadap makanan utama dan pada akhirnya menyebabkan orangtua memaksa anak makan. Bila small eaters tidak ditangani dengan benar, anak dapat mengalami gagal tumbuh. \n\n \n\n - Parental misperception didefinisikan sebagai anak yang menurut pendapat orangtua memiliki masalah makan, tetapi setelah dianamnesis lebih lanjut, orangtua atau pengasuh sudah menerapkan feeding rules dengan benar dan anak memiliki status gizi baik. \n\n \n\n \n\n Penangan Masalah Makan pada Anak \n\n Untuk menangani masalah makan pada anak, dapat dilakukan hal seperti: \n\n \n\n - Terapkan feeding rules. Feeding rules adalah aturan dasar pemberian makan. Ada jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur, yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antaranya, susu dapat diberikan dua-tiga kali sehari. Hanya boleh mengkonsumsi air putih di antara waktu makan. \n\n \n\n - Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan). Tidak ada distraksi (mainan,televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan. Jangan memeberikan makanan sebagai hadiah. \n\n \n\n - Dorong anak untuk makan sendiri, Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa. Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhir proses makan. \n\n \n\n - Pemberian makan sesuai usia, mencakup aspek tekstur dan rasio makanan padat dan cair. Beberapa orangtua mengeluhkan anak tidak mampu mengonsumsi makanan dengan tekstur yang sesuai dengan usianya, misalnya anak usia 1 tahun hanya mampu mengonsumsi makanan lumat atau diblender. Pada anak sehat dengan perkembangan normal, hal ini umumnya terkait dengan kurangnya latihan oromotor pada periode kritis, yaitu usia 6-12 bulan, sehinga sangat penting memberikan tekstur makanan sesuai usia. \n\n \n\n \n\n Tatalaksana picky eater maupun selective eater adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut: \n\n \n\n - Sajikan makanan dalam porsi kecil. Pilihan makanan orangtua akan mempengaruhi menu yang disajikan bagi anak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan agar orangtua menyajikan berbagai jenis makanan walaupun makanan tersebut bukan kesukaan orangtua. \n\n \n\n - Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan 10 atau lebih paparan dibutuhkan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan pada anak usia 2 tahun, sedangkan untuk anak usia 4-5 tahun dibutuhkan 8 sampai 15 kali paparan. Untuk pengenalan awal, makanan dapat disajikan di piring orangtua. \n\n \n\n - Sajikan makanan di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak, tanpa menawarkan ke anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali. Namun, bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak. \n\n \n\n - Orangtua memberikan contoh makan yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan pada makanan. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan makin tertarik. \n\n \n\n Jika paparan terhadap makanan menyebabkan anak ingin muntah bahkan muntah, hentikan makanan tersebut dan cobalah makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak. \n\n \n\n Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining). Orangtua harus tetap bersikap dan berpikir netral dan tenang dalam menyikapi asupan makanan anak. \n\n \n\n \n\n Sahabat Hermina, itulah sedikit pengetahuan mengenai permasalahan makan pada anak, Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan Sahabat Hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Hidup Sehat, Bugar dengan Berat Badan Ideal<\/a><\/h3>
Hidup Sehat, Bugar dengan Berat Badan Ideal \n\n Apakah yang dimaksud dengan sehat dan bugar? \n\n Sehat adalah keadaan baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. \n\n Bugar adalah kemampuan tubuh melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh energi dengan semangat. \n\n \n\n Bagaimana kita dapat mengetahui berat badan ideal atau tidak? \n\n \n Menghitung indeks massa tubuh (IMT) \n \n\n \n\n \n\n Lalu setelah didapatkan hasil, golongkan dalam tabel berikut: \n\n\n \n \n \n Klasifikasi status gizi Asia Pasifik WHO \n \n \n IMT \n \n \n \n \n Berat Badan Kurang \n \n \n < 18,5 \n \n \n \n \n Normal \n \n \n 18,5-22,9 \n \n \n \n \n Berat Badan Lebih \n \n \n ≥ 23 \n \n \n \n \n Berisiko \n \n \n 23-24,9 \n \n \n \n \n Obesitas I \n \n \n 25-29,9 \n \n \n \n \n Obesitas II \n \n \n ≥ 30 \n \n \n \n\n\n \n\n \n Melakukan pengukuran massa lemak, salah satunya dengan mengukur lingkar perut. Berikut langkah-langkahnya : \n \n\n - Lakukan pengukuran di pagi hari saat bangun tidur, setelah buang air besar atau buang air kecil \n\n - Berdiri rileks dengan memakai pakaian yg tipis atau tanpa pakaian \n\n - Lalu ukur dengan pita ukur di bagian perut paling buncit \n\n - Lingkar perut yang normal untuk laki-laki < 90 cm dan perempuan < 80 cm \n\n \n\n Bila setelah hasil penghitungan, didapatkan berat badan tidak ideal atau kegemukan, maka bahaya apakah yang dapat terjadi di kemudian hari? Tentunya dapat terkena berbagai penyakit berbahaya, seperti: \n\n \n Tekanan darah tinggi \n Penyakit kencing manis \n Penyakit jantung koroner \n Stroke \n Keganasan atau kanker \n Gangguan hormon atau ketidaksuburan \n Dampak sosial: menjadi tidak percaya diri dan produktivitas kerja menurun \n \n\n \n\n \n\n Siapa sajakah yang bisa mengalami kegemukan atau obesitas? Siapa saja dapat mengalami kegemukan atau obesitas, tanpa memandang usia. Dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia, jika tidak menjaga pola hidup sehat, dapat obesitas. \n\n Apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah obesitas? \n\n \n Lakukan pengaturan pola makan sesuai gizi seimbang dan bervariasi \n Pilihlah makanan dengan sumber karbohidrat kompleks seperti beras merah, kentang, jagung, ubi dll \n Hindari konsumsi makan-makanan yang digoreng kering terlalu sering \n Minimalkan konsumsi gula tambahan dan makanan tinggi lemak \n Perbanyak konsumsi sayur dan buah \n Lakukan olahraga secara rutin \n Berkonsultasi lah ke klinik gizi untuk mendapatkan menu diet secara personal \n \n\n Sahabat Hermina, memiliki berat badan berlebih tidak baik untuk kesehatan. Untuk itu, mari kita mulai terapkan pola hidup sehat, makan makanan dengan gizi seimbang, dan rutin berolahraga agar berat badan ideal tetap terjaga dan selalu sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 25 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>