- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Amandel<\/a><\/h3>
Apa itu amandel (tonsilitis)? \n\n Tonsilitis atau sering disebut radang amandel adalah pembengkakan dan peradangan pada amandel, yang biasanya disebabkan oleh infeksi. \n\n Seberapa umumkah amandel? \n\n Kondisi ini umum terjadi pada jutaan individu setiap tahunnya. Radang amandel dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun, namun paling banyak ditemui pada anak-anak kecil hingga remaja. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut. \n\n Apa saja tanda-tanda dan gejala amandel (tonsilitis)? \n\n Gejala umum dari tonsilitis adalah: \n\n \n Radang tenggorokan \n Kesulitan atau sakit saat menelan \n Suara yang serak \n Batuk \n Napas bau \n Amandel yang tampak berwarna merah dan bengkak \n Amandel yang memiliki bercak putih atau kuning \n Tidur mengorok \n \n\n Apa penyebab amandel (tonsilitis)? \n\n Infeksi bakteri seperti streptococcus adalah salah satu penyebab utama radang amandel. Infeksi virus seperti Epstein-Barr, herpes, influenza, dan enterovirus juga merupakan penyebab paling umum dari tonsilitis. \n\n Apa yang meningkatkan risiko saya untuk amandel (tonsilitis)? \n\n Faktor-faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap radang amandel meliputi: \n\n \n Usia yang muda: tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri paling umum terjadi pada anak-anak berusia 5-15 tahun. \n Paparan terhadap kuman: anak-anak usia sekolah sering memiliki kontak yang dekat dengan teman-teman, mengekspos mereka dengan berbagai virus dan bakteri. \n \n\n Bagaimana cara mengobati amandel (tonsilitis)? \n\n \n Antibiotik: Diberikan apabila infeksi bakteri merupakan penyebab tonsilitis. Gejala akan membaik dalam beberapa hari penggunaan antibiotik. \n \n\n \n\n \n Operasi: Operasi amandel dilakukan untuk mengangkat amandel yang terinfeksi apabila kondisi Anda kronis, berulang, dan tidak merespon terhadap perawatan serta menyebabkan komplikasi. \n \n\n Apakah operasi amandel menyebabkan penurunan daya tahan tubuh? \n\n Tidak, sebaliknya, pengangkatan amandel yang sudah terinfeksi membuat anak menjadi jarang terkena radang tenggorok \n\n Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi amandel (tonsilitis)? \n\n Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi radang amandel: \n\n \n Minum banyak cairan \n Istirahat yang cukup \n Menjaga pola makan bersih dan sehat \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 06 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
TOILET TRAINING<\/a><\/h3>
Salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak adalah Kemampuan anak untuk buang air sendiri di toilet. Menjadi tantangan bagi orangtua dan pengasuh dalam membantu anak dalam toilet training Keberhasilannya diukur dari seberapa jauh anak mengerti penggunaan toilet untuk buang air, bukan dari kemahiran penguasaan proses belajarnya. Berbagai metode dapat digunakan dalam mengupayakan keberhasilan toilet training. Perlunya kepekaan orangtua dan pengasuh dalam mengenali isyarat dan kesiapan anak untuk belajar, konsistensi, serta tidak dipaksakan. \n\n Tidak ada usia yang pasti untuk memulai toilet training pada seorang anak. Dapat dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang secara umum timbul sekitar usia 18 bulan sampai 2,5 tahun. \n\n \nBeberapa tanda buah hati sudah siap belajar antara lain: \n\n \n 1.Mampu menirukan Anda dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar, misalnya mengikuti Anda ke kamar mandi. \n 2.Mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta ataupun tidak. \n 3.Mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak. \n 4.Mampu berjalan dan duduk dengan baik. \n 5.Mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar). \n 6.Mampu melepas dan mengenakan pakaiannya. \n\n \nMelaksanakan Toilet Training \n\n \n Perlunya perencanaan yang disepakati seluruh pihak dan keterlibatan pengasuh dalam melaksanaan toilet training yang konsisten, seperti anggota keluarga besar atau petugas tempat penitipan anak. Penting untuk memperhatikan bagaimana perilaku dan temperamen anak, waktu dalam sehari yang kira-kira tepat untuk mulai berkenalan dengan penggunaan toilet, serta dukungan yang ia perlukan setiap saat. Dokter Anda dapat membantu menentukan kesiapan anak serta rencana pendekatan yang akan dilakukan. \n\n \n Tahap toilet training meliputi penyampaian maksud buang air, melepas pakaian atau celana, buang air di toilet, membersihkan bagian tubuh sekitar tempat buang air, mengenakan pakaian kembali, menyiram toilet, dan mencuci tangan. Buatlah pengalaman belajar ini sebagai kegiatan yang bersifat alami dalam hidup sehari-hari. Dorong rasa percaya diri anak bahwa ia mampu melakukannya sendiri. Berikan pujian apabila ia berhasil pada setiap tahap. Pendekatan yang baik akan membuat anak tidak merasa dipaksa buang air di toilet. Apabila anak merasa tertekan atau tidak nyaman, ia mungkin akan menahan buang airnya. Demikian juga halnya apabila sikap Anda menunjukkan kecemasan dan harapan bahwa ia harus segera mampu mandiri. \n\n \n Pada waktu-waktu tertentu, sesekali anak masih akan buang air di celana. Saat sedang sakit atau mengalami perubahan besar dalam hidup sehari-hari, kemajuan yang dicapai mungkin akan berkurang. Hal ini wajar terjadi, dan sikap terbaik adalah tetap mendukung seperti biasa. Hindari reaksi berlebihan atau tekanan pada kemunduran kemampuannya. Apabila keadaan sudah kembali normal, anak akan segera kembali pada kemampuan yang sudah dicapainya. \nSetelah buang air besar, jangan lupa melihat apakah kotoran yang dikeluarkan anak padat dan keras. Hal ini menyebabkan rasa sakit saat buang air dan menghambat proses belajar, karena anak akan menahan buang airnya. Ketika hal ini terjadi, perbanyak serat dalam asupan makanan anak serta minum air dalam jumlah yang cukup. Yakinkan anak bahwa buang air besar tidak menyakitkan lagi apabila kotoran yang dikeluarkan melunak. \n\n \nBeberapa hal lain yang mungkin perlu diingat ketika buah hati sedang dalam proses toilet training adalah: \n\n \n 1.Kenali isyarat ketika anak akan buang air, seperti ekspresi wajah, perilaku, atau posisi tertentu. Tanyakan apakah ia ingin ke toilet saat isyarat itu timbul. \n 2.Selalu berikan contoh, baik tentang cara duduk di toilet maupun dalam kebiasaan makan banyak serat. \n 3.Pada awal toilet training, anak laki-laki perlu belajar buang air kecil dalam posisi duduk dulu. Belajar buang air kecil langsung dalam posisi berdiri mungkin dapat \n\n menyulitkan proses belajar duduk di toilet untuk buang air besar. Anak laki-laki juga umumnya butuh waktu lebih lama dalam proses belajar ini. \n\n 4.Latihan buang air dapat dimulai satu kali sehari pada waktu yang sama, seperti setelah makan atau saat mandi, ketika anak tidak berpakaian. \n 5.Ketika anak sudah mulai belajar mengendalikan proses buang airnya, Anda dapat mengurangi pemakaian diaper secara bertahap. Mulai kenakan celana kain biasa pada \n\n siang hari ketika anak bangun dan bermain. Kendali buang air saat tidur mungkin baru akan timbul setahun setelah anak mampu menahan buang air di siang hari. \n 6.Ajari anak untuk buang air di malam hari sebelum tidur. Apabila ia masih sering buang air kecil di malam hari, mungkin Anda perlu mengajaknya buang air di tengah \n\n malam satu kali lagi. \n 7.Berkonsultasilah dengan dokter anak apabila anak Anda belum dapat mengendalikan buang air saat ia berusia 7 tahun. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 06 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>