- Hermina Soreang<\/a><\/li>
- 29 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kanker Karsinoma Nasofaring Si Penyakit yang Menyerang Saluran Pernapasan<\/a><\/h3>
Karsinoma Nasofaring \n\n Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel nasofaring dengan predileksi tersering pada fossa Rosenmuller. \n\n Karsinoma nasofaring bisa disembuhkan, apalagi bila terdeteksi lebih dini. Namun, tindakan yang dilakukan untuk mengobati karsinoma nasofaring bisa berbeda-beda, tergantung pada riwayat penyakit, stadium kanker, letak kanker, dan kondisi pengidap secara umum. \n\n Kanker nasofaring terbilang lebih berbahaya jika tidak segera ditangani atau tidak mendapatkan penanganan dengan benar. Karsinoma nasofaring bisa menyerang saluran pernapasan di bagian atas tenggorokan dan belakang hidung. \n\n \n\n Faktor Penyebab \n\n Karsinoma nasofaring terjadi akibat : \n\n \n Faktor genetik \n Infeksi virus Epstein Barr (VEB) \n Faktor lingkungan seperti terpapar zat karsinogen, merokok dan alkohol \n Faktor makanan seperti mengkonsumsi ikan asin yang mengandung nitrosamine \n \n\n Karsinoma nasofaring sulit untuk didiagnosa secara dini, karena letaknya tersembunyi sehingga penderita tidak segera datang untuk berobat. \n\n \n\n Gejala Karsinoma Nasofaring \n\n \n Hidung tersumbat dan beringus \n Mimisan \n Timbul cairan di telinga tengah \n Telinga terasa penuh dan berdenging, \n Gangguan pendengaran \n \n\n sedangkan pada stadium lanjut dapat ditemukan : \n\n \n Benjolan pada leher \n Penglihatan ganda \n Terjadi gangguan saraf \n \n\n Diagnosis KNF dapat ditunjang oleh pemeriksaan nasoendoskopi, pemeriksaan pencitraan dengan Computed Tomography (CT) Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). \n\n Pemeriksaan histopatologi biopsi nasofaring merupakan standar baku untuk menegakkan diagnosis. Selain biopsi nasofaring, cara lain pengambilan bahan untuk pemeriksaan histologi yaitu cucian, hisapan, dan sikatan nasofaring. Pada dasarnya modalitas terapi KNF dapat berupa radioterapi, kemoterapi, operasi atau kombinasi. Untuk stadium awal, bisa dilakukan radioterapi saja. Namun bila sudah pada stadium lanjut, diperlukan kemoterapi atau kombinasi \n\n Jika anda menderita gejala-gejala ini jangan ragu untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses pendaftaran ke RS Hermina Soreang \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 02 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Gangguan Pernapasan yang Terjadi Saat Tidur <\/a><\/h3>
Gangguan napas saat tidur (Obstructive Sleep Apnea Syndrome/OSAS) ditandai dengan obstruksi parsial atau total pada jalan napas bagian atas yang menyebabkan terjadinya periode henti napas (apnea) secara berulang pada saat tidur atau kurang napas (hypopnea) minimal 10 detik selama tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup. Gangguan pernapasan bisa terjadi karena Obstruksi/penyumbatan saluran napas daerah faring/tenggorokan akibat pendorongan lidah dan palatum/bagian keras dari langit-langit mulut ke belakang yang dapat menyebabkan oklusi nasofaring/sumbatan di tenggorokan dan rongga mulut, yang menyebabkan terhentinya aliran udara, meskipun pernapasan masih berlangsung pada saat tidur. \n\n Penyebab gangguan napas saat tidur, yaitu: \n\n \n Obesitas atau kelebihan berat badan sangat meningkatkan risiko gangguan tidur. \n Kelainan anatomi saluran napas atas peradangan pada amandel dan kelenjar gondok, polip, alergi hidung (menghirup debu, bulu binatang, atau serbuk sari), kelainan hidung, pembengkakan yang terjadi pada lekukan tulang yang terdapat pada bagian dalam hidung. \n Lingkar leher (orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki udara yang lebih sempit). \n Hormon. \n Kelainan Kongenital atau kelainan yang didapat sejak lahir. \n Konsumsi Alkohol. \n \n\n Gejala gangguan pernapasan saat tidur yaitu, kantuk berlebihan di siang hari, mengorok dan terlihat terjadinya periode henti napas yang mungkin diakhiri dengan gerakan badan atau terbangun, sebagian kecil anak tidak memperlihatkan dengkur yang klasik (tetapi berupa dengusan atau hembusan napas dan napas berbunyi), pada anak sering terdapat keluhan hiperaktif, kesulitan bernapas pada saat tidur. \n\n Gejala gangguan pernapasan saat tidur apabila diabaikan dapat menyebabkan penampilan yang buruk dalam mengerjakan pekerjaan, menurun daya ingat jangka pendek, kecelakaan kerja dan kendaraan bermotor, komplikasi pada jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi/tekanan darah tinggi dan gangguan Kesehatan jantung, gagal napas bahkan kematian. Pada anak dapat terjadi gagal tumbuh dan hiperaktif. \n\n Pencegahan dan pengobatan gangguan pernapasan saat tidur, yaitu dengan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan, terapi posisi, menghindari konsumsi minuman beralkohol, penggunaan oral appliance (OA) yaitu terapi mempertahankan rahang pasien agar posisinya ke depan dan membuka jalan napas serta mempertahankan lidah agar tidak jatuh ke belakang dan membuka jalan napas, obat-obatan, tindakan pembedahan. \n\n Itulah hal yang perlu diketahui terkait gangguan pernapasan saat tidur. Jika Anda atau orang terdekat menjumpai hal tersebut, segera buat janji dengan dokter spesialis THT-KL di RS Hermina Arcamanik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Soreang<\/a><\/li>
- 06 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Berdenging (Tinnitus)<\/a><\/h3>
Apakah yang dimaksud tinnitus ? \n\n Tinnitus adalah persepsi bunyi yang diterima pasien tanpa adanya stimulus suara dari luar telinga. Adapun keluhan yang dialami ini seperti bunyi mendengung, mendesis, menderu, atau berbagai variasi bunyi yang lain. Tinnitus dapat bersifat objektif dan subjektif. Tinitus subjektif adalah tinitus yang hanya dapat didengar pasien sendiri tanpa dapat didengar oleh pemeriksa atau orang lain. Tinitus subjektif lebih banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari. Tinnitus objektif terjadi apabila bunyi tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dapat juga dengan auskultasi di sekitar telinga. \n\n \n\n Apakah tinnitus ini merupakan suatu penyakit ? \n\n Tinnitus bukanlah penyakit atau sindrom, tapi hanya merupakan gejala yang mungkin berasal dari satu atau sejumlah kelainan. \n\n \n\n Bagaimana terjadi tinnitus ? \n\n Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan berasal dari bunyi eksternal atau dari luar yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls yang abnormal di dalam tubuh penderita sendiri \n\n \n\n Apa penyebab tinnitus ? \n\n \n \n Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena \n \n \n Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor tympani \n \n \n Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf kedelapan \n \n \n Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi teoakustik \n \n \n Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida) \n \n \n Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachius \n \n \n Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit sistemik seperti anemia, tinnitus idiopatik yaitu tinnitus yang tidak diketahui \n \n \n\n \n\n Apakah tinnitus dapat sembuh ? \n\n Tinnitus dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui \n\n \n\n \n\n Apakah ada hubungannya penggunaan earphone dengan tinnitus ? \n\n Earphone adalah salah satu perangkat tambahan (accessories) dari telepon genggam yang mampu menghasilkan suara dengan intensitas 80-115 langsung ke dalam liang telinga. Banyak hal yang perlu diperlu diperhatikan seseorang dalam menggunakan earphone. Salah satunya adalah dalam frekuensi, durasi dan intensitas penggunaan. Paparan suara berintensitas 110 dB selama 1 jam dalam satu hari dapat menurunkan fungsi pendengaran. Intensitas suara yang dihasilkan oleh earphone dapat mencapai 110 dB, sedangkan ambang suara minimal yang dapat diterima oleh telinga adalah 85 dB dengan lama paparan maksimal 8 jam setiap harinya. Penggunaan earphone dalam jangka lama dapat menurunkan fungsi pendengaran yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel rambut koklea pada saraf pendengaran. Salah satu gejala gangguan yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah tinnitus. \n\n \n\n Bagaimana mengobati tinnitus ? \n\n \n \n Penggunaan alat bantu dengar \n \n \n Operasi \n \n \n Terapi suara \n \n \n Tinnitus Retraining Therapy \n \n \n\n \n\n Adakah pencegahan untuk terjadinya tinnitus ? \n\n Upaya untuk mencegah dan meminimalkan tinnitus adalah : \n\n \n \n Lindungi pendengaran dari bunyi yang keras \n \n \n Kurangi paparan bising \n \n \n Kurangi merokok dan konsumsi alkohol. Merokok dan alkohol dapat melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah lebih besar terutama pada telinga bagian dalam. \n \n \n Hindari stress, jika pasien mengalami stress dapat memperburuk tinnitus. Manajemen untuk stres dapat dilakukan dengan relaksasi, biofeedback ataupun olahraga. \n \n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 06 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 02 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>