- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 04 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Lebih Dekat Elektrokauterisasi | Inovasi Terkini dalam Pembedahan Modern<\/a><\/h3>
Teknologi medis terus berkembang seiring berjalannya waktu, dan salah satu inovasi yang mendominasi dunia pembedahan modern adalah elektrokauterisasi. Elektrokauterisasi adalah alat medis yang menggunakan energi listrik untuk memotong atau mengkoagulasi jaringan tubuh selama prosedur pembedahan. Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang elektrokauterisasi, cara kerjanya, dan manfaatnya dalam dunia medis. \n\n 1. Cara Kerja Elektrokauterisasi \n\n Elektrokauterisasi bekerja dengan mengubah energi listrik menjadi panas, yang digunakan untuk memotong atau mengkoagulasi jaringan. Alat ini terdiri dari elektroda yang dihubungkan ke sumber listrik dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi pembedahan. Ada dua jenis utama elektrokauterisasi : monopolar dan bipolar. Pada elektrokauterisasi monopolar, arus listrik melewati jaringan tubuh dan kembali ke sumber listrik melalui elektroda grounding yang ditempatkan di tempat lain pada tubuh pasien. Sementara itu, elektrokauterisasi bipolar menggunakan dua elektroda yang bekerja bersama dalam suatu area tertentu, mengurangi risiko kerusakan pada jaringan sekitarnya. \n\n 2. Aplikasi Elektrokauterisasi dalam Pembedahan: \n\n Elektrokauterisasi digunakan dalam berbagai prosedur pembedahan, termasuk operasi ortopedi, bedah plastik, ginekologi, dan bedah umum. Alat ini efektif untuk memotong jaringan lunak, menghentikan pendarahan, dan menghilangkan tumor atau lesi dengan presisi tinggi. Penggunaan elektrokauterisasi telah membantu mengurangi trauma pada pasien, mengurangi waktu operasi, dan mempercepat proses penyembuhan. \n\n 3. Manfaat Elektrokauterisasi: \n\n - Mengurangi Risiko Pendarahan \n\n Elektrokauterisasi dapat membantu mengurangi risiko terjadinya perdarahan selama operasi. Dengan menggunakan alat elektrokauterisasi, arus listrik diterapkan pada jaringan yang terkena, sehingga panas yang dihasilkan akan menyebabkan koagulasi dan pembekuan dalam pembuluh darah yang robek atau rusak. Dalam hal ini, penggunaan elektrokauterisasi dapat efektif dalam mengurangi risiko pendarahan dengan menghentikan aliran darah dari pembuluh yang terluka tanpa perlu melakukan tindakan pembedahan terbuka. \n\n - Mempercepat Proses Penyembuhan \n\n Elektrokauterisasi juga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Ketika digunakan pada jaringan yang terluka, panas yang dihasilkan oleh elektrokauterisasi memiliki efek stimulasi terhadap sel-sel kulit dan jaringan di sekitarnya. Ini dapat meningkatkan aliran darah ke area yang terkena dan merangsang pertumbuhan jaringan baru. \n\n - Membantu Mencegah Infeksi \n\n Elektrokauterisasi memiliki kemampuan untuk membantu mencegah infeksi pada luka. Ketika electrokauter digunakan, panas yang dihasilkan olehnya dapat membunuh bakteri atau mikroorganisme patogen yang mungkin ada di area luka. Bakteri dan mikroorganisme ini sering kali merupakan sumber infeksi dan dapat menghambat proses penyembuhan. Dengan memanfaatkan panas dari Elektrokauterisasi pertumbuhan dan penyebaran bakteri dapat dikendalikan, sehingga risiko infeksi berkurang secara signifikan. \n\n - Memperbaiki Penampilan \n\n Elektrokauterisasi dapat membantu memperbaiki penampilan pada kulit dengan menghilangkan tahi lalat, bintik-bintik hitam, menghilangkan jaringan bekas luka, atau kutil. Dengan mengaplikasikan energi listrik melalui probe kecil, elektrokauterisasi membakar dan merusak jaringan yang ingin dihapus, sehingga memungkinkan proses penyembuhan yang lebih baik dan menghasilkan penampilan yang lebih baik secara kosmetik. \n\n Elektrokauterisasi merupakan alat inovatif yang memainkan peran penting dalam kemajuan dunia pembedahan modern. Dengan kemampuannya untuk memberikan presisi tinggi, hemostasis cepat, dan waktu pemulihan yang lebih singkat, Elektrokauterisasi telah menjadi salah satu alat yang tak tergantikan dalam berbagai prosedur medis. Seiring berjalannya waktu, diharapkan teknologi elektrokauterisasi terus berkembang untuk memberikan solusi yang lebih baik dan lebih efisien dalam dunia pembedahan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Soreang<\/a><\/li>
- 28 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Kenali dan Amati Pencegahan Penyakit Scabies<\/a><\/h3>
Scabies atau dikenal sebagai gudik, budukan, gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis, dan produknya. Ditandai dengan gatal terutama malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. \n\n \n\n Apa penyebabnya? \n\n Scabies disebabkan oleh infeksi dan infestasi ektoparasit (tungau) Sarcoptes scabiei var hominis, famili Sarcoptidae, kelas Arachnida. \n\n \n\n Bagaimana gejalanya? \n\n Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan dua dari empat gejala klinis (tanda kardinal) berikut: \n\n 1. Pruritus nokturna, artinya gatal terutama malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab \n\n 2. Menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga, di asrama atau pondokan \n\n 3. Adanya bruntusan atau borok pada tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki) dan perut bagian belakang. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan kepala. \n\n 4. Menemukan tungau \n\n \n\n Apakah scabies menular dan bagaimana cara penularannya? \n\n Penularan scabies dapat terjadi melalui: \n\n 1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit): misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual \n\n 2. Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain lain. \n\n \n\n Apa saja faktor resiko scabies? \n\n Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual lebih dari satu, dan kondisi lingkungan yang buruk. \n\n \n\n Bagaimana cara pengobatan scabies? \n\n 1. Pemberian skabisida secara topikal (oles) dari leher ke seluruh tubuh. Dapat diulang 1 minggu bila masih ada gejala, bukan untuk penggunaan setiap hari. \n\n 2. Pengobatan untuk anggota keluarga yang lain harus serempak. \n\n 3. Setelah selesai pengobatan, pakaian harus menggunakan pakaian yang bersih. Semua pakaian, alat mandi, sprei, termasuk pakaian yang digunakan hingga seminggu sebelumnya, dicuci dengan air panas dan disetrika. \n\n \n\n Apakah scabies dapat disembuhkan? \n\n Dapat disembuhkan, dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta menghilangkan faktor predisposisi antara lain hygiene, serta semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati. \n\n \n\n Peduli “ABC” scabies menuju Indonesia bebas scabies 2030, yaitu: \n\n · Amati gejala scabies pada diri sendiri, keluarga dan teman \n\n · Berantas scabies ke dokter untuk pengobatan yang tepat serta ingatkan keluarga dan teman juga untuk pengobatan \n\n · Cegah penularan dan kekambuhan scabies pada diri kita dan lingkungan \n\n Jika mengalami gejala seperti diatas, segera periksakan kesehatan anda ke dokter spesialis dermatologi venereologi dan Estetika di RS Hermina Soreang. \n\n \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses pendaftaran ke RS Hermina Soreang. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 07 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tantangan Kesehatan Kulit dalam Era Pemanasan Global<\/a><\/h3>
Pemanasan global adalah fenomena alam yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca bertindak seperti selimut, memerangkap panas dari matahari dan menyebabkan suhu bumi meningkat. \n\n Perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan kulit. Salah satu dampak pemanasan global adalah peningkatan suhu dan intensitas sinar ultraviolet (UV) yang mencapai permukaan bumi. \n\n \n\n Kenaikan Suhu \n\n Suhu bumi telah meningkat rata-rata 1,1 derajat Celcius sejak periode pra-industri. Peningkatan suhu ini menyebabkan perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, perubahan pola cuaca, dan peningkatan intensitas sinar UV. \n\n \n\n Kenaikan Intensitas UV \n\n Sinar UV adalah radiasi elektromagnetik yang dapat merusak kulit. Intensitas sinar UV yang mencapai permukaan bumi meningkat seiring dengan kenaikan suhu. \n\n Sinar ultraviolet (UV) adalah radiasi elektromagnetik yang dapat merusak kulit. Sinar UV dibagi menjadi tiga jenis: UVA, UVB, dan UVC. \n\n UVA adalah sinar UV dengan panjang gelombang terpanjang dan dapat menembus lapisan kulit terdalam. UVA dapat menyebabkan penuaan dini, kerutan, dan bintik-bintik matahari \n\n UVB adalah sinar UV dengan panjang gelombang menengah dan dapat menyebabkan kulit terbakar. UVB juga merupakan faktor utama yang menyebabkan kanker kulit, seperti melanoma, karsinoma sel basal, dan karsinoma sel skuamosa \n\n UVC adalah sinar UV dengan panjang gelombang terpendek dan dapat menyebabkan kanker kulit. Namun, sebagian besar sinar UVC diblokir oleh atmosfer bumi. \n\n \n\n \n\n Dampak kenaikan suhu Dan intensitas UV terhadap kulit \n\n Perubahan pada DNA \n\n Sinar UV dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sel kulit. Kerusakan DNA ini dapat menyebabkan mutasi, yaitu perubahan pada urutan DNA. Mutasi ini dapat menyebabkan sel kulit menjadi abnormal dan berkembang menjadi kanker kulit. \n\n \n\n Perubahan pada metabolisme \n\n Kenaikan suhu lingkungan dapat menyebabkan sel kulit mengubah metabolismenya. Hal ini dapat menyebabkan produksi minyak kulit meningkat, sehingga kulit menjadi lebih berminyak. Produksi minyak kulit yang meningkat dapat menyebabkan jerawat, terutama pada orang yang memiliki kulit berminyak. \n\n \n\n Perubahan pada struktur \n\n Kenaikan suhu lingkungan dapat menyebabkan sel kulit kehilangan air dan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan kusam. Kulit kering dapat menyebabkan rasa gatal dan iritasi. \n\n Perubahan-perubahan tersebut di atas, dapat berdampak negatif pada kesehatan kulit, antara lain: \n\n \n\n Peningkatan risiko kanker kulit \n\n Paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari merupakan faktor risiko utama kanker kulit. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan intensitas sinar UV, sehingga meningkatkan risiko kanker kulit. \n\n Menurut American Academy of Dermatology, kanker kulit adalah jenis kanker paling umum di Amerika Serikat, dengan lebih dari 3,1 juta kasus baru didiagnosis setiap tahun. \n\n Data epidemiologi tren kanker kulit pada era pemanasan global menunjukkan bahwa: \n\n Kasus kanker kulit meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. \n\n Kasus kanker kulit lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kulit lebih terang. \n\n Kasus kanker kulit lebih sering terjadi pada orang yang tinggal di daerah dengan sinar matahari yang kuat. \n\n \n\n Peningkatan risiko penyakit kulit \n\n Pemanasan global dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kulit, seperti dermatitis atopik, psoriasis, dan eksim. Perubahan iklim dapat menyebabkan kekeringan kulit, sehingga meningkatkan risiko iritasi dan peradangan. \n\n \n\n Perubahan penampilan kulit \n\n Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan penampilan kulit, seperti kulit kering, kusam, dan keriput. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan polusi udara \n\n \n\n Hal yg harus diperhatikan untuk menjaga kesehatan kulit di era pemanasan global \n\n Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit di era pemanasan global, antara lain: \n\n 1. Lindungi kulit dari paparan sinar matahari \n\n Gunakan tabir surya dengan SPF 30 atau lebih tinggi setiap kali Anda berada di luar ruangan. \n\n 2. Hindari paparan polusi udara \n\n Gunakan masker wajah saat berada di daerah yang berpolusi udara. \n\n 3. Menjaga hidrasi kulit \n\n Minum air yang cukup dan gunakan pelembap kulit secara rutin. \n\n 4. Menjaga pola makan sehat \n\n Konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran. \n\n 5. Hindari merokok \n\n Merokok dapat merusak kulit dan mempercepat penuaan. \n\n \n\n \n\n Kesimpulan \n\n Pemanasan global merupakan ancaman serius bagi kesehatan kulit. Dengan menerapkan tips-tips di atas, Anda dapat membantu melindungi kulit dari dampak negatif perubahan iklim. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Cara Ampuh Atasi Ketombe!<\/a><\/h3>
Ketombe merupakan kotoran yang berada pada permukaan kulit kepala. Teksturnya seperti serpihan yang berwarna putih atau kuning. Meski tidak menular, ketombe dapat mengurangi kepercayaan diri penderitanya. Ketombe dapat menimbulkan rasa gatal yang berlebihan, sehingga muncul keinginan untuk terus menggaruk. Ketombe biasanya muncul akibat produksi minyak atau sebum yang berlebihan di kulit kepala, stres dan hormonal. Beberapa penyakit kulit yang ditandai dengan adanya ketombe adalah infeksi jamur di kulit kepala, psoriasis, dan dermatitis seboroik. \n\n \n\n Berikut tips sederhana untuk mengurangi ketombe: \n\n \n Menggunakan Shampo Anti Ketombe \n \n\n Pilihan pertama yang paling umum adalah menggunakan sampo anti-ketombe yang tersedia di pasaran. Pastikan untuk memilih shhampo yang mengandung bahan aktif seperti selenium sulfida, piritiona seng, ketoconazole, atau asam salisilat. Gunakan shampo ini secara teratur sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan. \n\n \n Mengoleskan minyak kelapa \n \n\n Cara mengurangi ketombe secara alami bisa melalui minyak kelapa. Caranya, oleskan minyak kelapa secara merata ke kulit kepala, diamkan beberapa menit, lalu cuci dan bilas hingga bersih. Tak hanya menghilangkan ketombe, minyak kelapa juga dapat membuat kulit kepala tetap lembap dan terawat. \n\n \n Model rambut yang simpel \n \n\n Hindari model rambut yang rumit atau tertutup rapat, karena dapat menyebabkan penumpukan minyak dan kulit mati yang menjadi penyebab ketombe. Pilih model rambut sederhana yang memungkinkan kulit kepala bernapas dengan baik. \n\n \n Mengelola Stres \n \n\n Stres dapat menurunkan daya tahan tubuh, termasuk kemampuan tubuh dalam melawan infeksi jamur penyebab ketombe di kulit kepala. Selain itu, stres juga dapat menjadi pemicu gejala dermatitis seboroik yang menjadi salah satu satu penyebab ketombe yang paling umum. \n\n \n Menjalankan Pola Hidup Sehat \n \n\n Kulit kepala yang sehat juga tergantung pada nutrisi yang tepat. Konsumsi makanan sehat seperti sayuran hijau, ikan berlemak, kacang-kacangan, dan biji-bijian yang kaya akan vitamin, mineral, dan asam lemak omega-3. Hindari makanan yang terlalu berlemak, berminyak, atau mengandung banyak gula. \n\n \n\n Ketombe dapat dicegah dengan keramas secara rutin. Jika kulit kepala berminyak, Sahabat Hermina bisa keramas setiap hari. Namun, jika rambut kering atau kulit kepala sensitif, sebaiknya jangan keramas setiap hari, cukup 2 atau 3 kali dalam satu minggu. Hindari terlalu sering menggunakan produk penata rambut, seperti hair spray atau gel rambut, karena dapat membuat kulit kepala mudah berminyak dan akhirnya akan memicu timbulnya ketombe. \n\n Mengatasi ketombe membutuhkan waktu dan kesabaran. Dengan mengikuti beberapa tips diatas, Sahabat Hermina dapat mengurangi dan mengatasi ketombe dengan lebih mudah. Jika masalah ketombe terus berlanjut atau semakin parah, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau dermatologis untuk penanganan yang lebih lanjut. RSU Hermina Pandanaran memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin yang dapat memberikan penanganan tepat mengenai keluhan ketombe atau penyakit kulit dan kelamin lainnya. \n\n \n\n #Dandruff #NoMoreFlakes #HealthyScalp #DandruffTreatment #FlakeFree #ScalpCare #AntiDandruff #DandruffFree #HairCare #HealthyHair \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 18 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
INDONESIA PERINGKAT 3 KASUS KUSTA, YUK KENALI GEJALA DAN PENCEGAHAN KUSTA!<\/a><\/h3>
Kusta \n\n Mungkin sering kita mendengar kata kusta atau lepra tetapi masih tidak tau penyakit apakah ini? Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui bahwa penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan. Sehingga masih banyak orang yang menstigma dan mendiskriminasi pasien kusta. \n\n Penyakit kusta adalah infeksi kronik bakteri Mycobacterium leprae yang mempengaruhi sistem saraf, kulit, sistem organ lain seperti mukosa mulut, pernafasan atas (hidung), mata dan kelamin. Penyakit ini menular tetapi memerlukan paparan yang lama dengan kuman kusta. Penyakit ini akan menimbulkan gejala 2-5 tahun setelah terinfeksi. \n\n Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan kasus kusta tertinggi, sehingga sangat penting bagi kita untuk mengetahui informasi yang benar dan menghilangkan stigma kusta yang salah. Laporan dari Kemenkes Januari 2022 ditemukan 7.146 penderita kusta baru, anak sebesar 14%. \n\n Penyakit kusta dapat sembuh dengan kombinasi antibiotik 2-3 obat, diberikan setiap hari selama 1- 2 tahun. Gejala kusta dapat menyerupai kelainan kulit lain (sering disebut great imitator) sehingga seringkali tidak terdeteksi sejak awal. \n\n Penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan penampilan dan fisik yang kemudian mengakibatkan gangguan sosialisasi dan diskriminasi. Sehingga sangat penting dilakukan deteksi dini untuk mencegah kecacatan permanen. \n\n Bagaimana gejala kusta: \n\n \n \n Bercak putih atau kemerahan, datar atau meninggi tidak gatal \n \n \n Kulit tidak berkeringat \n \n \n Kebas atau mati rasa (rangsang raba,suhu dan nyeri) \n \n \n Kulit kering dan tebal \n \n \n Kerontokan pada alis atau bulu mata \n \n \n Gejala saraf: \n kelemahan otot tangan dan kaki \n Gangguan penglihatan \n \n \n\n Cara penularan: kontak erat dan lama dengan pasien kusta melalui saluran pernafasan (droplet) atau kontak kulit dengan kulit. \n\n Untuk memastikan pasien penderita kusta, dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium seperti: \n\n \n \n kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Nielsen \n \n \n pemeriksaan biopsi histopatologi serta pemeriksaan serologi (PGL-1) atau PCR \n \n \n\n Pengobatan kusta selama 6 bulan sampai 2 tahun tergantung jenis kusta yang diderita. Di Indonesia menggunakan metode Multipel Drug Therapy (MDT) terdiri dari obat rifampisin 300 mg, dapson 100 mg dan klofazimin 100mg. Saat ini WHO bersama pemerintah telah memberikan rejimen pengobatan kusta secara gratis. Obat tersebut dapat ditemukan di puskesmas atau RS kusta. \n\n Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan kusta adalah: \n\n \n \n menjaga daya tahan tubuh tetap prima \n \n \n menjaga lingkungan bersih dan sehat \n \n \n mengenali gejala kusta lebih awal \n \n \n menyarankan pasien kusta agar rutin berobat sampai sembuh \n \n \n hindari kontak dengan seseorang terinfeksi kusta tetap tidak diobati \n \n \n\n Kerjasama antara pasien-dokter dan tenaga kesehatan -keluarga pasien-pemerintah-masyarakat sangatlah penting agar dapat terjadi eliminasi dan eradikasi kusta di Indonesia. \n\n Agar tidak ada lagi stigma buruk terhadap kusta yang dapat menyebabkan pasien dikucilkan dan takut untuk berobat. \n\n Dengan pengobatan yang tepat penyakit kusta dapat disembuhkan. \n\n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 16 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Jerawat Pada Remaja Bikin Kurang Percaya Diri? Cegah dan Berantas Dengan Cara Berikut !<\/a><\/h3>
\n\n \n\n Tahukah Sahabat Hermina, Jerawat merupakan kondisi dimana kulit memproduksi minyak secara berlebihan sehingga menyebabkan gangguan pada kulit. Jerawat bisa timbul kapan saja baik rentang usia muda sampai dengan tua, tetapi jerawat indentik dengan masa-masa puber yaitu sekitar umur 10-16 tahun. Pada masa puber, jerawat mendapat perhatian yang lebih khusus karena pada masa tersebut para remaja sudah mulai memperhatikan penampilan dan membutuhkan kepercayaan diri. Risiko jerawat akan semakin meningkat pada orang yang memiliki kulit berminyak dan jarang mencuci muka, faktor lain pencetus jerawat adalah genetik, faktor emosional, ataupun gaya hidup contohnya seperti konsumsi makanan dan minuman. \n\n Timbulnya jerawat itu sendiri tidak dapat dicegah sepenuhnya, apalagi bagi remaja yang memiliki pengaruh genetik, tetapi timbulnya jerawat dapat dicegah dengan beberapa upaya berikut : \n\n \n\n 1. Rajin Mencuci Muka \n\n Malas atau jarang mencuci muka merupakan salah satu faktor timbulnya jerawat pada kulit muka, oleh karena itu untuk menurunkan risiko munculnya jerawat pada muka harus rajin dan membiasakan diri untuk mencuci muka minimal dua kali dalam sehari terutama pada malam hari dan setelah beraktivitas di luar rumah, gunakan sabun yang lembut dan tidak mengandung deterjen. Hindari penggunaan sabun batangan karena bisa membuat kulit menjadi kering dan menggosok-gosok wajah dengan kasar karena akan menimbulkan risiko iritasi pada kulit muka. \n\n \n\n 2. Terapkan Gaya Hidup Sehat \n\n Menerapkan gaya hidup yang sehat akan memiliki dampak yang signifikan terhadap kulit muka, contohnya seperti melaksanakan olahraga secara teratur, tidak begadang dan beristirahat yang cukup, tidak meminum minuman keras dan tidak merokok, serta menjaga pikiran tetap berpikir positif agar tidak stress. \n\n \n\n 3. Gunakan Pelembap \n\n Penggunaan pelembap bermanfaat untuk kulit yang berjerawat agar kulit tidak iritasi, efek lainnya dari penggunaan pelembap adalah menjaga kulit agar tidak berjerawat karena jika kelembapan kulit terjaga itu akan menurunkan risiko untuk timbulnya jerawat pada kulit muka. Banyak orang menghindari penggunaan pelembap dikarenakan membuat kulit lebih berminyak dari biasanya, tetapi hal tersebut bisa diatasi dengan memilih pelembap yang bebas minyak. \n\n \n\n 4. Melindungi Kulit Wajah Dari Paparan Sinar Matahari Langsung \n\n Terpapar sinar matahari secara langsung akan menyebabkan kerusakan pada kulit wajah, terlebih jika pada kulit wajah terdapat jerawat karena kulit wajah tidak bisa secara langsung untuk mengatasi jerawat puber. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan sunscreen atau krim yang mengandung SPF 30. \n\n \n\n Jerawat merupakan penyakit kulit paling umum yang dialami remaja pada saat usia puber, bukan hanya rasa menimbulkan rasa nyeri pada kulit wajah saja, melainkan dapat mengurangi rasa percaya diri pada remaja. Diperlukan pendekatan secara postif dan personal agar seorang remaja dapat mengembalikan kepercayaan dirinya. Jika jerawat pada kulit tidak kunjung membaik setelah melakukan beberapa langkah-langkah diatas, maka disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter Spesialis Kulit agar mendapat pemeriksaan fisik yang teliti dan mendapatkan pengobatan serta tindakan khusus. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 15 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
FUNGSI MATAHARI BAGI KESEHATAN TUBUH<\/a><\/h3>
Sering dijauhi dan bisa berbahaya untuk kesehatan, sebenarnya paparan sinar matahari tidak selamanya buruk. Sinar Ultraviolet (UV) merupakan radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari. Sinar UV dapat dibagi menjadi 3: \n\n \n Sinar UVA: memiliki gelombang terpanjang, namun energi dan frekuensi yang dibawa lebih rendah dibanding sinar UV lainnya. Sebanyak 95% sinar UV yang sampai ke permukaan bumi adalah sinar UVA \n Sinar UVB : memiliki gelombang yang pendek. Sebanyak 5% sinar UV yang sampai ke permukaan bumi adalah sinar UVB \n Sinar UVC: memiliki frekuensi tinggi dan gelombang terpendek, sehingga berbahaya. Namun sinar ini bereaksi dengan ozon di atmosfir sehingga tidak mencapai ke permukaan bumi \n \n\n Ketika memikirkan matahari dan sinar UV yang dihasilkan, pikiran pertama yang muncul adalah resiko yang ditimbulkan dari sinar UV. Namun berjemur di sinar matahari di waktu yang tepat dengan lama yang cukup maka dapat memberikan keuntungan bagi Kesehatan kita. \n\n Fungsi dari sinar matahari bagi Kesehatan kita antara lain: \n\n \n Terbentuknya vitamin D \n \n\n Vitamin D terbentuk ketika kulit terkena sinar matahari, maka sinar dari UVB akan bereaksi dengan kolestrol di sel kulit sehingga timbul reaksi pembentukan vitamin D. Vitamin D ini berfungsi dalam menjaga kesehatan tulang kita \n\n \n Kualitas Tidur Lebih Baik \n \n\n Ketika seseorang terkena sinar matahari, produksi hormone melatonin muncul lebih cepat. Dimana hormon melatonin ini membantu mengatur ritme sikardian dan meningkatkan kualitas tidur seseorang. \n\n \n Mood Lebih Stabil \n \n\n Sinar matahari yang masuk ke mata akan merangsang otak untuk memproduksi hormon serotonin. Hormon serotonin ini berfungsi dala mengatur emosi sehingga seseorang merasa lebih tenang, positif dan focus. \n\n \n Kesehatan Mata Anak \n \n\n Exposure sinar matahari pada usia anak dapat mengurangi risiko anak mengalami mata buram. Dengan meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas di luar ruangan meningkatkan exposure terhadap sinar alami yang dapat menstimulasi produksi hormone dopamine. Hormon ini salah satunya ditemukan di mata yang membantu pertumbuhan bola mata dengan normal \n\n Berapa lama waktu yang cukup untuk berjemur di sinar matahari? Jawabannya berbeda untuk setiap orang. Hal ini juga tergantung pada usia, diet, riwayat kesehatan, warna kulit, dan area tempat tinggal. Pada umumnya, berjemur sebelum pukul 10.00 atau sesudah jam 16.00 sekitar 30 menit adalah waktu yang cukup untuk mendapatkan manfaat dan tidak menimbulkan masalah Kesehatan lainnya, namun seseorang dapat konsultasi ke dokter kapan waktu yang tepat untuknya berjemur. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 30 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Tepat Pada Keloid <\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Keloid seringkali membuat penderitanya merasa kurang percaya diri. Pasalnya keloid akan timbul dipermukaan kulit dan menebal dengan warna kecoklatan, sehingga akan membuat penderitanya merasa kulitnya kurang estetik. Normalnya saat kulit mengalami cedera dan terluka, jaringan parut atau fibrosa akan terbentuk untuk melindungi dan memperbaiki jaringan pada kulit yang rusak. Keloid dapat tumbuh dibagian tubuh manapun yang mengalami luka atau cedera. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang mengalami pertumbuhan keloid seperti, usia, etnis, genetik, hormonal, dan lokasi cedera terjadi. Jika bekas luka menebal menjadi keloid, hal tersebut dapat diatasi dengan beberapa cara seperti: \n\n \n Pembedahan, yaitu pengambilan semua jaringan keloid dan melakukan penutupan \n Penekanan/ Pressure Garment, yaitu pemakaian korset atau alat lainnya untuk menekan daerah timbulnya keloid \n Silicon Gel Sheet/ Silikon Gel, yaitu terapi dengan meletakkan lembaran gel silikon pada area keloid secara terus menerus selama beberapa bulan \n Injeksi Kortikosteroid Intralesi, yaitu melakukan suntikan kortikosteroid intralesi ke jaringan keloid \n Cryotherapy, yaitu terapi membekukan keloid , sehingga keloid mengempis. Perawatan ini efektif dilakukan pada keloid berukuran kecil \n Laser, yaitu tindakan yang dapat mengurangi benjolan keloid dan menyamarkan warna. Seringkali dilakukan bersamaan dengan suntik kortikosteroid \n \n\n Namun Keloid dapat dicegah beberapa cara seperti berikut: \n\n \n Menghindari terjadinya luka. Karena jika terjadi luka, tubuh akan mengalami proses penyembuhan luka. Namun jika proses penyembuhan luka tidak terjadi dengan baik, maka bekas luka tersebut akan timbul menjadi keloid. \n Mengobati luka dengan baik. \n Pada jahitan kulit luka operasi, gunakan benang yang non absorbable. \n Pada saat menjahit luka usahakan agar tidak terlalu tegang untuk merapatkan tepi luka. \n \n\n Sahabat Hermina, Keloid bukanlah penyakit yang berbahaya dan menyakitkan, pasalnya keloid tidak akan berubah menjadi penyakit kanker dan pertumbuhannya pun akan berhenti dengan sendirinya. Namun bekas luka yang menjadi keloid inilah yang dapat menimbulkan masalah hingga memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Oleh karena itu, keloid perlu di cegah dan ditangani dengan tepat. Jika berisiko mengalami keloid, segera konsultasikan dengan dokter spesialis kami di RS Hermina Galaxy. Buat janji dokter jadi lebih mudah melalui aplikasi Halo Hermina dan melalui call center kami di 1500488. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Perbedaan Cacar Air dan Cacar Api yang Mengganggu Kulit <\/a><\/h3>
Cacar air umumnya diderita anak-anak di bawah usia 10 tahun. Namun, pada beberapa kasus, penyakit ini juga dapat diderita orang dewasa. Bahkan pada orang dewasa, gejalanya cenderung lebih berat dibandingkan penderita anak-anak. Cacar air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Itulah sebabnya penyakit ini juga dikenal dengan istilah varisela. Cacar air adalah penyakit kulit yang menular. Virus cacar menular dengan cepat melalui udara saat penderita batuk maupun bersin, serta kontak langsung dari cairan lendir, ludah, maupun dari lepuhan pada kulit. Jadi, tidak ada perbedaan cacar api dan cacar air dari segi penularan. \n\n Ciri khas cacar adalah adanya bentol berisi cairan gatal yang berjumlah banyak. Dalam beberapa waktu, lenting akan pecah dan kering. Namun, bentol yang gatal juga menjadi gejala utama dari herpes zoster atau cacar api. Keduanya memang merupakan penyakit berbeda, tapi saling berkaitan. Nah, bagaimana cara membedakan dua penyakit ini? \n\n \n\n Simak secara lebih lengkapnya pembahasan mengenai perbedaan cacar air dan cacar api ini. \n\n \n\n Keduanya memiliki bentuk gejala utama yang sama-sama mengganggu, ternyata terdapat ciri-ciri lain yang dapat menjadi perbedaan cacar air dan cacar api. \n\n Jika ruam berbentuk bintik merah pada gejala cacar air akan berubah menjadi lenting yang menimbulkan rasa gatal, sedangkan pada cacar api lenting tersebut tidak sekedar menimbulkan rasa gatal tapi juga rasa perih. Ruam pada cacar air biasanya bisa dengan cepat berubah mengering. Waktu penyembuhannya hanya berkisar 1 minggu ditandai dengan keropeng cacar air yang mengelupas atau meninggalkan bekas bekas cacar air yang sulit hilang. \n\n \n\n Sementara cacar api memerlukan waktu yang lebih lama, ruam akan mengering dan hilang dengan sendirinya selama 3-5 minggu. Cacar api (herpes zoster) merupakan sebuah infeksi lanjutan dari virus penyebab cacar air. Jika telah mengalami cacar air, kemungkinan seseorang dapat mengalami cacar api terbilang besar. Perbedaan cacar air dan cacar api juga diperlihatkan melalui penyebaran ruam kulit pada tubuh. Ruam cacar air mulanya di temukan di bagian tengah tubuh seperti wajah dan badan bagian depan. Pada cacar api, ruam cenderung menyebar di salah satu sisi tubuh dengan kumpulan bintik-bintik yang lebih memusat di satu area. Namun, secara bertahap ruam juga bisa muncul pada wajah dan kulit kepala. \n\n \n\n Langkah pencegahan yang cukup efektif dalam menghindari terjadinya cacar adalah dengan menjalani vaksinasi cacar air. Vaksinasi ini dianjurkan untuk anak kecil dan orang dewasa yang belum melakukan vaksinasi. Pada anak kecil, penyuntikan vaksin Varicella atau cacar air pertama dilakukan pada umur 12 hingga 15 bulan, dan penyuntikan lanjutan dilakukan ketika anak berusia 2 hingga 4 tahun. Sedangkan anak yang lebih besar dan dan orang dewasa perlu mendapat 2 (dua) kali vaksinasi, dengan perbedaan waktu setidaknya 28 hari. \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mendapati gejala seperti di sampaikan jangan tunggu nanti, silahkan langsung konsultasi ke Dokter Spesialis Kulit & Kelamin RS Hermina Podomoro. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 05 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu jerawat ? Penyebab & Cara Mencegah Jerawat<\/a><\/h3>
Apa itu jerawat ? \nJerawat atau yang sering juga disebut sebagai acne adalah penyakit peradangan kronis pada folikel pilosebasea. Biasanya jerawat / akne sering terjadi pada usia 14-17 thn pada wanita dan usia 16-19 thn pada pria. \n \nDimana saja bisa muncul jerawat / acne ? \nSelain di wajah, akne juga dapat muncul di bahu, dada bagian atas dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain seperti leher, lengan atas dan glutea / bokong kadang – kadang juga dapat terkena. \n \nFaktor apa saja yang dapat menyebabkan jerawat ? \nBerikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya jerawat : \n1. Faktor hormonal \nPeningkatan kadar hormon dapat menyebabkan peningkatan produksi minyak yang menyebabkan timbulnya jerawat \n2. Penggunaan kosmetik yang tidak tepat \nPenggunaan kosmetik yang tidak tepat pada kulit yang berminyak dan berjerawat dapat menyebabkan penyumbatan pada pori – pori sehingga menimbulkan jerawat \n3. Stress psikis \nStress psikis dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea / kelenjar minyak. \n4. efek samping dari obat – obat tertentu \n5. kebersihan kulit wajah \n \nBagaimana cara mencegah munculnya jerawat ? \n1. Diet rendah lemak dan karbohidrat rendah gula (indeks glikemik) \n2. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran seperti debu, minyak, bakteri. \n3. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat \n4. hindari stress \n5. Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyakanya maupun lamanya \n6. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis \n \nFakta vs Mitos \nMitos 1 : Orang dewasa tidak dapat mempunyai jerawat \nTidak benar, pada survei dilakukan tetap ditemukan pasien dewasa yang masih memiliki masalah jerawat pada usianya di 30 an , 40 an dan bahkan 50 an \n \nMitos 2 : cokelat dan minuman soda dapat menyebabkan jerawat \nGagasan tentang pendapat ini masih belum memiliki data penelitian yang kuat. konsumsi makanan dan minuman yang tinggi kadar gula dan dairy products ( susu, keju, mentega) yang berlebihan dalam beberapa penelitian menunjukkan peningkatan keparahan jerawat, sehingga disarankan untuk membatasi asupan nya sehari-hari. \n \nMitos 3 : Jangan menggunakan sunscreen karena dapat memperparah jerawat \nKita hanya perlu memilih sunscreen yang tepat untuk kondisi kulit masing – masing \n \nMitos 4 : Make up menyebabkan jerawat \nMakeup dapat menimbulkan iritasi / jerawat pada kulit apabila menggunakan produk yang tidak tepat. Disarankan untuk memilih kosmetik yang non-comedogenic. Dan jangaan lupa untuk menghapus make up sebelum tidur \nMitos 5 : Sering mencuci muka itu baik \nMencuci muka setelah aktivitas seharian dan setelah memakai makeup memang disarankan. Tetapi apabila terlalu sering mencuci muka dapat menghilangkan kelembaban kulit. Dan tidak disarankan mencuci muka secara berlebihan, cukup 2 kali sehari. \n \n \nJerawat bisa membaik seiring waktu. Namun sebagian kondisi jerawat terkadang sulit untuk dicegah walaupun resiko faktor sudah dihindari, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter kulit jika keluhan yang muncul semakin memburuk. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 04 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
Selamat Tinggal Stretch mark <\/a><\/h3>
Stretch mark atau nama lainnya striae distensae atau bila terjadi pada ibu hamil disebut striae gravidarum adalah garis linear yang terlihat dan terbentuk akibat kerusakan pada dermis (lapisan dalam kulit) disebabkan regangan pada kulit. Kelainan ini sering ditemukan, dapat mengenai semua usia, dan wanita dua kali lebih sering mengalami stretch mark dibandingkan pria. Stretch mark umumnya berjumlah multipel, dapat ditemukan di 2 sisi tubuh, berbentuk garis bercelah. Pada wanita sering ditemukan pada payudara, panggul, paha, dan bokong, sedangkan pada pria adalah bahu, daerah lumbosakral, dan paha. \n\n Stretch marks dapat terjadi karena beberapa faktor, sehingga pada beberapa orang ada yang mengalaminya ada yg tidak tergantung faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah berhubungan dengan berbagai faktor fisiologis seperti pubertas, pertumbuhan remaja yang cepat, kehamilan, peningkatan atau penurunan berat badan yang cepat, obesitas, serta keadaan kortisol yang berlebihan. Selain itu, faktor genetik dan stres mekanik diduga berperan pula dalam terjadinya stretch mark. \n\n Penyebab pastinya stretch mark hingga saat ini belum sepenuhnya dimengerti, banyak sekali teori-teori yang disebutkan. Teori-teori tersebut diantaranya adalah adanya toksin (striatoxin) yang dapat merusak jaringan di bawah kulit, sehingga jaringan tersebut rusak (e/ infeksi bakteri), adanya stretching yang berlebihan secara mekanik, melebihi daya elastisitasnya, sehingga terjadi ruptur dari susunan jaringan ikat. (orang yang bertambah berat badannya dalam waktu cepat, obesitas, kehamilan), pubertas (peningkatan ukuran di beberapa regio tubuh), hormon steroid yang berlebihan (efek katabolik dari aktivitas fibroblast dan penurunan deposisi kolagen di matriks dermal) dan genetik. \n\n Stretch marks ada yang berwarna merah, namun ada juga yang putih atau hitam perbedaan tersebut tergantung dari lamanya stretch marks atau usia stretch marks. Pada fase awal timbulnya stretch marks, yang terjadi adalah proses peradangan yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab stretch marks (hormon, peningkatan berat badan berlebih, dan lain-lain) pada fase peradangan ini, akan timbul warna kemerahan. Pada fase selanjutnya lapisan terluar dari kulit akan menipis (epidermis) dan kolagen-kolagen yang terdapat di bawah epidermis akan teregang dan tersusun parallel. Dan pada fase terakhir, epidermis semakin menipis dan kolagen serta elastin berkurang, namun peradangan telah terhenti, sehingga warna kemerahan menghilang. \n\n Menurut beberapa penelitian stretch marks ini timbul pada 50-90% wanita hamil. Dan lokasi tersering adalah pada paha, punggung bawah, bokong, lengan atas, dan payudara. \n\n Hingga saat ini, penelitian-penelitian yang dilakukan memiliki hasil yang berbeda-beda, namun sebagian besar menyimpulkan bahwa tidak ada metode yang paling efektif untuk mencegah timbulnya stretch marks ini. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stretch mark, walaupun tidak 100% dapat terhindar dari stretch mark. \n\n Usaha untuk menghilangkan stretch mark sangat sulit untuk dilakukan karena pada dasarnya stretch mark terbentuk karena rusaknya elastisitas kulit, sehingga terbentuk garis-garis pada kulit. Karena secara anatomi kulit sudah mengalami kerusakan, maka stretch mark yang sudah terjadi tidak dapat dihilangkan 100%, namun hanya bisa diminimalisir dengan menggunakan krim secara teratur disertai dengan melakukan tindakan-tindakan medis. \n\n Beberapa pilihan terapi untuk stretchmark diantaranya pertana Krim tretinoin memperbaiki stretch marks dengan meningkatkan pembentukan kolagen dan dapat membantu memperbaiki stretch marks yang usianya kurang dari 2-3 bulan dan masih berwarna kemerahan. Penggunaan krim tretinoin pada stretch marks yang berusia lebih dari 2-3 bulan tidak efektif. Namun, krim tretinoin tidak dapat digunakan pada Ibu hamil dan menyusui. (stimulasi fibroblast), kedua penanganan dengan laser bertujuan untuk menstimulasi pembentukan kolagen, elastin atau melanin di kulit. Penggunaan tipe laser berbeda-beda bergantung dengan usia dan lokasi stretch marks serta warna kulit Ibu, ketiga penanganan dengan mikrodermabrasi bertujuan untuk menghilangkan lapisan kulit yang paling luar dan memicu pertumbuhan lapisan kulit baru yang lebih elastis. Penanganan dengan mikrodermabrasi ini efektif untuk stretch marks yang usianya sudah lama, keempat peeling kimiawi dengan menggunakan TCA/ asam glikolat dengan tujuan merangsang fibroblast di lapisan kulit. \n\n Banyak sekali produk2 stretch marks yang beredar di apotek, namun hingga saat ini keberhasilannya masih belum dapat dipastikan, karena banyak yang belum diteliti dalam skala besar untuk efektivitasnya. Ada satu penelitian yang menyatakan adanya perbaikan sebanyak 39%. Kandungan-kandungan yang sering terdapat di produk-produk tersebut adalah candela asiatica, almond oil, dan pelembap lainnya. \n\n Terapi stretch marks menggunakan tindakan medis sangat bervariasi hasilnya karena pada dasarnya terapinya sulit, sehingga tidak ada patokan khusus kapan hasilnya terlihat. Namun, dari beberapa penelitian yang menggunakan metode laser, dikatakan mulai terlihat hasilnya setelah 4-6x terapi dengan interval 1 bulan. Tetapi hal tersebut sangat berbeda pada setiap individu. \n\n Stretch marks tidak berbahaya untuk kesehatan, namun ada beberapa kasus stretch marks yang timbul akibat konsumsi obat steroid yang berlebihan dan lama, pada stretch marks tersebut timbul luka, karena peregangan yang terlalu berlebih. Tetapi hal ini jarang terjadi. Sebagian besar stretch marks hanya menimbulkan masalah dalam hal estetika. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Palembang<\/a><\/li>
- 25 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menghadapi Jerawat (Acne Vulgaris)<\/a><\/h3>
Acne Vulgaris / Jerawat adalah penyakit kulit umum kronis yang disebabkan oleh sumbatan dan/atau peradangan kelenjar sebum dan folikel rambut (unit pilosebasea). Dapat berupa bintil tanpa atau disertai peradangan, terutama di wajah, dada, dan punggung. \n\n Faktor Penyebab Acne : \n-Siklus kulit yang abnormal/hiperproliferasi \n-Produksi sebum/minyak wajah meningkat \n-Bakteri Propionibacterium Acnes \n-Peradangan \n\n Bentuk-Bentuk Acne: \n-Acne Comedonal (Komedo) \n-Mild Acne \n-Moderate Acne \n-Nodulocystic Acne \n\n Penatalaksanaan : Perawatan cosmedomedik dengan Dermatologist atau Dokter Spesialis Kulit. \n\n Tips Menghadapi Acne : \n-Hindari kebiasaan menyentuh wajah dan memecah jerawat \n-Pola hidup sehat dan kelola stres \n-Skincare yang sesuai jenis dan kebutuhan kulit \n-Segera konsultasikan pada Dermatologist atau Dokter Spesialis Kulit untuk terapi yang tepat \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 25 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 04 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 04 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>