- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 04 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Rehabilitasi pada Cedera Olahraga<\/a><\/h3>
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), olahraga adalah gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Olahraga dibagi 2 yaitu, olahraga tradisional dan olahraga modern. \n\n 1. Olahraga tradisional \n\n \n Olahraga tradisional dikenal sebagai jenis-jenis olahraga yang berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia. \n Misalnya, sepak takraw, benteng, gasing, gobak sodor, egrang, dan sebagainya. \n \n\n 2. Olahraga modern \n\n \n Olahraga modern merupakan olahraga yang sudah terdapat aturan baku dan diperlombakan secara profesional. \n Olahraga-olahraga modern bisa kita temukan di berbagai gelaran olahraga nasional maupun internasional, seperti di SEA Games, Olimpiade, dan sebagainya. \n Contoh olahraga modern adalah sepak bola, tenis meja, bulu tangkis, atletik, memanah, dan lainnya. \n \n\n Waktu olahraga sebaiknya setiap hari pada waktu pagi dan sore hari. Olahraga hendaknya dilakukan pada udara terbuka dan bebas polusi, atau di ruang tertutup yang temperatur ruangannya dapat diatur dan lakukanlah minimal selama 30 menit. \n\n Persiapan olahraga sebaiknya dilakukan pemeriksaan pendahuluan untuk menentukan dosis yang aman dan jenis olahraga yang cocok untuk menghindari cedera. Lakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelah berolahraga minimal 10 menit. Pada individu dengan keluhan seperti sering pusing, sesak nafas, nyeri dada dan memiliki penyakit seperti jantung koroner, asma, kencing manis, hipertensi, dan lain-lain. Jenis dan dosis olahraga harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. \n\n Cedera olahraga adalah cedera yang timbul selama atau setelah melakukan olahraga. Jenis olahraga yang berbeda dapat menghasilkan cedera yang berbeda dengan gejala dan penanganan yang berbeda juga. \n\n Cedera olahraga yang paling sering terjadi, yaitu: \n\n \n Sprain (terkilir/keseleo) \n Sprain adalah cedera yang terjadi ketika persendian bergerak melampaui jangkauan gerak normalnya. Lokasi yang paling sering terkena adalah pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan lutut. \n Strain \n Strain adalah cedera yang terjadi akibat tarikan atau regangan yang berlebihan pada otot dan tendon (jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang). Lokasi yang paling sering terkena adalah pergelangan kaki, lutut, dan punggung. \n Patah tulang \n Patah tulang adalah rusaknya kesinambungan tulang akibat tekanan atau benturan dengan kekuatan lebih besar dari kekuatan tulang, dapat berupa retak (patah sebagian), patah sepenuhnya, atau retak. \n Dislokasi dan subluksasi \n Dislokasi dan subluksasi adalah kondisi ketika tulang di sendi bergeser atau keluar dari posisi normalnya. \n Cedera bahu \n Cedera pada bahu paling sering dialami pada olahraga yang dominan menggunakan bahu seperti tenis, golf, renang, dan bisbol. Penyebab terjadinya cedera bahu adalah karena adanya beban dan gerakan yang cukup sering pada bahu. \n Cedera siku \n Cedera pada siku dapat terjadi pada cabang olahraga yang membutuhkan pergerakan siku secara intens dan berulang. \n Cedera pinggang \n Pinggang merupakan salah satu bagian tubuh yang tidak luput dari cedera, terutama pada olahraga yang banyak melibatkan kerja pinggang seperti sepeda, golf, maupun angkat beban. \n Cedera paha \n Cedera pada paha paling sering melibatkan otot hamstring, yakni otot yang posisinya berada di bagian belakang paha. Jenis cedera ini lazim terjadi pada olahraga yang banyak melibatkan aktivitas lari seperti sprint, basket, dan sepakbola. \n Cedera lutut \n Lutut merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup sering cedera. Tidak hanya karena menjadi tumpuan berat badan, cedera lutut juga bisa timbul karena benturan maupun karena kurang berhati-hati ketika berolahraga. \n Cedera betis \n Sama seperti cedera paha, cedera pada betis lebih sering melibatkan otot dan tendon. Penyebabnya adalah adanya peregangan dan kontraksi yang berlebihan dari otot sehingga dapat menyebabkan robekan. \n Cedera pergelangan kaki \n Cedera pada pergelangan kaki bisa bervariasi mulai dari sprain, dislokasi, robekan tendon, hingga patah tulang. \n \n\n Pertolongan pertama pada cedera olahraga bisa dilakukan dengan prinsip RICE dengan 72 jam pertama, yaitu: \n\n \n Rest berarti istirahatkan bagian yang cedera. \n Ice berarti berikan kompres es batu (dibalut dengan kain agar tidak terlalu dingin) selama 5-10 menit tiap jam. Penggunaan suhu dingin bertujuan untuk memberhentikan kemungkinan perdarahan dengan mengecilkan pembuluh darah. \n Compression berarti berikan tekanan (biasanya dibalut—lihat gambar) pada bagian yang cedera untuk mengurangi bengkak. \n Elevate berarti tinggikan bagian yang cedera ke posisi lebih tinggi saat beristirahat untuk mengurangi bengkak dan nyeri. \n \n\n Segera konsultasikan kepada dokter apabila didapatkan tanda-tanda berikut: \n\n \n Bengkak dan nyeri bertambah parah. \n Terlihat adanya benjolan atau perubahan bentuk. \n Terdengar bunyi saat sendi digerakkan. \n Kelemahan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas dan menopang badan. \n Kehilangan keseimbangan. \n Kesulitan bernapas. \n Demam. \n \n\n Cedera olahraga yang berat dapat memerlukan penanganan lanjut mulai dari terapi fisik hingga operasi. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses kesehatan dan pendaftaran ke RS Hermina Arcamanik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mencegah Osteoporosis: Langkah Sederhana Untuk Tulang yang Sehat dan Kuat<\/a><\/h3>
Osteoporosis adalah kondisi kesehatan di mana kepadatan dan kualitas tulang menurun. Tulang yang sehat memiliki kepadatan dan kekuatan yang cukup untuk menopang berat tubuh dan menahan tekanan. Namun, pada osteoporosis, tulang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah. \n\n Proses normal tubuh melibatkan pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang lama. Pada osteoporosis, keseimbangan antara pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang lama terganggu, sehingga tulang kehilangan kepadatan dan kekuatannya. Tulang yang paling rentan terhadap osteoporosis adalah tulang panggul, tulang belakang, dan tulang pergelangan tangan. \n\n Meskipun faktor genetik memainkan peran penting dalam risiko osteoporosis, ada banyak langkah yang dapat diambil untuk mencegah atau mengurangi risikonya. Artikel ini akan membahas beberapa langkah praktis yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis. \n\n 1. Asupan Kalsium yang Cukup: \n\n Kalsium adalah blok bangunan utama tulang. Pastikan asupan kalsium harian yang cukup dengan mengonsumsi produk susu rendah lemak, sayuran berdaun hijau, dan makanan kaya kalsium lainnya. \n\n 2. Vitamin D: \n\n Vitamin D memainkan peran kunci dalam penyerapan kalsium. Dapatkan cukup sinar matahari, atau pertimbangkan suplemen vitamin D jika tinggal di daerah dengan sinar matahari yang kurang. \n\n 3. Aktivitas Fisik Teratur: \n\n Latihan beban dan aktivitas fisik membantu membangun dan mempertahankan kepadatan tulang. Aktivitas aerobik, seperti berjalan kaki atau berenang, juga bermanfaat untuk kesehatan tulang secara keseluruhan. \n\n 4. Hindari Rokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan: \n\n Rokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis. Berhenti merokok dan minum alkohol dengan bijak adalah langkah penting. \n\n 5. Pertimbangkan Hormon Pengganti: \n\n Wanita setelah menopause memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis. Pembicarakan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko penggunaan hormon pengganti untuk melindungi kesehatan tulang. \n\n 6. Pantau Kesehatan Tulang dengan Densitometri: \n\n Densitometri tulang adalah tes yang dapat membantu mengidentifikasi risiko osteoporosis. Pertimbangkan untuk melakukan tes ini, terutama jika ada riwayat keluarga atau faktor risiko lainnya. \n\n 7. Konsumsi Makanan yang Kaya Nutrisi: \n\n Makanan yang kaya nutrisi, termasuk buah-buahan, sayuran, dan protein berkualitas tinggi, dapat mendukung kesehatan tulang dan menyediakan nutrisi penting. \n \n8. Perhatikan Kesehatan Umum: \n\n Penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis atau penyakit celiac, dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Kelola kondisi kesehatan umum dengan baik bersama dengan dokter. \n \n9. Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan: \n\n Jika memiliki faktor risiko tertentu atau pertanyaan mengenai kesehatan tulang, berkonsultasilah dengan profesional kesehatan. Mereka dapat memberikan panduan spesifik sesuai kebutuhan individual. \n\n Mencegah osteoporosis melibatkan kombinasi pola hidup sehat, asupan nutrisi yang baik, dan perhatian kesehatan umum. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat membangun dan memelihara tulang yang kuat sepanjang hidup. Tetaplah aktif, makanlah seimbang, dan konsultasikan dengan dokter untuk strategi pencegahan yang sesuai. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 02 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja<\/a><\/h3>
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah pertolongan dan perawatan sementara yang dilakukan kepada korban kecelakaan di tempat kerja menggunakan peralatan sederhana sebelum korban mendapatkan pertolongan yang sempurna dengan tujuan mencegah keparahan cedera, mengurangi penderitaan dan bahkan menyelamatkan nyawa korban. \n\n Tren kecelakaan kerja sering terjadi pada tenaga kerja tidak terampil (kurang dari 3 tahun), sebanyak 24% memiliki pengalaman kurang dari 1 tahun sehingga perlu diwaspadai dan sebanyak 42% memiliki pengalaman kurang dari 3 tahun. Kecelakaan jatuh menduduki 25% akibat tergelincir, tersandung dan sebagainya menduduki 1/4 jumlah dan sakit pinggang karena gerakan memaksakan diri seperti mengangkat barang berat mencapai 14%, jatuh akibat mengeluarkan barang memakai tangga mencapai 12%. \n\n Penanggulangan waktu terjadi kecelakaan kerja \n\n 1) Pertama-tama, tenang! \n\n \n Usahakan tetap tetang dan segera mengambil tindakan secara tepat dan cepat \n \n\n 2) Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya \n\n \n Untuk menghindari kecelakaan susulan yang mungkin bisa saja terjadi. \n Selain itu, dengan menghindar dari lokasi terjadinya kecelakaan maka petugas P3K akan dapat lebih fokus mengurus korban. \n \n\n 3) Perhatikan Tingkat Kesadaran Korban \n\n \n Cek kesadaran korban: apakah sedang sadar penuh, setengah sadar atau tidak sadar. \n Cara: menepuk-nepuk pundak korban sambil memanggil korban atau merangsang indera penciuman korban dengan meletakkan wewangian di lubang hidung korban. \n \n\n 4) Perhatikan Denyut Nadi, Pernapasan, Perdarahan, dan Tanda-Tanda Syok \n\n \n Jika korban mengalami gangguan dalam sirkulasi darah, pernapasan, dan terdapat tanda-tanda syok maka segera beri pertolongan pertama sesuai dengan SOP Bantuan Hidup Dasar. \n \n\n 5) Jangan Memindahkan Korban Secara Terburu-buru \n\n \n Jangan pindahkan korban sebelum diketahui secara pasti jenis dan keparahan cedera yang dialami, kecuali bila tempat tersebut tidak memungkinkan lagi untuk melalukan perawatan. \n Apabila korban hendak diangkat/dibawa, pastikan perdarahan sudah dihentikan dan tulang yang patah sudah dibidai. \n \n\n 6) Evaluasi dan Penanganan Luka/Cedera pada Korban \n\n \n Periksa luka dan cedera yang terjadi pada korban. \n Penanganan awal luka ringan yaitu pembersihan dengan antiseptik dan penutupan dengan perban steril, dapat mencegah infeksi dan komplikasi lebih lanjut. \n Penanganan awal luka berat (co: patah tulang, luka bakar parah) tindak lanjutnya segera hubungi bantuan medis. \n \n\n Pertolongan pertama di tempat kerja sangat krusial. Selain menjadi kewajiban, hal ini juga menunjukkan tanggung jawab kita terhadap kesejahteraan karyawan. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses kesehatan dan pendaftaran ke RS Hermina Arcamanik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 19 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tulang Belakang Lurus, Hidup Bahagia dengan Mengatasi Skoliosis!<\/a><\/h3>
Kelainan tulang skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang ditandai dengan adanya masalah pada tulang belakang melengkung ke arah samping. Umumnya apabila pasien dilihat berdasarkan gambaran X-ray maka lengkungan diatas 10 derajat. Selain itu lengkungan berbentuk ke arah huruf S atau C. \n\n Definisi lain yang bisa dijelaskan pada jurnal REHABILITASI MEDIK PADA SKOLIOSIS oleh Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, menjelaskan bahwa skoliosis merupakan sebuah tipe deviasi postural dari bagian tulang belakang dengan penyebab apapun, dengan ciri adanya kurva lateral pada bidang frontal. Baik berhubungan atau tidak berhubungan pada rotasi korpus vertebra di bidang aksial dan sagital. \n\n \n\n Penyebab Penyakit Skoliosis \n\n Dalam beberapa kasus pasien, skoliosis ternyata tidak dapat terdeteksi penyebab dan juga sumber masalahnya. Namun kondisi ini tidak semua dialami oleh pasien skoliosis. Apabila kondisi skoliosis tidak dapat dideteksi penyebabnya, umumnya tenaga kesehatan menyebutnya sebagai skoliosis idiopatik. Masalah ini tentu tidak dapat dicegah dan tidak berhubungan dengan beberapa sebab umum misalnya postur tubuh, faktor keturunan atau diet. \n\n Namun selain skoliosis idiopatik ada juga beberapa penyebab dari penyakit dan masalah tulang ini: \n\n \n Skoliosis Degeneratif \n \n\n Skoliosis ini disebabkan oleh kerusakan tulang belakang dan sering terjadi pada pasien yang memasuki usia dewasa menjelang lansia. Hal ini dikarenakan proses penuaan pada sendi dan ligamen tulang. Skoliosis ini cukup banyak ditemukan ditengah masyarakat Indonesia. \n\n \n Skoliosis idiopatik \n \n\n Selanjutnya ada skoliosis idiopatik yang dalam kasus ini, bisa terjadi akibat faktor genetik. Namun sesuai penjelasan diatas, skoliosis idiopatik juga seringkali tidak diketahui penyebabnya dan terjadi pada pasien berusia 10-18 tahun. \n\n \n Skoliosis kongenital \n \n\n Kasus ini bisa terjadi jika tulang belakang seseorang tidak tumbuh dengan normal saat bayi dalam kandungan. Sehingga berimbas pada tumbuh dan kembang tulang bagian belakang saat dilahirkan. \n\n \n Skoliosis Neuromuskular \n \n\n Skoliosisi neuromuskular dapat terjadi pada pasien yang mengalami jenis kelainan tulang belakang karena kelainan di sistem saraf dan juga sistem otot. Misalnya saja cerebral palsy dan juga spina bifida. \n\n \n Skoliosis Sindromik \n \n\n Terakhir, penyebab skoliosis bisa berasal dari skoliosis sindromik yang terjadi karena adanya sindrom yang dimiliki oleh seseorang. \n\n \n\n Tanda Seseorang Mengidap Skoliosis \n\n Ada beberapa tanda yang bisa dikenali, saat seseorang mengalami kelainan tulang belakang seperti skoliosis: \n\n \n Salah satu tulang dibagian punggung atas lebih menonjol dibanding sisi lain \n Satu pinggul tampak lebih tinggi \n Satu sisi tulang rusuk akan lebih tinggi dari sisi lain terutama saat membungkuk ke depan \n Bahu antara dua sisi tidak rata \n Skoliosis parah akan menyebabkan nyeri punggung dan juga kesulitan bernapas pada beberapa kasus anak, karena lengkungan yang parah. \n \n\n \n\n Pengobatan Skoliosis \n\n Apabila sudah terdiagnosa kelainan tulang belakang atau skoliosis maka pengobatan apa yang bisa didapatkan? Ada beberapa pilihan yang akan diberikan sesuai kondisi dan juga fasilitas dari rumah sakit terkait. \n\n \n Penyangga \n \n\n Pertama pasien bisa menggunakan penyangga tulang belakang. Cara ini bisa dilakukan apabila sudut lengkungan lebih dari 20 derajat dan digunakan pada anak-anak. Tujuannya penyangga untuk menghentikan lengkungan agar tidak memburuk. Alat ini juga terbuat dari plastik dan digunakan 24 jam tanpa putus. \n\n \n Operasi Fusi Tulang Belakang \n \n\n Selanjutnya adalah pengobatan dengan operasi fusi tulang belakang atau disebut spinal-fusion surgery. Dokter akan mencoba menyatukan dua dan beberapa ruas tulang belakang sehingga membentuk satu tulang. Nantinya dokter akan menyangga dengan plat agar tegak. \n\n \n Operasi pertumbuhan tulang belakang dan tulang rusuk \n \n\n Jika kondisi skoliosis terjadi pada anak-anak dan masih dalam tahap pertumbuhan. Nantinya ahli medis akan melakukan operasi dengan menempelkan tongkat ke tulang belakang ataupun tulang rusuk untuk membantu menjaga tulang agar tumbuh tanpa kelainan. \n\n \n\n Oleh karena itu, Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang membuat tulang belakang melengkung ke samping. skoliosis ada beberapa jenis skoliosis, seperti yang disebabkan oleh penuaan, faktor genetik, atau masalah pada perkembangan tulang belakang. Tanda-tanda seseorang memiliki skoliosis meliputi postur tubuh yang tidak rata. Pengobatan skoliosis bisa melibatkan penggunaan penyangga tulang belakang, operasi fusi tulang belakang, atau operasi untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan rusuk. Penting untuk mendiagnosis dan mengobati skoliosis sesegera mungkin untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 22 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cyclist’s Palsy, Gejala yang Menghantui Para Pesepeda<\/a><\/h3>
Olahraga bersepeda merupakan salah satu jenis olahraga yang semakin banyak digemari sejak terjadinya pandemi Covid -19 di Indonesia. Selain untuk menjaga kesehatan, olahraga ini menjadi salah satu alat ekskresi yaitu bersepeda ke tempat-tempat tertentu yang jauh jaraknya. Beberapa pesepeda mempunyai keluhan pada tangan mereka, yang sering muncul saat bersepeda jarak jauh antara lain kekakuan jari tangan, rasa kesemutan pada jari-jari tangan, bahkan rasa kebas/baal pada tangan. \n\n Penelitian mengenai hal ini menemukan bahwa sekitar 31% dari pesepeda pernah merasakan gejala-gejala ini. Keluhan ini dikenal sebagai Cyclist’s palsy atau dikenal juga sebagai handlebar palsy. Istilah terakhir ini berkaitan dengan penyebab dari rasa kesemutan itu sendiri yang terkait dengan posisi tangan saat menggenggam handlebar. Sebenarnya gangguan ini tidak berbahaya dan bersifat sementara, namun cukup mengganggu kenyamanan saat beraktivitas. Keluhan tangan kesemutan pada pesepeda erat kaitannya dengan cara memegang stang sepeda (handlebar), banyaknya tekanan pada tangan dan pergelangan tangan yang juga berhubungan dengan posisi duduk pesepeda dan cara mengayuh sepeda (pedalling). \n\n \n\n Apa saja gejala utama Cyclist’s palsy? \n\n Gejala yang utama yaitu rasa kebas/baal/ tebal pada ibu jari dan telapak tangan, jari-jari tangan terasa kaku, adanya rasa lemas pada jari-jari tangan. Pada beberapa kasus terdapat gangguan melakukan gerakan motorik halus. \n\n \n\n Apa penyebab dari masalah ini? \n\n Cyclist’s palsy terutama dirasakan ketika bersepeda jarak jauh, penyebab nya adalah penekanan pada saraf ulnaris yang melewati kanal Guyon (daerah dekat jari kelingking) dan penekanan pada saraf Medianus yang melewati bagian pergelangan tangan (lebih dikenal sebagai Carpal Tunnel Syndrome/CTS). \n\n Penyebab utama adalah getaran terus menerus yang dirasakan oleh tangan. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi jalan yang dilalui (berbatu, berlubang-lubang), melewati jalur turunan saat bersepeda, ban sepeda yang tipis dan kecil, tekanan ban yang berlebihan. Selain itu terlalu banyak tekanan pada tangan sehingga menyebabkan penekanan pembuluh darah dan saraf, ini berkaitan dengan postur yang kurang baik saat bersepeda sehingga pesepeda cenderung membebankan seluruh badannya pada pergelangan tangan, posisi hiperekstensi pergelangan tangan dalam waktu yang lama, pengaturan posisi sadel dan pedal serta stang (handle bar) yang tidak tepat (posisi sadel terlalu tinggi atau handlebar terlalu rendah). \n\n \n\n Bagaimana cara menghindari gangguan ini? \n\n Berikut ini beberapa cara menghindari Cyclist’s palsy: \n\n \n Memakai sarung tangan khusus dengan bantalan (padding), sarung tangan dengan padding akan membantu menyerap keringat pada telapak tangan, sehingga mencegah tangan tergelincir dari handle bar. Selain itu akan membantu menyerap getaran yang mengenai tangan dan pergelangan tangan selama bersepeda. \n Memilih tipe handlebar yang tepat, pilih handlebar yang dilapisi foam yang cukup tebal untuk membantu meredam getaran serta memilih ukuran handlebar yang tepat \n Mengubah-ubah posisi tangan saat memegang handle bar. Hal ini penting untuk menghindari tekanan yang terus menerus pada pergelangan tangan, telapak tangan dan ibu jari selama bersepeda. \n Mengatur posisi duduk saat bersepeda, posisi yang nyaman saat duduk di sadel akan membantu mengurangi tekanan pada tangan dan pergelangan tangan. Cara yang bisa dilakukan adalah merendahkan sadel dan memasangnya pada posisi sedikit ke belakang \n Melakukan bike fitting untuk mengatur/ menentukan posisi komponen-komponen sepeda (handlebar, seatpost) yang tepat sesuai dengan postur pengendaranya \n Rutin melakukan stretching (peregangan) saat bersepeda, khususnya saat bersepeda jarak jauh. \n \n\n \n\n Tatalaksana Cyclist’s Palsy \n\n \n Istirahatkan \n Menggunakan splint/brace pada pergelangan tangan \n Jika sangat mengganggu, minum obat pereda nyeri (golongan NSAID/ non-steroidal anti-inflammatory drugs), misalnya asam mefenamat, ibuprofen \n Obat injeksi mengandung kortikosteroid bisa diberikan pada kasus-kasus tertentu \n \n\n \n\n Jangan lupa konsultasikan dengan dokter Hermina jika keluhan tidak membaik dalam waktu 1 minggu untuk pengobatan yang tepat dan sesuai kondisi kesehatan anda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 05 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cara Penanganan Cedera Olahraga<\/a><\/h3>
Cedera olahraga adalah cedera yang timbul saat berlatih, bertanding ataupun saat setelah berolahraga. Cedera olahraga terjadi karena ketidakmampuan jaringan (otot, persendian, tendon, kulit) dan organ tubuh lainnya dalam menerima beban latihan pada saat berolahraga. \n\n Faktor yang mempengaruhi terjadinya cedera, yaitu kondisi individu (usia, jenis kelamin, karakter, pengalaman, pemanasan, kelainan postur), sarana olahraga (bentuk dan ukuran peralatan), karakteristik olahraga (jenis olahraga), lingkungan fisik (suhu dan kelembaban udara). \n\n Bentuk-bentuk cedera olahraga antara lain : \n\n \n Dislokasi, merupakan pergeseran letak sendi dari tempat yang seharusnya disertai dengan kerusakan kapsul sendi dan ligamen yang mengelilinginya \n Strain, merupakan kerusakan yang terjadi pada otot dan/atau tendon karena penggunaan atau peregangan yang berlebihan \n Sprain, merupakan kerusakan yang terjadi pada ligamen karena peregangan yang berlebihan atau biasa disebut keseleo \n Fracture/patah tulang, merupakan terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan baik komplit maupun tidak komplit \n Muscle cramp atau kram otot, merupakan kelainan pada otot akibat gangguan sirkulasi darah \n Heat exhaustion atau sengatan panas, merupakan kelelahan akibat sengatan panas. \n \n\n Bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gangguan pembuluh darah otak (heat stroke) dan segera lakukan pemeriksaan apabila mengalami cedera saat berolahraga, agar bisa segera mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat. \n\n Penanganan cedera olahraga dapat dilakukan dengan metode RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation). Rest, segera istirahatkan bagian cedera (hal utama yang perlu dilakukan adalah menghentikan aktivitas sesegera mungkin dan istirahatkan bagian cedera yang terasa nyeri tersebut). Ice, lakukan kompres dingin (Suhu dingin pada es mampu membuat area cedera lebih kebal dari rasa nyeri, sehingga mengurangi keluhan nyeri dan pembengkakan pada jaringan yang rusak). Compression, balut atau perban. Compression, balut atau perban (Balut dengan perban elastis secara merata di area cedera untuk mencegah pembengkakan). Elevation, lakukan peninggian pada bagian cedera (Elevasi atau mengangkat bagian yang cedera dapat membantu untuk mengurangi pembengkakan dengan bantuan gravitasi). Adapun yang tidak boleh dilakukan adalah HARM yaitu Heat (diberi yang sifatnya panas), Alcohol (Alkohol), Running (dilanjutkan kegiatannya setelah cedera) dan Massage (pijet). \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 05 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 02 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 04 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>