- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa Penyebab Terjadinya Gangguan Pendengaran?<\/a><\/h3>
Telinga adalah organ pendengaran yang berperan penting dalam aktiftas sehari-hari. Peran penting telinga adalah menghantarkan dan menerima suara atau bunyi. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Saat terjadi gangguan pada salah satu bagian telinga maka akan terjadi gangguan dalam proses mendengar. Akibat yang sering timbul biasanya tidak dapat mendengar dengan jelas atau pendengaran samar, pada kasus berat penderita tidak dapat mendengar sama sekali. \n\n \n\n \n\n Pengertian Gangguan Pendengaran \n\n \n\n Seringnya terpapar suara yang nyaring/keras dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pendengaran, gangguan pendengaran juga bisa disebabkan oleh faktor usia. Pendengaran dapat dikatakan terganggu apabila sinyal suara gagal mencapai otak. \n\n \n\n Pada umumnya, gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tidak hilang secara tiba-tiba. Namun tidak menutup kemungkinan pendengaran akan menghilang total. \n\n \n\n \n\n Penyebab Gangguan Pendengaran \n\n \n\n Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh bererapa faktor, namun terdapat 3 tipe yang dapaat menjadi penyebab gangguan pendengaran, di antaranya: \n\n \n\n - Gangguan pendengaran konduktif \n\n Gangguan pendengaran konduktif terjadi ketika proses penghantaran bunyi atau suara terganggu akibat adanya gangguan pada telinga. Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran konduktif adalah: \n\n \n Pilek atau Rhinitis menyebabkan penumpukan cairan di telinga bagian tengah \n Infeksi telinga tengah atau otitis media \n Infeksi telinga luar atau otitis eksterna \n Gendang telinga robek atau perforasi membran timpani \n Tumor atau pertumbuhan jaringan yang tidak normal di telinga bagian luar dan telinga bagian tengah, seperti kolesteatoma \n Kotoran telinga yang menumpuk dan menyumbat saluran telinga atau serumen prop \n Gangguan atau kerusakan pada tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan telinga dengan hidung dan tenggorokan \n Adanya benda asing yang tersangkut saluran saluran telinga, seperti batu kerikil atau manik-manik \n \n\n \n\n - Gangguan pendengaran sensorineural \n\n Gangguan pendengaran sensorineural terjadi ketika ada kerusakan telinga bagian dalam dan gangguan pada jalur saraf antar telinga bagian dalam dan otak. Beberapa kondisi dan penyakit bisa menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural adalah: \n\n \n Penyakit autoimun yang menyerang telinga atau penyakit Meniere \n Penggunaan obat yang menimbulkan efek samping pada telinga, seperti antibiotik aminoglikosida, obat kemoterapi, aspirin dosis tinggi, dan loop diuretic \n Kondisi genetik \n Gangguan pembentukan telinga bagian dalam \n Proses penuaan yang disebut juga presbikusis \n Pukulan atau cedera di kepala \n Paparan suara keras yang berlangsung dalam waktu lama, seperti bekerja di proyek dengan kebisingan tinggi, menggunakan hedset dengan suara yang keras. \n \n\n \n\n - Gangguan pendengaran campuran \n\n Gangguan pendengaran campuran terjadi ketika timbul gangguan pendengaran konduktif bersamaan dengan gangguan pendengaran sensorineural. Kondisi ini dapat menunjukan adanya kerusakan pada telinga bagian luar, tengah, dan bagian dalam, atau jalur saraf ke otak. \n\n \n\n Sahabat Hermina, jika mengalami keluhan dalam pendengaran segera konsultasikan keluhan yang Anda alami kepada dokter spesialis THT RS. Hermina terdekat. Selalu jaga kesehatan telinga Sahabat Hermina. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 13 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Telinga merupakan salah satu pancaindera yang menunjang fungsi tubuh manusia. Tanpanya, seseorang tidak akan mampu menikmati indahnya melodi dunia. Kendati demikian, tak sedikit pula orang yang mengabaikan kesehatan telinga. Orang-orang tersebut umumnya baru akan menyadari tentang pentingnya telinga saat organ tersebut terkena masalah. \n\n \n\n Merawat kebersihan dan kesehatan telinga penting dilakukan untuk mencegah berbagai masalah pada telinga, seperti infeksi telinga, telinga berdenging, hingga gangguan pendengaran atau bahkan tuli mendadak. \n\n \n\n Serumen atau kotoran telinga adalah gumpalan lunak yang dihasilkan secara alami dari kelenjar minyak di bagian luar liang telinga. Serumen tersebut berfungsi sebagai pelindung, mulai dari melindungi telinga dari debu, pertumbuhan kuman patogen, dan menjaga agar binatang tidak masuk dalam telinga. Pada dasarnya, serumen tidak berbahaya jika jumlahnya tidak berlebihan. \n\n \n\n Namun, produksi serumen yang terlalu banyak dapat berdampak pada kualitas pendengaran seseorang. Keluhan yang dapat timbul akibat kotoran yang memenuhi liang telinga antara lain telinga terasa penuh dan kadang disertai gangguan komunikasi dengan lawan bicara. Maka itu, penting untuk membersihkan kotoran telinga sebelum timbul keluhan lebih parah. \n\n \n\n Perlukah Bersihkan Telinga dengan Cotton Bud? \n\n Telinga otomatis membersihkan dirinya ketika kita berbicara, mengunyah atau kegiatan menggerakan rahang. Biasanya, jika sudah kotor, ear wax keluar dengan sendirinya bersama dengan gerakan rahang yang membuat otot pipi bergerak. Lalu, apakah masih perlu membersihkan telinga dengan cotton bud? Faktanya, membersihkan telinga dengan cotton bud adalah tindakan yang kurang tepat. Kamu boleh menggunakan cotton bud, namun hanya untuk bagian daun telinga saja. Hindari menggunakan cotton bud untuk bersihkan telinga bagian dalam. \n\n \n\n Mengorek telinga dengan cotton bud membuat kotoran semakin masuk ke dalam dan menyebabkan kotoran malah mengendap pada bagian dalam telinga yang panjangnya 2,5-3 cm saja. Kotoran yang mengendap dapat menjadi keras dan menghambat sirkulasi dalam telinga. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Pada dasarnya telinga memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya sendiri, sehingga kita tak perlu membersihkan sendiri bagian dalamnya. Sahabat Hermina hanya perlu mengusap bagian luar telinga dengan sabun dan air, lalu keringkan dengan kain atau handuk. \n\n \n\n Ketahui Cara Menjaga Kesehatan Telinga yang Tepat \n\n Menjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, terutama setelah bepergian ke luar rumah. Cara ini membantu melunakkan kotoran telinga akibat air yang mengalir dari kepala saat mandi atau mencuci rambut. \n\n \n\n Sahabat Hermina juga dapat menghindari membersihkan telinga secara mandiri dengan cotton bud karena hal ini berpotensi mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam. \n\n \n\n Hindari mengorek telinga dengan alat yang tidak bersih serta benda tajam dan runcing karena dapat mengakibatkan luka pada liang telinga bahkan gendang telinga. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara atau permanen. \n\n \n\n Lalu, hindari juga memasukkan cairan atau obat tetes telinga tanpa rekomendasi dari dokter. Kesalahan dalam terapi dapat merusak pendengaran. \n\n \n\n Segera berkunjung ke dokter spesialis THT jika terjadi penumpukan kotoran telinga dan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala \n\n \n\n Mari bersama tingkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan indera pendengaran kita. Pencegahan gangguan pendengaran yang dapat timbul hingga masalah ketulian bisa dilakukan sedini mungkin dengan menerapkan cara menjaga kesehatan telinga secara tepat. Konsultasikan masalah kesehatan telinga Sahabat Hermina pada Dokter Spesialis THT RS Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 31 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mencegah Kehilangan Pendengaran akibat Kebisingan<\/a><\/h3>
Sahabat Hemina, pendengaran adalah indra penting untuk komunikasi. Penurunan pendengaran (ketulian) akan berdampak pada psikologis dan sosial. \n\n \n\n Prevalensi Gangguan Dengar Menurut Survey Kesehatan Nasional 2001 gangguan dengar yang diakibatkan ketulian adalah 2,7%. Sedangkan Menurut Multi Centre Study di Asia Tenggara, gangguan dengar yang diakibatkan ketulian sebesar 4,6%. Sebanyak 75-140 juta penduduk Asia Tenggara mengalami gangguan dengar (WHO 2020). \n\n \n\n Jika Sahabat hermina mendengar suara atau bunyi-bunyian yang kencang atau keras, apalagi bila dalam waktu yang lama, berisiko mengalami penurunan fungsi dengar, karena suara bising tersebut bisa menyebabkan gangguan pendengaran yang disebut noise-induced hearing loss (NIHL). \n\n \n\n NIHL adalah gangguan pendengaran yang terjadi ketika struktur sensitif di telinga bagian dalam rusak karena kebisingan atau suara-suara yang terlalu keras. NIHL bisa terjadi secara langsung atau secara bertahap dalam beberapa waktu lamanya. \n\n \n\n NIHL dapat memengaruhi satu telinga atau kedua telinga, serta bisa bersifat sementara atau permanen. Ketika pengidap tidak menyadari bahwa pendengarannya sudah terganggu, pengidap dapat mengalami masalah pendengaran di kemudian hari, seperti tidak bisa mendengar orang lain dengan jelas saat mereka berbicara, apalagi saat melakukan panggilan telepon atau di ruangan yang bising. Gangguan ini bisa terjadi pada siapa saja dari segala usia. \n\n \n\n Suara diukur dalam satuan yang disebut desibel. Suara yang berada pada 70 desibel A-weighted (dBA) atau lebih rendah dinilai aman dan tidak dapat menyebabkan gangguan pendengaran bahkan setelah terpapar cukup lama. Namun, paparan yang lama atau berulang pada suara yang berada pada 85 dBA atau lebih, dapat menyebabkan gangguan pendengaran. \n\n \n\n Berikut peringkat desibel rata-rata dari beberapa suara yang sering didengar sehari-hari: \n\n - Percakapan normal: 60-70 dBA \n\n - Menonton bioskop: 74-104 dBA \n\n - Suara motor: 80-110 dBA \n\n - Mendengarkan musik melalui earphone pada volume suara maksimum, dan menonton konser: 94-110 dBA \n\n - Bunyi sirene: 110-129 dBA \n\n - Pertunjukkan kembang api: 140-160 dBA. \n\n \n\n Penting untuk memahami jarak saat berada dari sumber suara dan lamanya waktu mendengar suara tersebut karena hal ini berpengaruh terhadap kesehatan pendengaran. \n\n \n\n \n\n Mencegah Noise-induced Hearing Loss \n\n \n\n NIHL adalah jenis gangguan pendengaran yang dapat dicegah, yaitu dengan cara: \n\n \n Ketahui sumber suara keras yang dapat sebabkan gangguan pendengaran (85 dBA ke atas) dan hindarilah suara tersebut. \n Kenakan penyumbat telinga atau alat pelindung telinga lain (ear plugs, earmuffs dan helmet) saat melakukan aktivitas yang melibatkan suara yang keras. \n Bila tidak dapat mengurangi volume suara bising atau melindungi diri dari kebisingan tersebut, sebaiknya menjauhlah dari sumber suara tersebut. \n Segera lakukan tes pendengaran bila kamu merasa mengalami gangguan pendengaran. \n \n\n \n\n \n\n Dampak dari Kebisingan \n\n \n\n Jika telinga terlalu lama terpapar suara bising, maka dampak yang dapat terjadi adalah: \n\n - Masalah pendengaran \n\n - Gangguan Dengar Akibat Bising (GDAB) \n\n - Gelisah (Annoyance) \n\n - Gangguan tidur \n\n - Serangan Jantung \n\n - Pengaruh pada performa pekerjaan atau sekolah \n\n \n\n \n\n Jadi, jangan sepelekan suara-suara bising yang ada di sekitar kita. Tidak hanya mengganggu, suara bising juga bisa berbahaya bagi kesehatan pendengaran. Bila Sahabat Hermina merasa mengalami gejala gangguan pendengaran, segera periksakan diri ke dokter THT. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 23 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Bijak Gunakan Earphone di Masa Pandemi Covid-19<\/a><\/h3>
Pada era pandemi seperti saat ini, sebagian besar pengguna komputer atau laptop menggunakan earphone pada saat bekerja, belajar, atau beraktivitas secara keseluruhan untuk memudahkan mendengarkan percakapan saat belajar atau rapat virtual, ataupun untuk mendengarkan musik. \n\n \n\n Meskipun begitu, terlalu sering memakai earphone juga berdampak negatif pada kesehatan karena dapat memengaruhi indra pendengaran. Oleh karena itu lebih baik gunakan earphone dengan frekuensi suara yang tidak terlalu keras dan mengurangi durasi pemakaiannya. \n\n \n\n Mendengarkan musik, menerima telepon, atau melakukan hal apapun dengan gadget memang lebih asik dengan menggunakan earphone, karena menggunakan earphone lebih praktis dan memudahkan Sahabat Hermina saat berkomunikasi atau mendengarkan musik dengan suara jernih. \n\n \n\n Akan tetapi, risiko dari penurunan pendengaran akibat mendengarkan musik lewat earphone ini juga akan semakin meningkat terutama bila kita terbiasa menggunakannya di tempat bising. Pasalnya, volume lagu yang diputar tanpa disadari akan sangat kencang untuk menutupi kebisingan tersebut. Tak hanya itu, ternyata risiko penurunan pendengaran juga akan meningkat ketika kita mendengarkan menggunakan earphone saat sedang melakukan aktivitas berat, misalnya berolahraga sambil mendengarkan musik, dibandingkan saat sedang berisitirahat. Kebiasaan cara pakai earphone yang salah juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada telinga, seperti rasa nyeri serta telinga terasa penuh dan berdenging. \n\n \n\n Volume suara musik rata-rata dari penggunaan earphone normalnya bisa sebesar 95-105 desibel. Semakin kita naikkan volumenya, semakin besar desibel suaranya. Lebih dari 105 desibel sudah dianggap sebagai polusi suara yang berbahaya bagi pendengaran. Jika mau dibandingkan, suara asli kita saat mengobrol dengan teman bangku sebelah adalah 60 desibel, sementara suara sambaran petir bisa mencapai 120 desibel yang bisa merusak pendengaran hanya setelah 9 detik. Ketika terus-terusan didera oleh volume kencang, sel-sel sensorik di dalam telinga yang seharusnya bekerja menangkap sinyal suara tersebut akan kelelahan. \n\n \n\n Bagian dalam earphone juga harus rajin dibersihkan, karena earphone yang kotor adalah ladang tumbuh kembang bakteri. Earphone yang kotor setidaknya menjadi rumah bagi 68% bakteri. Selain itu, kebiasaan meminjamkan earphone ke orang lain juga dapat meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri. \n\n \n\n Bahkan di masa pandemi COVID-19 ini, virus tersebut dapat menempel di earphone yang tidak bersihkan secara rutin. Minimal, bershikan earphone 2 kali dalam sebulan. \n\n \n\n Bila merasa jenuh saat sedang olahraga atau melakukan aktivitas berat lainnya dan ingin mendengarkan musik, Sahabat Hermina dapat mencoba tips berikut ini: \n\n - Cobalah dengarkan musik dengan volume setengah dari volume kebisingan \n\n - Jangan gunakan earphone melebihi 1,5 jam dalam satu kali sesi; beri waktu telinga untuk sesekali beristirahat sebelum lanjut mendengarkan musik lagi dan batasi volume suaranya maksimal 85 dB \n\n - Rutinlah membersihkan earphone dan jangan membiasakan diri berbagi earphone dengan orang lain \n\n - Bila Anda akan melakukan suatu aktivitas di tempat bising, cobalah luangkan waktu untuk berhenti sejenak dan pergi ke tempat sepi untuk mengistirahatkan telinga sebelum kembali ke tempat tersebut \n\n \n\n Terlalu sering menggunakan earphone akan merusak pendengaran. Menurut dr. Doddy sumahardika,SpTHT-KL (Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher), menggunakan earphone terlalu lama bahkan dapat membuat tuli saraf, khususnya NIHL (Noice Induced Hearing Loss). Jika terjadi tuli syaraf maka tidak dapat diobati. \n\n \n\n Gejala awal NIHL yang harus Sahabat Hermina perhatikan, yaitu: \n\n \n Gangguan pendengaran temporer seperti suara denging \n Sulit mendengar kala suasana ramai \n Nyeri telinga yang sangat tajam dan terjadinya mendadak \n Di saluran telinga berisi nanah atau darah \n Penurunan atau kehilangan pendengaran di satu telinga atau di semua bagian yang terkena \n Terasa berdering di telinga (tinitus) \n Ada sensasi berputar (vertigo) \n Mual atau muntah akibat vertigo \n Pusing \n \n\n \n\n Faktor resiko juga dapat dlihat dari kebiasaan pengguna seperti: \n\n \n Merokok \n Mempunyai riwayat jantung \n DM (Diabetes Melitus) \n Hiperdemia \n Obat-obatan ototksik \n \n\n \n\n Penggunaan earphone yang berlebihan juga mengalami efek lain yaitu nyeri, iritasi dan infeksi. Cara agar tetap baik menggunakan earphone adalah: \n\n \n\n - Lakukan Trik 60/60 \n\n Ketika menggunakan earphone, jangan mendengarkan musik lebih dari 60 menit per hari, dan 60 persen dari volume maksimal. Kekuatan suara lebih dari 85 dB (setara dengan suara buldoser) dapat memengaruhi pendengaran. \n\n \n\n Jika didengarkan selama 8 jam nonstop, telinga bisa rusak secara permanen. Berikan waktu istirahat untuk telinga Anda. Bila Anda adalah tipe orang yang harus mendengarkan musik kapan pun dan di mana pun, beralihlah ke speaker ketika Anda sedang menyetir atau di rumah. \n\n \n\n - Tidak Lebih dari Satu Jam dalam Sehari \n\n Seperti anjuran dari WHO, batasi penggunaan earphone dan headset tidak lebih dari 1 jam dalam sehari. Oleh karena itu, pastikan untuk tidak menggunakan alat tersebut ketika hendak tidur guna menghindari pemakaian lebih dari durasi yang dianjurkan. \n\n \n\n Perlu Anda ketahui, saat tertidur, telinga semakin tertekan karena menerima gelombang suara yang besar dari pemakaian earphone, apalagi kondisi koklea (rumah siput) cukup sensitif terhadap gelombang suara. \n\n \n\n Saat mendengarkan musik semalaman hingga tertidur, telinga sudah tak lagi ‘mendengarkan’. Ada pula dugaan bahwa mendengarkan lagu saat tidur dengan earphone atau headset membuat otak jadi kurang beristirahat. \n\n \n\n Parahnya, gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh alat tersebut juga dapat merusak sel-sel pada otak \n\n \n\n - Jaga Kebersihan Telinga \n\n Penggunaan earphone atau headset bisa saja membuat telinga tersumbat oleh kotoran. Jika Anda tidak membersihkan telinga dengan benar, kotoran tersebut bisa terus menumpuk dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi. \n\n \n\n Bagaimana cara membersihkan telinga yang benar? Untuk hal ini, Anda bisa menyeka bagian luar telinga menggunakan cotton bud. \n\n Pastikan untuk tidak menggunakan cotton bud untuk mengorek telinga bagian dalam, karena justru membuat kotoran makin terdorong masuk. \n\n \n\n Nah, untuk mengeluarkan kotoran yang ada di dalam telinga, Anda bisa mengandalkan obat tetes telinga yang dijual bebas di apotek. Teteskan obat tersebut ke liang telinga Anda dan tunggu hingga dua atau tiga hari. \n\n \n\n Setelahnya, miringkan kepala Anda dan teteskan air hangat ke dalam saluran telinga yang sebelumnya telah diberikan obat. Setelah beberapa saat, miringkan kepala Anda ke arah berlawanan agar kotoran mengalir keluar dengan sendirinya. \n\n \n\n Jika kotoran telinga sudah berhasil keluar, telinga Anda menggunakan handuk bersih. Seka secara perlahan, agar tidak terjadi iritasi. \n\n \n\n \n\n - Pilih Earphone yang Tepat \n\n Sebagian orang menggunakan earphone atau headset untuk meredam suara bising yang ada di sekitar. Sebetulnya baik earphone maupun headphone, jika standar kualitasnya bagus, maka keluaran suara yang dihasilkan pun akan baik. \n\n \n\n Supaya tidak menimbulkan efek samping yang merugikan, Anda bisa menggunakan earphone atau headset yang memiliki fitur peredam bising (noise limiter). Tetap ingat untuk membatasi volume suara agar tidak lebih tinggi dari ukuran yang dianjurkan, ya! \n\n \n\n - Perhatikan Higienitas Earphone atau Headset \n\n Layaknya telinga, earphone atau headset juga perlu dibersihkan secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mencegah perkembangan kuman pada benda kesayangan Anda. \n\n \n\n Cara membersihkan earphone dan headset cukup dengan melepaskan bagian silikonnya, dan redam menggunakan air yang dicampur sabun. Setelah beberapa menit, angkat dan seka menggunakan handuk bersih hingga benar-benar kering. \n\n \n\n Untuk bagian yang tidak boleh kena air, Anda bisa membersihkannya menggunakan sikat gigi kering secara perlahan-lahan. \n\n \n\n - Jangan memakai earphone lebih dari satu jam. \n\n - Jangan mendengarkan musik terlalu keras. \n\n - Melindungi indera pendengaran ketika berada di tempat yang bising \n\n - Pertimbangkan untuk memakai earplug \n\n \n\n \n\n Bila terjadi keluhan pendengaran dapat diperiksakan ke dokter spesialis THT-KL agar mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Yang terpenting jaga kesehatan telinga dengan mengurangi mendengarkan suara yang terlalu keras atau bising dalam waktu lama agar kesehatan pendengaran tetap terjaga. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 05 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Oto Accoustic Emission (OAE)<\/a><\/h3>
Oto Accoustic Emission (OAE) adalah screening atau tes pendengaran bayi baru lahir yang menangkap emisi pada koklea. Bila uji OAE menyatakan pass dan bayi tidak memiliki faktor risiko, maka kemudian bayi akan dilakukan diagnostik pendengaran lanjutan pada umur 1 hingga 3 tahun. Bila dari hasil OAE diketahui adanya tuli saraf, maka bayi tersebut harus segera dilakukan rehabilitasi pendengaran. \n\n Hal ini dilakukan sedini mungkin dengan menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD) paling lambat umur 6 bulan atau melakukan implan koklea. Penyebab gangguan pendengaran bayi baru lahir sangat bervariasi, mulai dari infeksi Torchs pada masa hamil hingga riwayat keluarga dengan tuli saraf sejak lahir. Gangguan pendengaran pada bayi bisa juga disebabkan karena kelainan anatomi atau infeksi otak. \n\n \n\n Mengapa Butuh Tes Oto Accoustic Emission (OAE)? \n\n Gangguan pendengaran pada bayi dan anak sulit diketahui sejak awal. Gangguan pendengaran pada bayi dapat menyebabkan gangguan bicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial dan emosional. Periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara dimulai dalam 6 bulan pertama kehidupan dan terus berlanjut sampai usia 2 tahun. Tes pendengaran bayi baru lahir ini dilakukan setelah bayi lahir atau paling lambat 1 bulan setelah kelahiran. Hasil tes pendengaran dapat dijadikan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis gangguan pendengaran pada bayi umur 3 bulan. \n\n \n\n Apakah Tes Oto Accoustic Emission Membutuhkan Tindak Lanjut? \n\n Usai tes pendengaran pada bayi baru lahir dengan Oto Accoustic Emission (OAE) dan automated Brain Evoked Response Auditory (BERA), sebaiknya bayi umur 3 bulan dilakukan pemeriksaan lanjutan bila diperlukan seperti diagnosis pendengaran pada telinga luar dengan pemeriksaan otoskopi, telinga tengah dengan timpanometri, pemeriksaan ulang OAE untuk saraf telinga, serta pemeriksaan ulang BERA untuk saraf pusat pendengaran di otak. \n\n Bila semua hasil pemeriksaan menunjukkan nilai yang normal, maka akan dilakukan pemantauan perkembangan bicara pada bayi yang kemudian akan diteruskan dengan pemantauan fungsi pendengaran setiap 3 hingga 6 bulan sampai umur 3 tahun. Namun, bila hasilnya abnormal, maka sebaiknya dilanjutkan dengan pengecekkan BERA tone burst atau ASSR serta timpanometri high frequency. Jika diketahui terdapat tuli saraf, maka segera lakukan habilitasi pendengaran sedini mungkin dan sebaiknya pasang Alat Bantu Dengar (ABD) paling lambat umur 6 bulan atau lakukan implan koklea. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 03 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, terpapar suara keras secara berulang-ulang merupakan salah satu penyebab umum kehilangan pendengaran permanen. Kerusakan akan berkembang secara perlahan dan tanpa rasa sakit atau gejala lainnya sehingga umumnya seseorang tidak menyadari sedang memiliki gangguan pendengaran hingga parah. \n\n \n\n Gangguan pendengaran yang terjadi dari tuli sebagian (kurang dengar) atau tuli berat dapat menghambat produktivitas sehari-hari terutama saat berkomunikasi. Apabila telinga menjadi kurang dengar maka bisa terjadi kesalahpahaman saat berkomunikasi dengan lawan bicara. \n\n \n\n Faktor Penyebab Gangguan Pendengaran \n\n Adapun gangguan pendengaran yang diderita dapat terjadi karena berbagai faktor yaitu: \n\n - Mempunyai gangguan sejak lahir \n\n - Terlalu lama mendengar suara yang sangat bising \n\n - Proses penuaan, di mana terjadi degenerasi sel-sel sensorik penerima sensasi dengar \n\n - Merokok. Resiko untuk kehilangan pendengaran dapat meningkat ketika merokok \n\n \n\n Cara Menjaga Kesehatan Pendengaran \n\n Ada beberapa hal yang dapat Sahabat Hermina lakukan untuk mengurangi risiko terkena gangguan pendengaran, yaitu: \n\n - Jangan menggunakan earphone dengan volume terlalu keras dan memakai earphone lebih dari satu jam \n\n - Gunakanlah pelindung pendengaran jika berada di lingkungan yang memiliki tingkatan kebisingan yang sangat tinggi (di atas 85 desibel) \n\n - Rutin membersihkan kotoran telinga. Penumpukan kotoran di telinga bisa mengurangi kepekaan indra pendengaran. Maka dari itu lakukan pembersihan kotoran telingan setiap seminggu sekali untuk mencegah penumpukan kotoran \n\n - Untuk balita agar usahakan tidak meminum susu botol sebelum bayi berumur satu tahun untuk mengurangi infeksi saluran nafas. Selain itu agar tuba eustachius (saluran penghubung tenggorakan dengan telinga tengah) lebih terlatih dan berfungsi baik \n\n - Berikan waktu bagi telinga untuk beristirahat, semakin sering seseorang terpapar suara maka bisa mempengaruhi gangguan pendengaran, bahkan suara dengan volume rendah sekalipun jika terpapar dalam jangka waktu lama bisa jadi berbahaya. Untuk itu berilah waktu bagi telinga untuk beristirahat dengan berada di dalam ruangan yang tenang \n\n - Hindari membersihkan telinga dengan benda keras seperti batang bulu ayam, batang rumput, batang korek api dan keras lainnya \n\n - Periksakan diri ke dokter spesialis THT \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mulai merasakan perasaan tidak nyaman pada telinga atau merasa adanya gangguan pada indera pendengaran Anda, segera lakukan pemeriksaan kesehatan telinga ke dokter spesialis THT di RS Hermina Bogor. Kami siap membantu dan melayani Anda dan keluarga. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Source: \n\n \n\n https://promkes.kemkes.go.id/tips-menjaga-kesehatan-telinga-dan-pendengaran \n\n \n\n https://www.idntimes.com/health/medical/nena-zakiah-1/cara-mencegah-gangguan-pendengaran/7 \n\n \n\n https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/d-1613201/cara-mencegah-gangguan-pendengaran \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 02 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
5 Langkah Penting untuk Jaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Telinga adalah salah satu indera yang sangat penting perannya untuk kehidupan manusia. Perlu Sahabat Hermina ketahui bahwa telinga terdiri dari beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Jika salah satu bagian telinga rusak, maka kemampuan pendengaran pun juga akan menurun, dan tentunya dapat mengganggu aktivitas Sahabat Hermina sehari-hari. \n\n Seperti indera yang lain, telinga juga sangat penting untuk dijaga kesehatannya. Menjaga kesehatan telinga tidak bisa dianggap sepele karena perlu perhatian khusus agar terhindar dari risiko gangguan pendengaran. Berikut ini adalah beberapa langkah penting yang bisa Sahabat Hermina lakukan untuk menjaga kesehatan telinga, yaitu: \n\n \n\n - Bersihkan Telinga dengan Cara yang Benar \n\n Sahabat Hermina mungkin beranggapan bahwa untuk membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud adalah cara yang benar. Namun, pada kenyataannya justru sangat tidak disarankan untuk memasukkan cotton bud atau benda sejenis lainnya ke dalam telinga untuk membersihkan telinga. \n\n Memasukkan cotton bud ke dalam telinga dapat mengakibatkan kotoran telinga terdorong masuk ke dalam. Selain itu, memasukkan sesuatu ke dalam rongga telinga juga berisiko dapat merusak organ sensitif dalam telinga, seperti gendang telinga. \n\n Faktanya, telinga merupakan organ yang dapat membersihkan dirinya sendiri. Cairan kental seperti lilin yang ada di dalam telinga, yang diproduksi oleh kelenjar di dalam kulit liang telinga, berfungsi untuk mencegah debu dan partikel berbahaya lainnya untuk masuk ke dalam telinga; juga menjaga kondisi liang telinga dalam suasana asam sehingga dapat mencegah hewan masuk ke dalam telinga. Jadi, fungsi cairan lilin ini sangat penting untuk kesehatan telinga dan adanya kotoran telinga merupakan sesuatu yang normal. \n\n \n\n - Lindungi Telinga dari Suara yang Keras \n\n Salah satu fungsi telinga adalah untuk mendengar. Namun, telinga mempunyai kapasitas kemampuan untuk mendengar suara. Tidak semua suara masuk ke dalam kategori aman untuk didengar. Apabila lingkungan kerja Sahabat Hermina selalu menciptakan suara bising yang keras, sebaiknya Sahabat Hermina menggunakan pelindung telinga atau earplug. Bagi Sahabat Hermina yang suka mendengarkan musik, sebaiknya jangan mengatur volume pemutar musik terlalu keras dan dalam jangka waktu lama karena dapat merusak gendang telinga dan saraf organ pendengaran. \n\n \n\n - Menjaga Telinga agar Tetap Kering \n\n Telinga yang selalu basah atau lembab dapat memungkinkan bakteri untuk masuk dan berkembang di dalam saluran telinga. Hal ini dapat menyebabkan infeksi pada telinga yang disebut dengan telinga perenang (swimmer’s ear) atau otitis eksterna. \n\n Otitis eksterna adalah infeksi pada telinga luar yang disebabkan oleh air yang terjebak di saluran telinga sehingga mengakibatkan fungsi proteksi kulit liang telinga terganggu dan dapat menyebabkan bakteri terperangkap. Dalam lingkungan yang hangat dan lembab, bakteri ini semakin banyak jumlahnya sehingga menyebabkan iritasi dan infeksi pada saluran telinga. \n\n Jika Sahabat Hermina merasa ada air yang masuk ke dalam telinga, segera miringkan kepala dan tarik cuping telinga untuk merangsang air keluar. Jangan lupa untuk selalu mengeringkan telinga dengan handuk kering atau tisu kering yang dilinting setiap selesai berenang dan juga setiap selesai mandi. \n\n \n\n - Membersihkan Headset/Earphone Seminggu Sekali \n\n Bukan hanya merawat kebersihan telinga, Sahabat Hermina juga harus membersihkan headset/earphone yang digunakan. Sahabat Hermina juga harus mengetahui batasan penggunaan headset/earphone, cara membersihkan headset/earphone, dan melindunginya dari paparan kuman. Hal ini bertujuan untuk mencegah bakteri berkembang biak pada headset/earphone dan menyebabkan penyakit di telinga. \n\n \n\n - Lakukan Pemeriksaan Telinga Rutin \n\n Memeriksakan telinga Sahabat Hermina ke dokter penting untuk dilakukan, karena gangguan pendengaran terjadi secara bertahap, sehingga Sahabat Hermina perlu memastikan kondisi telinga selalu dalam keadaan sehat. Selain itu, pemeriksaan telinga rutin dapat membantu Sahabat Hermina untuk mendapatkan tindakan yang tepat jika terdapat gangguan pada pendengaran. \n\n \n\n Gejala gangguan pendengaran seringkali diabaikan karena dianggap hal yang biasa. Padahal, ada beberapa gejala yang justru menjadi pertanda kalau ini adalah waktu yang tepat untuk Sahabat Hermina melakukan pemeriksaan ke dokter. Apabila Sahabat Hermina mengalami gangguan pada pendengaran, segera konsultasikan ke dokter spesialis THT-KL untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 26 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Dampak Penggunaan Headset pada Telinga<\/a><\/h3>
Headset merupakan speaker atau alat pengeras suara berukuran kecil yang dipasang di telinga. Mendengarkan musik dan menonton film dari laptop atau handphone dengan headset memang terasa menyenangkan dan lebih nyaman karena tidak menimbulkan suara yang mengganggu orang lain. Sebagai alat yang dirasa sangat menguntungkan, tak banyak orang yang kemudian tidak bisa lepas untuk menggunakannya. Banyak orang yang menggunakan earphone hingga lupa waktu alias tidak ada batasan waktu. \n\n \n\n Alih-alih ingin mendapatkan kenyamanan saat melakukan beragam aktivitas, ternyata ada dampak buruk bagi kesehatan dari keseringan menggunakan headset. Penggunaan headset yang tidak sesuai anjuran berpotensi menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk kesehatan pendengaran. Berikut beberapa bahaya headset terhadap telinga Anda: \n\n 1. Gangguan Pendengaran \n\n Ketika Anda menggunakan headset dengan suara melebihi 85 desibel (dB), kondisi ini bisa menyebabkan ketulian atau gangguan pendengaran. Bahkan, penggunaan di atas 15 menit juga berisiko memicu gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran ada yang bersifat sementara dan permanen. Gangguan pendengaran sementara biasanya hanya berlangsung singkat dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, gangguan pendengaran permanen bisa saja terjadi jika Anda mendengarkan musik dengan suara yang sangat keras dalam jangka waktu lama, terlebih melalui headset. \n\n 2. Infeksi Telinga \n\n Salah satu bahaya headset bagi kesehatan telinga Anda adalah risiko infeksi telinga. Infeksi bisa disebabkan oleh penggunaan headset secara bergantian dengan orang lain karena bakteri dari telinga orang lain akan mudah berpindah ke telinga Anda, begitu pun sebaliknya. \n\n 3. Tinnitus \n\n Tinnitus adalah kondisi ketika Anda mendengar suara berdengung. Menurut beberapa penelitian, kebiasaan mendengarkan musik menggunakan headset dengan volume suara tinggi selama 3 jam atau lebih dapat meningkatkan risiko terjadinya tinnitus. Tinnitus bisa semakin parah dan membuat pendengaran Anda terganggu, jika Anda sudah terlalu lama atau sering mendengarkan suara keras. \n\n 4. Hilangnya pendengaran \n\n Efek samping sering pakai headset yang cukup berbahaya adalah kehilangan pendengaran. Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap dan terkadang baru terdeteksi melalui tes pendengaran. Kemampuan mendengar Anda mungkin telah berkurang atau hilang apabila Anda mulai menaikkan volume suara ketika menonton film, tidak jelas mendengar suara, atau kesulitan mendengar dan memahami pembicaraan orang lain. Jika sudah mengalami kehilangan pendengaran, Anda mungkin akan membutuhkan alat bantu dengar untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain atau mendengarkan suara. \n\n \n\n Bagaimana cara mengetahui gejala kurang dengar akibat bising? \n\n - Suara jadi tidak jelas \n\n - Sulit dengar saat orang lain berbicara \n\n - Telinga berdenging (biasanya pada malam hari) \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina, meskipun nyaman, yuk perhatikan juga durasi pemakaian headset. Disarankan bagi Anda untuk beristirahat sejenak di setiap jamnya untuk membantu telinga pulih dari gelombang suara yang dihasilkan oleh headset, serta jangan mendengarkan musik terlalu keras. Khusus pengguna headset dan sejenisnya, jangan mendengar volume lebih dari 60% dan sebaiknya jangan mendengar lebih dari 60 menit sehari agar telinga Anda tetap dapat berfungsi dengan baik hingga usia lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 12 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Amandel pada Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pastinya kita tidak asing dengan istilah amandel. Amandel adalah gumpalan jaringan di kedua sisi belakang tenggorokan yang membantu sistem kekebalan melindungi tubuh dari infeksi. Ketika amandel ini mengalami infeksi, maka kondisi tersebut dikenal dengan sebutan tonsilitis. Namun, orang Indonesia lebih sering menyebutnya dengan amandel saja. Amandel yang mengalami infeksi ditandai dengan warnanya yang merah, bengkak, serta menyebabkan sakit tenggorokan. \n\n Amandel memang rentan menyerang anak-anak dan remaja berusia 5-15 tahun. Sahabat Hermina tidak perlu langsung panik ketika mendapati amandel anak yang meradang. \n\n Radang amandel bisa disebabkan oleh virus atau bakteri. Beberapa virus penyebab amandel, yaitu virus flu, adenovirus, dan virus Epstein-Barr. Sedangkan bakeri sering menjadi penyebab umum radang amandel dan bakteri yang paling sering menyerang adalah streptokokus grup A. \n\n \n\n Gejala umum yang dialami Si Kecil ketika mengalami amandel antara lain: \n\n \n Amandel membengkak atau memerah \n Muncul lapisan atau bercak putih maupun kuning pada amandel \n Sakit tenggorokan \n Kesulitan atau sakit saat menelan \n Suara yang serak \n Demam \n Batuk \n Bau mulut \n Tidur mengorok atau mendengkur \n Kelenjar getah bening membesar \n Sakit kepala \n Sakit telinga \n \n\n \n\n Cara mengobati amandel itu sendiri tergantung dengan penyebab timbulnya. Radang amandel yang disebabkan oleh virus biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Jika radang amandel disebabkan oleh infeksi bakteri, Si Kecil mungkin perlu mendapatkan resep antibiotik dari dokter. Setelah diberi antibiotik, radang amandel biasanya akan mereda dalam dua atau tiga hari. \n\n \n\n Namun, pastikan antibiotik yang dikonsumsi Si Kecil dosisnya sudah tepat dan dihabiskan walaupun gejalanya sudah benar-benar hilang. Tujuannya agar bakteri ini tidak menjadi resisten terhadap obat-obatan. \n\n Selain itu, ada beberapa hal lain yang dapat membantu meredakan radang amandel pada anak, seperti: \n\n \n Istirahat yang cukup \n Cukup minum air putih untuk mencegah dehidrasi \n Konsumsi minuman pereda sakit tenggorokan, seperti teh atau air hangat yang dicampur madu \n Konsumsi permen pereda tenggorokan. Anak usia 4 tahun sudah bisa mengonsumsi permen ini \n Menggunakan alat pelembap udara agar terhindar dari udara kering yang dapat memperburuk iritasi pada tenggorokan \n Hindari paparan asap rokok \n Konsumsi parasetamol untuk meredakan demam dan rasa nyeri. Namun, pastikan berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu terkait penggunaannya \n \n\n \n\n Ketika Si Kecil mengalami infeksi berulang, dokter anak mungkin merekomendasikan untuk operasi amandel untuk mengangkat amandel. Tonsilektomi adalah salah satu operasi paling umum dan aman yang dilakukan pada anak-anak saat ini. Biasanya hanya membutuhkan waktu 20 menit dan anak bisa pulang beberapa jam setelah operasi. \n\n \n\n Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya amandel pada anak yaitu: \n\n \n Mengatur pola makan yang sehat dan seimbang \n Menghindari jajanan atau makanan yang mengandung gula tambahan dan garam berlebih serta makanan yang digoreng \n Menghindari makanan dan minuman dingin seperti es krim, makanan yang mengandung pengawet dan penyedap serta berbagai makanan tidak sehat lainnya \n Banyak mengonsumsi sayur-sayuran yang direbus dan buah-buahan segar \n Istirahat yang cukup \n Jaga kebersihan rumah agar mengurangi kemungkinan debu yang masuk ke mulut dan kerongkongan \n Banyak mengonsumsi air putih dan jus buah seperti jus jeruk, jus nanas, jus jambu biji, tetapi usahakan jangan dikonsumsi dalam keadaan dingin karena mengonsumsi air/jus yang terlalu dingin dapat menyebabkan pembengkakan amandel \n Kompres leher dengan air hangat secara rutin selama menderita penyakit amandel \n Berkumur dengan air garam hangat sebanyak 3 kali sehari \n \n\n \n\n Jika Si Kecil mengalami gejala-gejala yang sudah dijelaskan diatas tadi, segeralah konsultasikan ke dokter spesialis THT untuk mendapatkan penanganan sesuai kondisi Si Kecil. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 15 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Gangguan Pendengaran pada Lansia<\/a><\/h3>
Seiring bertambahnya usia, maka fungsi organ-organ tubuh akan mengalami penurunan. Begitupun dengan fungsi pendengaran. Tidak sedikit lansia yang mengalami kesulitan atau gangguan pendengaran. Tentunya masalah pendengaran ini tidak berbahaya, tetapi sebagian besar menjadi sulit melakukan aktivitas. Proses degenerasi atau penuaan pada indera pendengaran disebut dengan prebiskusis. \n\n \n\n Apa Penyebab Prebiskusis? \n\n \n\n Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: \n\n - Usia \n\n - Jenis kelamin \n\n Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami prebiskusis daripada perempuan. Menurut beberapa penelitian, hal ini disebabkan aktivitas di area bising yang lebih dominan dilakukan oleh laki-laki \n\n - Penyakit penyerta \n\n Seperti Diabetes Melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, kadar lemak tinggi (dyslipidemia) dan lain-lain \n\n - Riwayat terpapar suara bising dalam waktu lama \n\n - Obat-obatan tertentu \n\n - Penurunan Fungsi Telinga: \n\n - Penuaan elastisitas gendang telinga \n\n - Perubahan jumlah saraf pada telinga \n\n - Perubahan fungsi auditori/pendengaran di saraf pusat \n\n \n\n \n\n Apa Gejala Prebiskusis? \n\n \n\n Gejala dapat diawali dengan penurunan kemampuan mendengar suara bernada tinggi, lalu kesulitan memahami percakapan terutama di area bising, rasa sakit pada telinga ketika lawan bicara menaikkan volume suara, hingga keluhan telinga berdenging. \n\n \n\n Keluhan-keluhan ini muncul secara perlahan dan progresif, sehingga pada tahap awal umumnya tidak akan terasa ada gangguan pendengaran \n\n \n\n \n\n Bagaimana Mengurangi Keluhan Prebiskusis? \n\n \n\n Prebiskusis memang sulit dicegah, tetapi kita dapat melakukan beberapa hal untuk mencegah ke kerusakan telinga lebih lanjut. Di antaranya dengan cara: \n\n \n\n 1. Hindari Suara Bising \n\n Batasi paparan suara bising seperti suara kendaraan, suara keras dari speaker, dan suara-suara keras lainnya yang terlalu lama \n\n \n\n 2. Rutin Memeriksakan Telinga \n\n Lakukanlah pemeriksaan rutin telinga ke dokter spesialis THT di rumah sakit terdekat. Dengan mengetahui gangguan pendengaran secara dini, maka dokter akan lebih mudah menentukan terapi yang tepat sesuai penyebabnya, dan mencegah kerusakan indera oendengaran lebih lanjut. Selalu konsultasikan keluhan yang dialami untuk membantu dokter menganalisa masalah pendengaran Anda. \n\n \n\n 3. Gunakan Alat Pelindung Telinga \n\n Apabila Anda bekerja di tempat berisiko terpapar suara bising dalam jangka waktu lama, gunakanlah earplug atau alat pelindung telinga lain selama bekerja. Pekerja di area pabrik, pekerja konstruksi, atau di industri transportasi umunnya memiliki risiko tinggi. \n\n \n\n 4. Lakukan Pola Hidup Sehat \n\n Makanlah makanan bergizi, rendah lemak dan gula. Hal ini membantu mencegah penyakit atau mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi, Diabetes Melitus, dislipidemia, dan penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi gangguan indera pendengaran. \n\n \n\n 5. Berbicara dengan Nada Rendah \n\n Mintalah orang lain untuk berbicara kepada anda dengan suara yang lebih rendah dan jelas. \n\n \n\n \n\n Terkadang masalah indera pendengaran pada lansia dapat menyebabkan masalah emosi dan psikologis dari penderitanya. Kesulitan memahami percakapan tentunya akan membuat para orang tua kesulitan untuk berkomunikasi, terutama mereka yang selalu membutuhkan orang lain untuk membantu melakukan aktivitas sehari-hari \n\n \n\n Untuk itu, apabila Anda atau orang tua Anda mulai mengalami keluhan-keluhan yang telah disebutkan, lakukanlah pemeriksaan fungsi pendengaran ke dokter spesialis THT sedini mungkin. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 15 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>