- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 17 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala, Faktor Penyebab Bibir Sumbing dan Celah Langit - Langit<\/a><\/h3>
Bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan kelainan bawaan bayi baru lahir yang terjadi pada struktur wajah dan mulut seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berbicara, bernapas, makan, serta mempengaruhi penampilan fisik. Bibir sumbing bisa terjadi di area bibir, celah langit - langit dan juga gusi. Apabila terjadi di celah langit - langit seringkali tidak terdeteksi karena letaknya yang berada di dalam mulut tidak terpampang secara visual seperti pada bibir. \n\n Gejala - gejala dari sumbing bibir dan celah langit pada bayi, meliputi : \n\n \n Pada sumbing bibir, terlihat celah pada bibir atas bayi yang dapat melibatkan satu sisi atau kedua sisi bibir. \n Pada celah langit - langit, terlihat celah pada langit-langit mulut bayi, biasanya pada bagian tengah langit-langit (celah langit-langit palatal). \n Masalah menyusui, bayi dengan celah bibir dan/atau celah langit mungkin mengalami kesulitan dalam menyusu, karena celah pada bibir atau langit-langit membuat mereka sulit untuk membentuk hisapan yang kuat. Sehingga berat badan bayi akan sulit bertambah, selain itu juga bisa saat menyusu asi keluar melalui hidung. \n Masalah bicara, ketika bayi tumbuh dan mulai belajar berbicara, kelainan ini dapat mempengaruhi kemampuan bicara mereka. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi-bunyi tertentu atau memiliki suara yang tidak biasa (sengau). \n Infeksi telinga berulang, bayi dengan celah langit-langit dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi telinga berulang, karena celah tersebut dapat mempengaruhi saluran antara telinga tengah dan rongga mulut. \n \n\n Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan sumbing bibir, termasuk: \n\n \n Faktor genetik, sumbing bibir dapat terjadi karena adanya faktor genetik yang diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat keluarga dengan sumbing bibir, risiko anak mereka untuk mengalami kelainan ini akan meningkat. \n Faktor lingkungan, paparan terhadap beberapa zat kimia atau obat-obatan tertentu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya sumbing bibir pada janin. Misalnya, konsumsi alkohol atau merokok saat hamil diketahui dapat meningkatkan risiko kelainan ini. \n Nutrisi dan kekurangan vitamin, kekurangan asam folat atau vitamin B dalam makanan ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelainan pada perkembangan janin, termasuk sumbing bibir. \n Infeksi: Infeksi yang terjadi selama masa kehamilan, seperti infeksi virus rubella (campak Jerman) atau sitomegalovirus, dapat meningkatkan risiko sumbing bibir pada janin. \n Faktor lingkungan lainnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan radiasi, polutan lingkungan, atau faktor fisik tertentu seperti tekanan pada rahim selama kehamilan juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya sumbing bibir. \n \n\n Perlu dicatat bahwa baik bibir sumbing maupun celah langit-langit dapat diidentifikasi selama pemeriksaan prenatal menggunakan teknik pemindaian seperti USG. Hal ini memungkinkan para profesional medis untuk memberikan perawatan dan perencanaan yang tepat bagi ibu dan bayi yang terkena kelainan ini. Maka dari itu selalu konsultasikan kehamilan. Namun apabila kondisi ini terlah terjadi RSU Hermina Purwokerto bisa menangani operasi sumbing bibir dan celah langit- langit secara gratis. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n\n \n Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n Hubungi Call Center 1500488 \n Melalui website -> www.herminahospitals.com \n Melalui aplikasi Halodoc \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Berani Deteksi Dini Kanker Payudara<\/a><\/h3>
Pernahkah Anda merasa payudara Anda mengalami kelainan atau terkadang terasa nyeri saat disentuh pada posisi tertentu?. Penting untuk mewaspadai kondisi ini, terutama jika gejala seperti nyeri semakin parah. Karena bisa jadi itu pertanda Anda sedang mengalami masalah payudara, termasuk kanker payudara. \n\n Deteksi dini kanker payudara merupakan suatu keharusan bagi setiap wanita. Semakin dini penyakit terdeteksi, semakin cepat dapat diobati untuk mencegah penyebarannya. Namun, bagaimana langkah yang tepat untuk deteksi dini kanker payudara? \n\n Rutin melakukan SADARI dapat membantu Anda melindungi diri dari kanker payudara. Kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah kasus terbanyak, dan menjadi salah satu penyebab kematian utama akibat kanker, karena sebagian besar pasien kanker payudara datang berobat pada stadium lanjut. Padahal, jika terdeteksi dini dan segera diterapi, sebetulnya kanker bisa dikalahkan. \n\n Berikut langkah-langkah dari Yayasan Kanker Indonesia yang bisa Anda ikuti saat melakukan SADARI 7-10 hari setelah menstruasi: \n\n 1. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Bentuk payudara kanan dan kiri tidak simetris? Jangan cemas, itu biasa. \n\n 2. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di belakang kepala. dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan dorong siku ke belakang dan cermati bentuk maupun ukuran payudara. \n\n 3. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan (kontraksikan) otot dada Anda. \n\n 4. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan Anda. \n\n 5. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting. Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi. \n\n 6. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan-tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak. \n\n Hindari Makanan Pemicu Kanker Payudara \n\n 1. Daging Merah yang Dibakar \n\n Steak atau sate memang lezat, tapi efeknya tidak baik bagi kesehatan payudara Anda. Oleh karena itu sebaiknya Anda batasi pengonsumsiannya hingga tak lebih dari 500 gram dalam seminggu. Perhatikan cara memasaknya seperti dibakar, karena membentuk heterocyclic amines (HCAs). HCAs ditengarai berpotensi menyebabkan kanker payudara, kanker paru-paru, kanker kolon, dan kanker prostat. \n\n 2. Alkohol \n\n Beberapa studi memastikan bahwa konsumsi alkohol meningkatkan risiko wanita terhadap kanker payudara. Batas aman minum alkohol adalah segelas sehari. Lebih dari itu, risiko Anda terkena kanker payudara naik 11% dari setiap gelas alkohol yang Anda minum. \n\n 3. Gula \n\n Rasanya yang manis ternyata bisa berakibat ‘pahit.’ Mengonsumsi terlalu banyak gula akan melonjakkan level insulin. Berdasarkan riset, insulin adalah promotor utama pertumbuhan tumor. Ketika insulin ada dalam jumlah tinggi dalam darah, ia juga meningkatkan kadar sirkulasi estrogen bebas. \n\n 4. Susu Tinggi Lemak dan Produk Olahannya \n\n Beberapa penelitian mengatakan orang yang mengonsumsi susu dan keju tinggi lemak memiliki risiko terkena kanker lebih tinggi. Para peneliti memperkirakan, hal tersebut berkaitan dengan estrogen. Hormon ini larut dalam lemak, sehingga ditemukan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dalam susu tinggi lemak, dibanding susu rendah lemak. Beberapa jenis kanker payudara memiliki reseptor estrogen dan diberi makan oleh estrogen. \n\n 5. Daging yang Sudah Diproses \n\n Para peneliti menemukan bahwa bahan yang digunakan sebagai pengawet yang ada pada daging yang sudah diproses seperti sosis, ham, dan bacon bermetamorfosis mejadi bahan penyebab kanker ketika berada dalam tubuh. Jadi, tahan keinginan Anda untuk makan hotdog. Bila sudah tak tahan, makan daging yang sudah diproses hanya pada acara-acara spesial. \n\n Nah, sekarang Anda bisa melakukan pemeriksaan fisik sendiri dengan menerapkan beberapa cara yang sudah disebutkan. Dengan pergi ke dokter sejak dini, diharapkan setiap kanker payudara yang terjadi dapat segera diatasi. Dengan cara ini, kemungkinan efek samping dapat dihindari. Anda juga dapat melakukan pemeriksaan tahunan untuk memastikan kesehatan Anda secara keseluruhan. \n\n Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, jangan lupa untuk melengkapinya dengan vitamin atau suplemen, bila perlu konsultasikan dengan dokter. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 09 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Yang Biasa Muncul Setelah Lebaran<\/a><\/h3>
Kita baru saja melewati hari raya idul fitri yang ke 1443 H, dimana hari raya idul fitri atau lebaran selalu dirayakan dengan penuh suka cita. Selain karena hanya terjadi sekali dalam satu tahun, momen ini juga merupakan waktu terbaik untuk melakukan banyak hal. Apalagi ditambah dengan sajian khas lebaran yang biasanya dipenuhi dengan lemak dan santan. \n\n Tapi hati-hati! Kebiasaan yang salah saat lebaran ternyata bisa memicu sejumlah penyakit menyerang. Apalagi kalau ditambah dengan kebiasaan makan yang buruk selama hari raya tersebut. Lantas, apa saja penyakit yang biasa muncul setelah lebaran dan bagaimana cara mengatasinya? \n\n \n Kolesterol Tinggi \n \n\n Menu makanan yang identik dengan hari raya Idulfitri adalah opor ayam, ketupat, hingga rendang. Hidangan tersebut tentu sangat menggoda untuk disantap. Tapi kamu sebaiknya bisa membedakan bahwa tubuh benar-benar lapar dan membutuhkan makan atau sekadar “lapar mata”. Hal itu berguna untuk mencegah naiknya kadar kolesterol jahat. \n\n Sebab jenis-jenis makanan lebaran tersebut nyatanya bisa memicu naiknya kadar kolesterol. Selain membatasi makanan berlemak dan santan, naiknya kadar kolesterol juga bisa dicegah dengan tetap mengonsumsi buah dan sayuran. Karena makanan tersebut bisa memberi efek kenyang yang lebih lama sehingga mencegah keinginan untuk makan secara berlebih. \n\n 2. Diare \n\n Pola makan yang buruk saat lebaran juga bisa memicu penyakit diare. Yaitu masalah buang air besar yang menyebabkan proses tersebut terjadi secara tidak normal. Misalnya buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dengan feses atau kotoran yang cenderung lunak atau cair. Gejala ini biasanya juga dibarengi dengan demam, mual, muntah, perut kembung, hingga rasa nyeri pada perut. \n\n Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan diare mulai dari mengonsumsi makanan yang kurang bersih, makanan terlalu pedas, hingga jenis makanan yang bisa mengiritasi lambung seperti makanan asam, berminyak, dan minuman bersoda. \n\n Jika diare sudah terlanjur menyerang, pastikan untuk selalu memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan tubuh. Mengganti cairan tubuh yang hilang bisa dilakukan dengan minuman cairan oralit atau air putih. \n\n 3. Nyeri Otot \n\n Saat lebaran, nyeri otot menjadi salah satu penyakit yang berisiko menyerang. Nyeri otot biasanya terjadi saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang cukup tinggi. Momen lebaran memang kerap diisi dengan bersilaturahmi dan mengisi waktu liburan dengan mengunjungi tempat wisata bersama keluarga. \n\n Hal ini yang kemudian bisa menjadi pemicu terjadinya nyeri pada bagian tubuh tertentu. Biasanya nyeri otot bisa hilang dengan sendirinya dengan beristirahat yang cukup. Jadi, pastikan untuk mengetahui batasan diri sehingga terhindar dari penyakit yang satu ini. \n\n 4. Hipertensi \n\n Hipertensi alias tekanan darah tinggi juga menjadi ancaman. Penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah di atas batas normal ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kebiasaan mengonsumsi garam secara berlebihan. \n\n Saat lebaran, anda mungkin akan menemukan sejumlah hidangan dengan rasa asin yang lebih menonjol. Selain masalah selera, tak dapat dimungkiri bahwa garam memang bisa menambah rasa makanan. Tapi tetap harus waspada risiko hipertensi, ya! \n\n Sakit saat libur lebaran dan butuh obat segera? Pakai aplikasi Halo Hermina saja! anda bisa berkonsultasi secara online dengan dokter kami , lebih mudah dan obat bisa diantar. Yuk, download segera di Mobile App Hermina Tbk di Store dan Google Play!. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 25 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
Ingin puasa anda lancar ? Waspadai penyakit berikut !<\/a><\/h3>
Hallo Sahabat Hermina, Bulan Puasa merupakan kesempatan emas dalam mendulang pahala. Tak hanya ibadah yang besar, bahkan tidur orang yang berpuasa konon merupakan ibadah yang akan diberi pahala oleh Allah SWT. Tapi tentu saja, puasa yang dijalani harus sesuai dengan syariat yang berlaku. Dalam menjalankan puasa, tubuh kita sering kali mendapatkan banyak gangguan dan halangan. Gangguan dan halangan ini kadang kala mengurangi kekhusyukan kita dalam menjalani ibadah yang dijalankan sebulan dalam setahun. \n\n \n\n 1. Sembelit \n\n Sembelit atau susah buang air besar biasa dihadapi saat berpuasa. Apabila tidak segera diatasi, sembelit ini bisa menyebabkan ambeien, rasa nyeri di saluran dan gangguan pencernaan yang membuat perut terasa kembung. Apabila dalam kondisi yang parah, ambeien dapat menyebabkan pendarahan. \n\n Pencegahan: \n\n Kurang minum air dan kurang konsumsi seratlah penyebab utamanya. Namun, di kala puasa kan tidak memungkinkan Anda mengonsumsi air seperti biasa? Untuk mencegah hal ini, saat berbuka dan sahur, isilah dengan menu-menu kaya serat serta cukup minum air putih. \n\n \n\n 2. Tekanan darah rendah \n\n Yang biasa dirasakan saat tekanan darah turun adalah keringat berlebih, rasa lemas, letih, lesu dan seperti tak ada energi. Anda juga biasanya merasakan pusing terutama saat bangun, saat duduk, dan wajah cenderung pucat. Apabila dibiarkan, maka pingsan bisa saja terjadi. \n\n Pencegahan: \n\n Tingkatkan konsumsi cairan dan garam sepanjang puasa. \n\n \n\n 3. Sakit kepala \n\n Penyakit lain yang sering menyerang saat berpuasa adalah sakit kepala atau pusing. Umumnya ini disebabkan oleh rutinitas yang cukup padat dan menuntut banyak tenaga, udara panas, menahan rasa kantuk serta kurangnya oksigen pada otak. \n\n Pencegahan: \n\n Kurangi minum kopi, merokok, serta atur jam tidur sepanjang bulan Ramadan. \n\n \n\n 4. Gula darah rendah \n\n Gejalanya seperti lesu, pening, tubuh mudah lelah, konsentrasi yang buruk, sakit kepala serta pusing saat sedang melakukan aktivitas. Pastikan Anda selalu berkonsultasi dengan dokter apabila Anda adalah penderita diabetes, namun bila Anda tidak menderita diabetes, maka berikut pencegahan yang bisa dilakukan. \n\n Pencegahan: \n\n Kurangi makanan yang terlalu manis saat sahur sehingga jumlah gula darah di dalam tubuh tetap seimbang. Turunnya gula darah ini justru biasanya disebabkan karena tubuh terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat atau makanan manis di saat sahur, dan memicu tubuh memproduksi insulin lebih banyak. \n\n \n\n 5. Kram otot \n\n Biasa disebabkan karena tubuh kelelahan, kurang konsumsi kalsium, magnesium, kalium. \n\n Pencegahan: \n\n Mengonsumsi makanan yang kaya akan kalsium, magnesium dan kalium, yang biasanya terdapat pada produk susu, daging, buah-buahan serta sayuran. \n\n \n\n 6. Radang pencernaan \n\n Naiknya asam lambung saat perut kosong adalah hal yang biasa dialami beberapa orang saat sedang berpuasa. Ada rasa terbakar di sekitar ulu hati dan tidak nyaman di perut. \n\n Pencegahan: \n\n Hindari makanan-makanan terlalu pedas sepanjang berbuka dan sahur, hindari minuman bersoda serta makanan atau minuman yang rasanya asam. \n\n \n\n 7. Maag \n\n Salah satu penyakit yang cukup populer dan sering diderita saat sedang puasa adalah maag. Dan maag ini sangat mengganggu di tengah aktivitas yang biasa Anda lakukan. Nyeri di lambung ini biasa diatasi dengan cara minum obat maag, tetapi bagaimana bila sedang berpuasa? \n\n Pencegahan: \n\n Makan berserat serta mengunyah 32 kali setiap makanan akan membantu pencernaan bekerja tidak terlalu keras. Awali dengan minuman yang hangat terlebih dahulu sehingga perut tidak sampai kaget. Minuman pembuka juga disarankan tidak terlalu manis. Anda juga bisa mengonsumsi obat maag pada saat sahur atau berbuka sesuai anjuran dokter, sehingga maag tidak sampai mengganggu aktivitas. \n\n \n\n Semoga artiken ini bisa membantu sahabat Hermina yang menjalankan ibadah puasa ramadhan dapat beribadah dengan tenang dan ibadahnya menjadi lebih lancar. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 26 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Hati-Hati, Nyeri Sendi Bisa Jadi Saraf Kejepit<\/a><\/h3>
Saraf kejepit dapat menimbulkan berbagai gejala, dan salah satunya adalah nyeri sendi yang tak tertahankan. Rasa sakit pada sendi tersebut dapat muncul di berbagai bagian tubuh dan biasanya juga diikuti gejala lain, seperti kebas atau kesemutan. \n\n Saraf kejepit merupakan kondisi ketika saraf menerima tekanan berlebih dari jaringan sekitarnya. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan otot, tendon, tulang, atau tulang rawan. Karena saraf menjalar sepanjang tubuh, saraf kejepit juga bisa terjadi di berbagai lokasi dalam tubuh. \n\n Gejala Saraf Kejepit \n\n Saraf kejepit sering kali dianggap sebagai nyeri sendi biasa. Namun, ada beberapa gejala yang menunjukkan bahwa Anda mengalami saraf kejepit, di antaranya: \n\n \n Mati rasa atau berkurangnya sensasi di area yang dilalui oleh saraf \n Munculnya rasa nyeri yang tajam atau seperti terbakar \n Kesemutan \n Otot terasa lemah \n Kaki dan tangan sering kali sulit digerakkan \n \n\n Gejala saraf kejepit ini dapat memburuk saat Anda tertidur. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika gejala di atas berlangsung selama beberapa hari dan tak kunjung sembuh meski sudah beristirahat atau mengonsumsi obat pereda nyeri. \n\n Penyebab Terjadinya Saraf Kejepit \n\n Beberapa posisi tubuh dapat meningkatkan tekanan di sekitar saraf, seperti bertumpu pada siku atau kebiasaan menyilangkan kaki dalam waktu lama. Selain itu, ada pula beberapa kondisi yang dapat menyebabkan saraf kejepit, di antaranya: \n\n \n Herniasi diskus, suatu kondisi yang terjadi akibat bantalan tulang belakang bergeser dari tempat yang seharusnya \n Rheumatoid arthritis atau peradangan pada sendi \n Stenosis spinal, yaitu penyempitan yang tidak normal pada tulang belakang \n Carpal Tunnel Syndrome, kondisi ini terjadi ketika saraf median di pergelangan tangan tertekan \n \n\n Cedera, memar, atau kondisi lain yang menyebabkan pembengkakan juga bisa memicu terjadinya saraf kejepit. \n\n Selain berbagai kondisi di atas, ada pula kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami saraf kejepit, antara lain: \n\n \n Wanita, karena memiliki tulang jari dan telapak tangan yang lebih kecil \n Orang yang sering menggunakan pergelangan tangan atau bahunya secara berulang \n Orang yang mengalami kegemukan dan edema \n Penderita penyakit terkait kelenjar tiroid, seperti hipotiroidisme \n Ibu hamil \n Penderita diabetes \n Orang yang sering berbaring dalam waktu yang lama \n \n\n Cara Mengobati Saraf Kejepit \n\n Untuk menangani saraf kejepit, hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengurangi aktivitas pada bagian tubuh yang terdampak. Penderita sebaiknya menghentikan aktivitas yang diduga sebagai penyebab dan bisa memperburuk tekanan pada saraf. \n\n Jika saraf kejepit disebabkan oleh carpal tunnel syndrome, pemakaian pembebat pada tangan akan direkomendasikan oleh dokter. Pembebat harus digunakan setiap saat, bahkan saat tidur sekalipun. \n\n Selain cara di atas, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, antara lain: \n\n Fisioterapi \n\n Untuk menangani saraf kejepit ,fisioterapi diperlukan untuk memperkuat otot-otot di daerah yang mengalami saraf kejepit. Latihan memperkuat otot diperlukan guna mengurangi tekanan pada saraf. \n\n Pemberian obat penghilang nyeri \n\n Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen atau naproxen, bisa diberikan untuk meredakan rasa sakit. Dokter juga dapat memberikan suntikan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri. \n\n Operasi \n\n Saraf kejepit yang berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan dan tidak membaik meski sudah diberikan perawatan di atas, bisa diatasi dengan operasi. Jenis operasi yang dilakukan tergantung pada lokasi yang sakit, misalnya perbaikan herniasi diskus. \n\n Meski saraf kejepit terkadang sulit dihindari, tetapi ada berbagai langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko terjadinya saraf kejepit, seperti menjaga berat badan, berolahraga secara teratur, berhenti merokok, dan menjaga postur tubuh saat tidur atau beraktivitas. \n\n Diagnosis sedini mungkin dapat membuat penanganan saraf kejepit lebih mudah dan hasilnya pun lebih baik. Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala saraf kejepit, segera periksakan diri ke dokter untuk memastikannya dan mendapatkan penanganan yang tepat. \n\n credit to Allodokter. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 07 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Masa Kehamilan & Menyusui selama COVID-19<\/a><\/h3>
Apakah Bunda baru saja mengetahui bahwa Bunda sedang hamil atau sedang bersiap-siap untuk menyambut kegembiraan dalam beberapa minggu kedepan? Kehamilan adalah waktu khusus yang penuh kegembiraan dan antisipasi. Tetapi menjalani kehamilan di tengah pandemi COVID-19 adalah sebuah hal yang tidak mudah. Bagaimana tidak, selain menjaga kesehatan diri sendiri, Bunda juga perlu memikirkan kesehatan janin yang dikandung. Ibu yang sedang hamil tampaknya tidak berisiko lebih besar terkena COVID-19 tetapi mungkin menjadi lebih sakit ketika terinfeksi COVID-19. Karena perubahan yang terjadi selama kehamilan, cara terbaik untuk mencegah penularan COVID-19 adalah dengan mengikuti pedoman keselamatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. \n\n \n\n \n\n \n\n Jika Bunda memiliki gejala COVID-19 dan akan melahirkan, Bunda akan disarankan untuk dirawat di unit bersalin yang khusus untuk wanita hamil dengan gejala COVID-19. Bunda mungkin akan melihat tim bersalin mengenakan celemek, masker, atau pelindung mata. Hal-hal ini untuk menjaga Bunda, si calon buah hati, dan staf yang merawat Bunda untuk tetap aman, dan untuk menghentikan penyebaran infeksi. Mereka akan memastikan Bunda dan si calon buah hati mendapatkan perawatan terbaik. \n\n \n\n Pertanyaan terbesar yang kebanyakan ibu hamil miliki tentang menyusui mungkin, "Bagaimana saya melakukannya? Tidak ada bukti bahwa COVID-19 dapat menular ke sang bayi melalui ASI, sehingga manfaat menyusui dan perlindungan yang ditawarkannya lebih besar daripada risiko apa pun. Selain menikmati waktu bersama bayi yang baru lahir, penting untuk mengetahui tanda-tanda sang bayi mungkin sedang tidak sehat. Saat ini mungkin sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Tapi percayalah pada insting dan dapatkan bantuan medis jika Bunda merasa sang bayi membutuhkannya. Misalnya, penyakit kuning pada bayi baru lahir. Penyakit kuning biasanya tidak berbahaya, tetapi penting untuk dapat mengenali gejalanya dan mendapatkan bantuan medis. \n\n \n\n Bila Bunda mengalami gejala COVID-19 atau ada anggota keluarga di rumah yang mengalami gejala tersebut ,Bunda harus segera ke rumah sakit atau menghubungi dokter kandungan. Selanjutnya tetap tenang dan berpikir positif saat berada di rumah sakit. Yakinlah bahwa setiap fasilitas kesehatan pasti sudah memiliki sistem untuk mencegah penularan COVID-19. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 02 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
VERTIGO<\/a><\/h3>
Pengertian Vertigo \n\n Vertigo adalah gejala yang menyebabkan seseorang mengalami sensasi pusing berputar yang muncul secara tiba-tiba. Pada kondisi yang parah, gejala vertigo bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Sebab, vertigo bisa menyebabkan hilang keseimbangan dan disorientasi. Serangan vertigo bahkan bisa menyebabkan pengidapnya sampai terjatuh. \n\n Saat vertigo menyerang, hal yang dirasakan bisa bervariasi, seperti pusing ringan dan muncul secara berkala. Serangan vertigo yang parah biasanya memiliki durasi yang lama dan bisa berlangsung selama beberapa hari sehingga pengidapnya tidak bisa beraktivitas secara normal. \n\n Faktor Risiko Vertigo \n\n Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami vertigo, yaitu: \n\n \n \n Berusia lebih dari 50 tahun. \n \n \n Wanita. \n \n \n Pernah atau sedang mengidap luka di kepala. \n \n \n Sering menggunakan obat-obatan tertentu. \n \n \n Ada anggota keluarga yang memiliki riwayat vertigo. \n \n \n Mengalami infeksi pada telinga. \n \n \n Sedang stres berat. \n \n \n Sering mengonsumsi alkohol. \n \n \n\n Penyebab Vertigo \n\n Penyebab utama vertigo adalah gangguan pada telinga bagian dalam. Hal ini kemudian memicu masalah mekanisme keseimbangan tubuh. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan vertigo, di antaranya: \n\n \n \n Perubahan posisi secara tiba-tiba. \n \n \n Migrain atau sakit kepala tidak tertahankan. \n \n \n Stroke. \n \n \n Penyakit Meniere, gangguan yang menyerang telinga bagian dalam. \n \n \n Vestibular neuronitis, inflamasi saraf vestibular pada telinga bagian dalam. \n \n \n Gangguan pada otak, misalnya tumor. \n \n \n Obat-obatan tertentu yang menyebabkan kerusakan telinga. \n \n \n Trauma atau luka di kepala dan leher. \n \n \n\n \n\n Gejala Vertigo \n\n Gejala yang umum terjadi saat seseorang mengalami vertigo adalah pusing berputar yang diikuti dengan telinga berdengung. Hal ini bisa memicu mual dan muntah. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, pengidap vertigo bisa terjatuh karena kehilangan keseimbangan dan tidak bisa berdiri. Apabila telah berbaring dan menutup mata, pengidap juga akan tetap merasa tubuhnya berputar dan rasa berdebar hingga dapat memicu pingsan. \n\n Serangan awal vertigo biasanya berlangsung selama beberapa jam saja. Namun, jika tidak segera ditangani, vertigo akan selalu kambuh yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. \n\n Pengobatan Vertigo \n\n Perlu diketahui, vertigo bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari suatu masalah kesehatan pada tubuh. Vertigo bisa muncul sebagai tanda penyakit tertentu. Maka dari itu, penanganan vertigo dilakukan tergantung pada penyakit yang menjadi penyebabnya. Beberapa kasus vertigo bisa sembuh tanpa pengobatan, karena otak berhasil beradaptasi dengan perubahan pada telinga bagian dalam. \n\n Vertigo membutuhkan langkah pengobatan khusus apabila disebabkan oleh: \n\n \n \n Manuver Epley untuk menangani BBPV. \n \n \n Obat-obatan. \n \n \n Melakukan terapi rehabilitasi vestibular yang bertujuan untuk membantu otak beradaptasi dengan sinyal membingungkan dari telinga. \n \n \n\n Penanganan vertigo juga bisa dilakukan di rumah selama gejala masih belum parah. Pengobatan rumahan dilakukan dengan pijatan ringan di sekitar area kepala, minum teh jahe, konsumsi kacang almond, atau konsumsi campuran cuka apel dengan madu. Jangan lupa untuk memenuhi asupan cairan tubuh agar tubuh tidak dehidrasi. \n\n Pencegahan Vertigo \n\n Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah gejala-gejala vertigo muncul, yaitu: \n\n \n \n Menghindari gerakan secara tiba-tiba agar tidak terjatuh. \n \n \n Segera duduk jika vertigo menyerang. \n \n \n Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi. \n \n \n Gerakkan kepala secara perlahan-lahan. \n \n \n Hindari gerakan kepala mendongak, berjongkok, atau tubuh membungkuk. \n \n \n Bagi pengidap penyakit Meniere, batasi konsumsi garam dalam menu sehari-hari. \n \n \n\n Kapan Harus ke Dokter? \n\n Segera hubungi dokter jika mengalami gejala-gejala yang telah dipaparkan tadi. Download dan gunakan aplikasi Halo Hermina untuk memudahkan tanya jawab dengan dokter atau membuat janji jika harus berobat ke rumah sakit Hermina terdekat. Penanganan yang tepat dan cepat dapat meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 18 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Serangan Jantung di Usia Muda<\/a><\/h3>
Serangan Jantung bukan hanya penyakit yang rentan menimpa orangtua saja lho. Meski semakin menua risiko mengidap serangan jantung akan semakin tinggi, tetapi penyakit berbahaya yang satu ini juga umum dijumpai pada anak muda yang tidak mempraktikkan pola hidup sehat. Lantas, apa saja hal-hal yang menjadi penyebab serangan jantung di usia muda? \n\n Serangan Jantung di Usia Muda, Ini yang Jadi Penyebabnya \n\n Arteri koroner merupakan salah satu jenis pembuluh darah jantung yang memiliki peran penting. Dalam pembuluh ini, terdapat sirkulasi darah yang kaya akan oksigen ke semua organ dalam tubuh, salah satunya adalah jantung. Jika arteri koroner tersebut menyempit atau tersumbat, maka aliran darah menuju jantung akan berkurang, atau bahkan berhenti sama sekali. Jika sudah begitu, serangan jantung tidak dapat dihindari. Berikut ini sejumlah penyebab serangan jantung di usia muda: \n\n \n Mengidap Diabetes Tipe 2 \n \n\n Diabetes tipe 2 menjadi salah satu penyakit yang berperan penting dalam meningkatkan risiko serangan jantung pada anak muda. Penyebabnya sendiri tidak lain adalah karena pola makan yang salah, yang memicu tubuh memiliki berat badan berlebihan, dan muncul serangkaian gejala diabetes tipe 2. Selain karena pola makan yang berantakan, penyakit ini dipicu oleh gaya hidup yang kurang aktif dan malas bergerak. \n\n \n Memiliki Kebiasaan Merokok \n \n\n Merokok aktif menjadi berbagai pemicu masalah kesehatan pada tubuh, karena kandungan buruk di dalamnya. Bukan hanya dapat merusak organ sehat paru-paru saja, rokok juga dapat merusak kerja normal organ jantung. Merokok menjadi salah satu penyebab serangan jantung di usia muda, karena kandungan dua bahan kimia berbahaya dalam rokok yang mampu merusak jantung, yaitu nikotin dan karbon monoksida. \n\n \n Memiliki Kebiasaan Mengonsumsi Alkohol \n \n\n Mengonsumsi alkohol secara berlebihan menjadi salah satu penyebab serangan jantung di usia muda, karena dapat memicu proses penuaan pembuluh darah arteri dengan lebih cepat. Jika sudah begitu, pembuluh darah tidak lagi elastis, sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah menuju organ jantung. \n\n Jika anda memiliki kebiasaan malas bergerak, coba untuk mengubahnya sedikit demi sedikit. Bergerak aktif bukan hanya baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh saja, tetapi juga dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh yang menjadi salah satu penyebab serangan jantung di usia muda. \n\n \n Mengidap Tekanan Darah Tinggi \n \n\n Tekanan darah tinggi bukan hanya dapat dialami oleh seseorang yang lanjut usia saja, tetapi juga bisa dialami oleh anak muda. Penyebabnya sendiri adalah perubahan hormon selama masa pubertas yang menyebabkan peningkatan sementara pada tekanan darah, ditambah gaya hidup tidak sehat yang dijalani. Jika sudah begitu, tekanan darah tinggi akan berisiko memicu munculnya berbagai macam penyakit kardiovaskular. Konsultasikan dengan dokter bila anda mengalami gangguan kesehatan jantung. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 12 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
OCD ( Obsessive-Compulsive Disorder )<\/a><\/h3>
Pengertian OCD \n\n Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah sejenis gangguan mental. Orang dengan OCD memiliki pikiran dan dorongan yang tidak dapat dikendalikan dan berulang (obsesi), serta perilaku (paksaan) kompulsif. Contoh perilaku kompulsif adalah mencuci tangan 7 kali setelah menyentuh sesuatu yang mungkin kotor. Pikiran dan tindakan tersebut berada di luar kendali pengidap. Meski pengidap mungkin tidak ingin memikirkan atau melakukan hal tersebut, tetapi ia tidak berdaya untuk menghentikannya. Dengan kata lain, OCD dapat memengaruhi secara signifikan kehidupan pengidapnya. \n\n Faktor Risiko OCD \n\n Faktor risiko OCD meliputi faktor keturunan, struktur otak dan fungsinya (masih belum jelas), serta lingkungan hidup. Namun, hal yang paling mempengaruhi adalah lingkungan hidup yang tidak mendukung perkembangan psikis pengidap sewaktu kecil, yaitu ketika anak sering direndahkan atau diejek karena ketidaksempurnaannya. Hal tersebut dapat menimbulkan perasaan timbal balik ingin melakukan hal yang sempurna. \n\n Penyebab OCD \n\n OCD adalah gangguan umum yang menyerang orang dewasa, remaja, dan anak-anak di seluruh dunia. Kebanyakan orang didiagnosis pada usia 19 tahun, biasanya dalam usia dini pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyebab OCD belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor di atas berpengaruh terhadap terjadinya gangguan ini. \n\n Gejala OCD \n\n Orang dengan OCD memiliki gejala obsesi, kompulsi, atau keduanya. Gejala-gejala ini dapat mengganggu semua aspek kehidupan, seperti pekerjaan, sekolah, dan hubungan pribadi. Obsesi adalah pikiran yang berulang, dorongan, atau gambaran mental yang menyebabkan kecemasan. \n\n Sementara itu, kompulsi adalah perilaku berulang seseorang dengan OCD merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif. Kompulsi umum termasuk pembersihan berlebihan dan/atau mencuci tangan, memesan, dan mengatur sesuatu dengan cara yang khusus dan tepat. Pengidap juga bisa berulang kali memeriksa berbagai macam hal, seperti pemeriksaan berulang kali untuk melihat apakah pintu terkunci atau oven mati. \n\n Gejala bisa datang dan pergi, mereda seiring waktu, atau memburuk. Orang dengan OCD dapat mencegah gejala muncul dengan menghindari situasi yang bisa memicu obsesi mereka, atau mungkin menggunakan alkohol atau obat-obatan untuk menenangkan diri. Meskipun sebagian besar orang dewasa dengan OCD menyadari apa yang mereka lakukan tidak masuk akal, tetapi beberapa orang dewasa dan sebagian besar anak mungkin tidak menyadari bahwa perilaku mereka di luar kebiasaan. Orangtua atau guru biasanya mengenali gejala OCD pada anak-anak. \n\n Diagnosis OCD \n\n Langkah-langkah untuk membantu mendiagnosis OCD termasuk dalam pemeriksaan fisik. Hal ini dapat dilakukan untuk membantu menyingkirkan masalah lain yang dapat menyebabkan gejala dan untuk memeriksa komplikasi terkait. Selanjutnya, dilakukan tes laboratorium termasuk hitung darah lengkap (CBC), pemeriksaan fungsi tiroid, dan skrining untuk alkohol dan obat-obatan. Evaluasi psikologis, termasuk membahas pikiran, perasaan, gejala, dan pola perilaku. Kriteria diagnostik untuk OCD ada pada Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. \n\n Pengobatan OCD \n\n Sayangnya, OCD tidak bisa disembuhkan. Namun, pengidap bisa meredakan gejala yang mengganggu aktivitas mereka dengan menjalani beberapa perawatan. Pengobatan OCD terdiri dari obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya. Meskipun sebagian besar pengidap OCD membaik setelah mendapatkan pengobatan, tetapi beberapa pengidap lainnya terus mengalami gejala. \n\n Kadang-kadang orang dengan OCD juga ditemukan memiliki gangguan mental lainnya, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh (gangguan saat seseorang memiliki anggapan keliru bahwa bagian dari tubuh mereka tidak normal). Penting untuk mempertimbangkan gangguan lain ini ketika menentukan pilihan perawatan. \n\n SRI dan SSRIs adalah dua jenis obat yang digunakan untuk membantu mengurangi gejala OCD. Selain itu, beberapa obat lain yang juga terbukti efektif mengatasi OCD pada orang dewasa dan anak-anak adalah obat antidepresan trisiklik, yang merupakan anggota dari kelas yang lebih tua dari "tricyclic" antidepresan, dan beberapa obat SSRI yang lebih baru. Jika gejala tidak membaik dengan jenis obat ini, penelitian menunjukkan beberapa pasien dapat merespons dengan baik terhadap obat antipsikotik. \n\n Selain obat-obatan, psikoterapi juga efektif untuk mengatasi OCD pada orang dewasa dan anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi terkait lainnya (misalnya, pelatihan pembalikan kebiasaan) dapat sama efektifnya dengan obat bagi banyak individu. Penelitian juga menunjukkan bahwa tipe CBT yang disebut Exposure and Response Prevention (EX/RP) efektif dalam mengurangi perilaku kompulsif dalam OCD, bahkan pada orang yang tidak merespons dengan baik terhadap obat SRI. Bagi banyak pengidap, EX/RP adalah pilihan pengobatan tambahan ketika obat SRI atau SSRI tidak efektif mengatasi gejala OCD. \n\n Waspada gejala OCD, bila anda mengalami gejala-gejala tersebut diatas jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan ke psikiater atau dokter spesialis kedokteran jiwa agar mendapatkan terapi yang tepat. \n\n Credit to Halodoc. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 29 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Gadget Bagi Mata<\/a><\/h3>
Pada era digital ini, semua orang umumnya akan terpaku pada gadget yang dimiliki. Kebiasaan tersebut justru dapat menyebabkan penyakit mata. Semua orang, termasuk anak-anak sudah menggunakan gadget setiap harinya dan mata akan terpaku pada layar gadget tersebut. Ternyata, terkena dampak dari cahaya biru yang dipancarkan oleh layar gadget tersebut dapat menyebabkan efek buruk pada kesehatan mata. \n\n Sekarang ini, tidak sedikit orang yang mengalami ketergantungan pada teknologi digital. Kecanduan pada teknologi digital ini menjadi masalah tersendiri. Padahal, perangkat digital menghasilkan cahaya berenergi tinggi dengan bentuk sinar biru yang dapat dengan mudah masuk ke mata semua orang, termasuk juga anak-anak. \n\n Cahaya biru adalah cahaya gelombang pendek yang berbahaya, karena merupakan panjang gelombang energi tertinggi dari cahaya yang tampak. Hal tersebut dapat ditemukan di berbagai tempat, bahkan matahari juga memancarkan cahaya biru, sehingga langit dan lautan menjadi berwarna biru. Walau begitu, cahaya biru tersebut juga ditemukan pada barang elektronik buatan manusia, seperti gadget, TV, lampu neon, dan LED. \n\n Cahaya biru yang dipancarkan oleh gadget hanya sebagian kecil dari apa yang dipancarkan oleh matahari. Walau begitu, seseorang yang banyak menghabiskan waktu menatap gadget akan lebih lama terpapar cahaya tersebut. Selain itu, kedekatan layar dengan mata juga merupakan penyebab meningkatnya keprihatinan dokter mata terhadap kesehatan mata orang banyak. \n\n Beberapa penyakit mata yang dapat terjadi pada seseorang yang kerap menatap gadget terlalu lama, adalah: \n\n \n Penyakit Mata Digital \n \n\n Penyakit mata digital atau computer vision syndrome merupakan salah satu kondisi yang sering dihubungkan dengan seseorang yang ketergantungan pada gadget. Penyakit tersebut terjadi ketika merasakan ketidaknyamanan visual setelah menonton TV atau menggunakan gadget dalam waktu yang lama. Kamu mungkin akan merasakan sakit, berat, dan lelah, serta dibarengi dengan sakit kepala, mual, dan mata kering. \n\n \n Miopia \n \n\n Penyakit mata lainnya yang dapat terjadi pada seseorang yang menatap terlalu lama pada layar gadget adalah miopia. Disebutkan bahwa seorang anak yang menghabiskan waktu tanpa menggunakan gadget, risiko untuk mengidap miopia akan lebih kecil dibanding yang kerap menatap gadget. Jika seseorang sudah terbiasa menggunakan gadget, risiko untuk mengidap miopia pun akan semakin besar. \n\n Bahaya Cahaya Biru pada Anak-Anak \n\n Cahaya biru yang keluar dari gadget dapat sangat membahayakan anak-anak. Hal tersebut dikarenakan ketergantungan gadget pada semua hal, bukan hanya untuk bermain, tetapi juga untuk mengerjakan tugas sekolah dan kegiatan lainnya yang menunjang pendidikan. \n\n Mata anak-anak yang sedang berkembang membuat paparan cahaya biru tersebut menjadi lebih berbahaya. Hal tersebut karena pigmen pelindung yang ada belum berkembang sepenuhnya, sehingga tidak dapat menyaring cahaya yang masuk. \n\n Cara Pencegahan Penyakit Mata Akibat Gadget \n\n Pancaran cahaya biru dari gadget dapat berbahaya, sehingga menyebabkan penyakit mata. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah dengan mengurangi jumlah waktu menatap layar, guna mengurangi paparan cahaya tersebut. Selain itu, disebutkan juga bahwa paparan sebelum tidur di malam hari dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk tidur nyenyak. \n\n Cara lainnya adalah menggunakan lensa yang dapat menyaring cahaya biru yang masuk. Cobalah untuk bertanya pada dokter mata tentang cara untuk melindungi mata anak ibu dari cahaya biru yang keluar dari gadget. Pencegahan dini sangat berguna agar mata tidak cepat rusak. \n\n Itulah beberapa penyakit mata yang dapat terjadi pada seseorang yang kerap menatap layar gadget. Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal penyakit mata karena gadget, anda bisa konsultasikan dengan dokter spesialis mata kami di RS Hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 31 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
DIABETES<\/a><\/h3>
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. \n\n Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. \n\n Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi. \n\n Jenis-Jenis Diabetes \n\n Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. \n\n Diabates tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini. \n\n Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan. \n\n Gejala Diabetes \n\n Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi: \n\n \n Sering merasa haus. \n Sering buang air kecil, terutama di malam hari. \n Sering merasa sangat lapar. \n Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas. \n Berkurangnya massa otot. \n Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi. \n Lemas. \n Pandangan kabur. \n Luka yang sulit sembuh. \n Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih. \n \n\n Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain: \n\n \n Mulut kering. \n Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki. \n Gatal-gatal. \n Disfungsi ereksi atau impotensi. \n Mudah tersinggung. \n Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemi yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan. \n Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, ( akantrosis nigricans ) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin. \n \n\n Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik. \n\n Faktor risiko diabetes \n\n Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor - faktor risiko, seperti: \n\n \n Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1. \n Menderita infeksi virus. \n Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain. \n Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator). \n Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun. \n \n\n Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti: \n\n \n Kelebihan berat badan. \n Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2. \n Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2. \n Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia. \n Menderita tekanan darah tinggi ( hipertensi ). \n Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2. \n \n\n Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome (PCOS) lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. \n\n Diagnosis Diabetes \n\n Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah: \n\n \n Orang yang berusia di atas 45 tahun. \n Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil. \n Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25. \n Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes. \n \n\n Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain: \n\n Tes gula darah sewaktu \n\n Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes. \n\n Tes gula darah puasa \n\n Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes. \n\n Tes toleransi glukosa \n\n Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes. \n\n Tes HbA1C (glycated haemoglobin test) \n\n Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes. Selain tes HbA1C, pemeriksaan estimasi glukosa rata-rata ( eAG ) juga bisa dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah dengan lebih akurat. \n\n Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas. \n\n Pengobatan Diabetes \n\n Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pilihan makanan untuk penderita diabetes juga sebaiknya benar-benar diperhatikan. \n\n Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis yang lebih aman untuk penderita diabetes, sorbitol. Pasien diabetes dan keluarganya dapat melakukan konsultasi gizi dan pola makan dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari. \n\n Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai. \n\n Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya. \n\n Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin. \n\n Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan. \n\n Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. \n\n Komplikasi Diabetes \n\n Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah: \n\n \n Penyakit Jantung \n Stroke \n Gagal ginjal kronis \n Neuropati diabetik \n Gangguan penglihatan \n Katarak \n Depresi \n Demensia \n Gangguan pendengaran \n Frozen Shoulder \n Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh \n Kerusakan kulit atau gangrene akibat infeksi bakteri dan jamur, termasuk bakteri pemakan daging. \n \n\n Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsi. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah: \n\n \n Kelebihan berat badan saat lahir. \n Kelahiran premature. \n Gula darah rendah (hipoglikemia). \n Keguguran. \n Penyakit kuning. \n Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa. \n \n\n Pencegahan Diabetes \n\n Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah: \n\n \n Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat \n Menjaga Berat Badan Ideal \n Rutin berolahraga \n Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun \n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 26 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menghadapi Anak Susah Makan<\/a><\/h3>
Bagi anak-anak, makan termasuk dalam proses belajar dan eksplorasi. Untuk menambah selera makan pada anak yang susah makan, ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan, di antaranya: \n\n \n Adakan acara makan keluarga secara rutin dan biarkan Si Kecil melihat orang sekitarnya mengonsumsi beragam jenis makanan sehat. \n Buatlah jadwal makan yang tetap, yaitu 3 kali waktu makan utama dan 2 kali makan camilan setiap hari, serta batasi waktu sekitar 30 menit untuk setiap waktu makan. \n Biarkan Si Kecil makan sendiri dan berikan makanan yang mudah dipegang dan dimasukkan ke dalam mulutnya. \n Berikan dalam porsi kecil terlebih dahulu dan puji Si Kecil ketika berhasil menghabiskannya. \n Gunakan perlengkapan makan dengan gambar dan warna menarik atau yang ia sukai. \n Undang anak-anak lain untuk makan bersama. \n Jauhkan televisi, permainan, binatang peliharaan, dan hal-hal yang dapat mengalihkan perhatiannya saat makan. \n Libatkan Si Kecil saat mengolah makanan, mulai dari membeli, membersihkan, memasak, hingga menyajikannya di meja makan. Hal ini mungkin bisa membuatnya lebih berselera makan dan penasaran dengan makanan yang ia buat. \n \n\n Untuk memastikan kecukupan gizi Si Kecil, Bunda dapat membuat catatan berisi makanan dan minuman yang dikonsumsinya selama seminggu dan pastikan ia mendapatkan makanan bergizi seimbang. \n\n Jangan lupa juga untuk rutin menimbang berat badannya untuk memastikan bahwa asupan nutrisinya terpenuhi. Jika berat badannya seimbang atau sesuai dengan usianya, ini artinya asupan gizinya masih tercukupi. \n\n Anak susah makan bisa menjadi perkara yang tidak mudah ditangani. Sebagai orang tua, Bunda perlu lebih bersabar dan kreatif untuk mengubah kebiasaan Si Kecil yang susah makan. \n\n Menghadapi anak susah makan memang bukan perkara mudah. Bila Bunda sudah mencoba berbagai upaya di atas tetapi Si Kecil masih saja susah makan, atau jika ia mengalami kekurangan nutrisi hingga membuat berat badannya susah naik, sebaiknya konsultasikan hal ini dengan dokter. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 26 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 17 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>