- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 13 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Waspada ! Anak Pilek Berkepanjangan Bisa Jadi Terkena Sinusitis<\/a><\/h3>
Sinusitis adalah kondisi umum yang dapat mempengaruhi siapapun, termasuk anak-anak. Ini adalah kondisi di mana saluran-saluran sinus di wajah menjadi meradang atau bengkak, seringkali disertai dengan infeksi. Meskipun sinusitis pada anak-anak umumnya tidak mengancam jiwa, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam menjalani aktivitas pada anak. \n\n Penyebab Sinusitis pada Anak-Anak: \n\n \n \n Infeksi Virus. \n Sebagian besar kasus sinusitis pada anak-anak disebabkan oleh infeksi virus, terutama setelah pilek atau flu. \n \n \n Alergi. \n Alergi seperti rinitis alergi dapat memicu peradangan pada saluran hidung dan sinus, meningkatkan risiko sinusitis. \n \n \n Infeksi Bakteri. \n Meskipun lebih jarang terjadi daripada infeksi virus, bakteri juga dapat menyebabkan sinusitis pada anak-anak. Infeksi bakteri mungkin terjadi setelah infeksi virus yang tidak membaik. \n \n \n Kelainan Struktural. \n Anak-anak dengan kelainan struktural pada hidung atau saluran sinus mereka mungkin lebih rentan terhadap sinusitis. \n \n \n\n Gejala Sinusitis pada Anak-Anak: \nGejala sinusitis pada anak-anak dapat bervariasi, tetapi beberapa gejala umum yang perlu diperhatikan meliputi: \n\n \n Hidung Tersumbat: Anak-anak mungkin mengalami kesulitan bernapas melalui hidung karena saluran hidung mereka tersumbat. \n Pilek yang Berkepanjangan: Pilek yang berlangsung lebih dari seminggu tanpa membaik bisa menjadi tanda sinusitis. \n Nyeri atau Tekanan pada Wajah: Anak-anak mungkin mengeluhkan nyeri atau tekanan di area wajah, terutama di sekitar hidung dan mata. \n Batuk, Terutama Pada Malam Hari: Batuk bisa menjadi gejala sinusitis, terutama jika terjadi terutama di malam hari. \n Sekret Hidung Berwarna Kuning atau Hijau: Sekret hidung yang berwarna kuning atau hijau dapat menandakan infeksi bakteri. \n Demam: Demam bisa terjadi, terutama jika sinusitis disebabkan oleh infeksi bakteri. \n \n\n Pengelolaan Sinusitis pada Anak-Anak: \n\n \n \n Pengobatan Simtomatik. \n Untuk mengurangi gejala seperti hidung tersumbat dan nyeri, penggunaan semprotan hidung saline bisa membantu. Selain itu, analgesik seperti parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan demam. \n \n \n Penggunaan Kompres Hangat. \n Kompres hangat di area wajah dapat membantu mengurangi rasa tidak nyaman akibat sinusitis. \n \n \n Istirahat dan Hidrasi. \n Pastikan anak-anak cukup istirahat dan minum banyak cairan untuk membantu tubuh mereka pulih dari infeksi. \n \n \n Antibiotik. \n Jika sinusitis disebabkan oleh infeksi bakteri yang terbukti, dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk membantu memerangi infeksi. \n \n \n Penanganan Alergi. \n Jika alergi diketahui menjadi pemicu sinusitis, penanganan alergi yang tepat seperti penggunaan antihistamin atau imunoterapi bisa membantu mengurangi risiko serangan sinusitis. \n \n \n Konsultasi dengan Dokter. \n Jika gejala sinusitis pada anak-anak tidak membaik setelah beberapa hari atau jika gejalanya memburuk, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan manajemen yang tepat. \n \n \n\n Sinusitis pada anak-anak bisa menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi mereka dan orang tua mereka. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan sinusitis, banyak kasus dapat diatasi dengan efektif. Penting bagi orang tua untuk memperhatikan gejala yang mungkin muncul pada anak-anak mereka dan untuk mencari bantuan medis jika diperlukan. Di RS Hermina Purwokerto Sahabat Hermina bisa konsultasi terkait gejala di atas dengan spesialis THT. \n\n Akses pendaftaran bisa melalui 4 cara berikut ini: \n1. Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n2. Hubungi Call Center 1500488 \n3. Melalui website -> www.herminahospitals.com \n4. Melalui aplikasi Halodoc \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 25 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Gendang Telinga Pecah, Apa Penyebabnya?<\/a><\/h3>
Gendang telinga pecah adalah kondisi saat membran timpani (gendang telinga) terdapat robekan atau lubang. Membran timpani atau gendang telinga yaitu lapisan di daerah bagian tengah saluran telinga yang berfungsi untuk menyalurkan gelombang suara dari telinga luar. Kemudian gelombang suara ini diterima oleh membran timpani dalam bentuk getaran lalu diteruskan ke telinga tengah dan telinga dalam. \n\n Getaran tersebut diubah menjadi sinyal di telinga bagian dalam. Kemudian sinyak tersebut akan dikirim ke otak lalu diterjemahkan sebagai suara. Sehingga, pendengaran bisa terganggu bila membran timpani rusak atau pecah. \n\n Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gendang telinga pecah, antara lain: \n\n 1. Infeksi \n\n Infeksi telinga merupakan penyebab umum yang sering ditemukan pada gendang telinga pecah, seperti otitis media kerap menjadi penyebab dari gendang telinga pecah. Infeksi telinga bisa menyebabkan penumpukan cairan di telinga bagian tengah. Kemudian penumpukan cairan tersebut menimbulkan tekanan sehingga dapat merobek gendang telinga. \n\n 2. Cedera \n\n Mengalami cedera pada telinga atau cedera di sisi kepala juga bisa menjadi penyebab pecahnya gendang telinga. Tidak hanya itu saja, cedera langsung juga bisa terjadi akibat adanya benda yang masuk ke dalam daerah telinga, seperti cutton bud ataupun alat korek telinga lainnya juga bisa mengakibatkan gendang telinga pecah. \n\n 3. Suara yang keras \n\n Acoustic trauma salah satu kondisi ketika mendengar suara yang sangat keras seperti suara tembakan atau suara ledakan yang berpotensi mengakibatkan pencahnya gendang telinga. Walaupun demikian kondisi ini jarang tejadi, namun patut untuk diwaspadai. \n\n 4. Tekanan \n\n Barotrauma yaitu kondisi ketika adanya perbedaan yang drastis antara telinga luar dan telinga tengah. Kondisi ini dapat terjadi ketika naik pesawat, berkendara ke dataran tinggi, menyelam ataupun mendaki gunung yang bisa mengakibatkan robeknya gendang telinga. \n\n Meskipun gendang telinga pecah bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun terdapat beberapa kasus yang membutuhkan penanganan medis lebih lanjut seperti penambalan atau operasi telinga. \n\n Pengobatan Gendang Telinga Pecah \n\n Umumnya, gendang telinga yang pecah akan sembuh dengan sendirinya dalam 6–8 minggu. Namun, jika terdapat tanda infeksi atau gendang telinga yang pecah tidak kunjung sembuh dengan sendirinya, maka diperlukan penanganan medis. \n\n Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani gendang telinga pecah adalah: \n\n Penanganan medis \n\n Penanganan medis pada gendang telinga bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit serta mengatasi atau mencegah terjadinya infeksi. Tindakan medis yang dilakukan dokter antara lain: \n\n \n Pemberian obat-obatan \n Dokter akan memberikan antibiotik dalam bentuk obat tetes atau obat minum untuk mencegah atau mengobati infeksi telinga. Dokter juga akan memberikan obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau paracetamol, jika nyeri akibat gendang telinga pecah tidak kunjung reda. \n \n\n \n Penambalan robekan atau lubang \n Jika robekan atau lubang pada gendang telinga tidak dapat pulih dengan sendirinya, dokter akan mengoleskan bahan kimia pada tepi robekan dan memasang kertas khusus sebagai tambalan. Penambalan ini akan merangsang proses penyembuhan gendang telinga sampai tertutup sepenuhnya. \n \n\n \n Pembedahan atau operasi \n Jika penambalan robekan atau lubang pada gendang telinga tidak berhasil, dokter akan melakukan operasi gendang telinga atau timpanoplasti. Operasi ini dilakukan dengan cara mencangkok jaringan lain ke gendang telinga yang pecah. \n \n\n Perawatan mandiri di rumah \n\n Untuk membantu proses pemulihan gendang telinga yang pecah, pasien juga dapat melakukan perawatan sendiri di rumah. Perawatan yang dapat dilakukan antara lain: \n\n \n Menjaga telinga agar tetap kering dengan menggunakan penutup telinga atau alat khusus untuk menghindari masuknya air ketika mandi \n Menghindari aktivitas yang berisiko, seperti berenang, bepergian ke dataran tinggi, dan melakukan olahraga yang berat \n Tidak menahan napas di hidung saat bersin karena dapat meningkatkan tekanan pada telinga dan memperburuk kondisi \n Menahan keinginan untuk membersihkan telinga untuk sementara waktu hingga gendang telinga yang pecah pulih kembali \n Mengompres telinga dengan handuk kering yang hangat \n \n\n Jika kondisi tidak kunjung membaik segera periksakan ke dokter spesialis THT RSU Hermina Medan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 20 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Polip pada Anak, haruskah Operasi ?<\/a><\/h3>
Polip hidung merupakan massa jinak bertangkai yang berasal dari selaput lendir hidung ataupun selaput lendir rongga sinus dan dapat menyebabkan sumbatan hidung kronis. Kondisi ini sering ditemukan baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Massa jinak ini dapat tumbuh di kedua lubang hidung ataupun hanya di salah satu lubang hidung dengan gambaran berupa massa yang translusen, kenyal, dan tampak menonjol berbentuk seperti anggur. Warnanya beragam, dapat berwarna pink keabuan hingga kekuningan. \n\n Penyebab tumbuhnya polip hidung pada anak belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini berkaitan erat dengan inflamasi kronis pada jalan nafas terutama di rongga hidung. Munculnya polip hidung pada anak biasanya dibarengi dengan penyakit penyerta seperti rinosinusitis kronis, asma, rinitis alergi, atau kelainan genetik seperti fibrosis kistik, yaitu kondisi di mana lendir di hidung anak lebih kental dan lengket dibanding orang lainnya sehingga menyebabkan infeksi kronis serta kesulitan bernapas, biasanya kondisi ini didiagnosis saat anak berusia 2 tahun. \n\n Pada awalnya seringkali orang tua tidak menyadari bahwa anaknya memiliki polip hidung. Namun, seiring berjalannya waktu polip hidung dapat bertambah besar dan menyebabkan gejala yang akhirnya disadari oleh orang tua. \n\n Bagaimana para orang tua dapat mengetahui jika anaknya memiliki polip hidung? Secara umum, gejala klinis polip hidung bergantung pada ukuran dan lokasinya. Beberapa gejala polip hidung yang umumnya ditemukan pada anak-anak berupa hidung sering tersumbat yang dapat menyebabkan perubahan suara anak menjadi sengau dan membuat anak bernapas melalui mulut. Selain itu, anak-anak juga sering mengalami hidung meler, berkurangnya indra penciuman, dan memiliki kebiasaan mendengkur saat tidur. Mendengkur saat tidur menjadi salah satu gejala khas dari polip hidung karena saat kita tidur, aliran udara yang masuk melalui hidung terhalang oleh polip, akibatnya timbul dengkuran. Tanda khas lainnya terdapat gejala postnasal drip, yaitu adanya lendir di rongga mulut yang ditandai dengan kebiasaan anak mendehem untuk menghilangkan lendir di tenggorokannya, disertai tenggorokan terasa sakit atau gatal. Gejala lain yang juga sering dilaporkan adalah nyeri kepala dan nyeri di sekitar wajah. \n\n Untuk memastikan apakah anak memiliki polip hidung atau tidak, sebaiknya anak-anak diperiksakan ke dokter apabila memiliki gejala-gejala yang berkaitan dengan polip hidung. Dokter akan melakukan pemeriksaan rongga hidung untuk memastikan adanya polip atau tidak. Pemeriksaan tambahan juga mungkin dilakukan dengan alat endoskopi apabila diperlukan, yaitu fiber optik fleksibel berdiameter kecil yang dimasukan melalui lubang hidung untuk menelusuri rongga hidung dan melihat kelainan yang ada, alat tersebut disambungkan pada layar komputer sehingga dokter dapat melakukan evaluasi. \n\n Setelah diketahui bahwa anak memiliki polip hidung, maka bagaimana langkah selanjutnya, apakah polip pada anak harus dilakukan pengangkatan? Berdasarkan literatur, tidak semua polip hidung anak harus dilakukan tindakan pembedahan. Pada kasus ringan, anak akan disarankan untuk melakukan pengobatan dengan anti radang yang bisa dibarengi dengan antibiotik apabila dicurigai terdapat infeksi bakteri, bisa juga diberikan obat anti radang yang disemprotkan melalui hidung dan anti alergi. Akan tetapi, ketika ukuran polip anak sudah sangat besar atau gejala polip tidak kunjung membaik setelah pengobatan dosis maksimal, maka dokter dapat mempertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi pengangkatan polip. Artinya, tindakan pengangkatan polip hidung tidak selalu dilakukan pada anak-anak, bergantung pada gejala dan dan evaluasi dokter. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila anak anda memiliki polip hidung. \n\n Dibuat oleh : dr. Huriyah Hafizhotul Ummah \n\n Ditinjau oleh : dr. Deasy Zackiah Madani, Sp.THT-KL \n\n \n\n Sumber: \n\n 1. Di Cicco ME, Bizzoco F, Morelli E, Seccia V, Ragazzo V, Peroni DG, et al. Nasal Polyps in Children: The Early Origins of a Challenging Adulthood Condition. Children [Internet]. 2021;8:997. Available from: http://dx.doi.org/10.3390/children8110997 \n\n 2. Ta NH. Will we ever cure nasal polyps?. The Annals of The Royal College of Surgeons of England. 2019 Jan;101(1):35-9. \n\n 3. Bailey Aubrey, John Carew. Nasal Polyps in Children: [Internet]. Verywellhealth nose & eye allergies. 2021 November. Available from https://www.verywellhealth.com/nasal-polyps-in-children-5206534 \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciledug<\/a><\/li>
- 11 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kapan harus periksa ke Dokter Spesialis THT ?<\/a><\/h3>
\n\n Kapan Waktu Yang Tepat Datang ke poli THT ? \n\n a. Gangguan Telinga: berkurang pendengaran, nyeri dan keluar cairan, benda asing, trauma telinga DLL \n\n b. Gangguan Hidung: mimisan, pilek berulang, bersin pada waktu/saat tertentu berulang, hidung tersumbat DLL \n\n c. Gangguan Tenggorok: rasa tenggorokan mengganjal/nyeri berulang, gangguan suara, lendir mengalir ke tenggorok berulang DLL \n\n d. Gangguan tidur: mengorok, tidur sering tersedak, sering mengantuk/kurang konsentrasi saat aktifitas \n\n \n\n Pelayanan THT : \n\n a. Melakukan pemeriksaan organ telinga, hidung dan tenggorok dengan sistematis dengan metode terkini yaitu endoskopi \n\n b. Melakukan Operasi bagian Telinga, Hitung dan Tenggorok \n\n c. Melakukan deteksi dini pendengaran bayi baru lahir \n\n \n\n Jika mengalami keluhan, bisa langsung konsultasikan ke dokter spesialis THT di RS Hermina Ciledug \n\n Untuk cek jadwal dan pendaftaran bisa melalui : \n\n 1. Mobile Apps Halo Hermina \n\n 2. Call Center 1500-488 \n\n 3. Website : www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Amandel<\/a><\/h3>
Apa itu amandel (tonsilitis)? \n\n Tonsilitis atau sering disebut radang amandel adalah pembengkakan dan peradangan pada amandel, yang biasanya disebabkan oleh infeksi. \n\n Seberapa umumkah amandel? \n\n Kondisi ini umum terjadi pada jutaan individu setiap tahunnya. Radang amandel dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun, namun paling banyak ditemui pada anak-anak kecil hingga remaja. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut. \n\n Apa saja tanda-tanda dan gejala amandel (tonsilitis)? \n\n Gejala umum dari tonsilitis adalah: \n\n \n Radang tenggorokan \n Kesulitan atau sakit saat menelan \n Suara yang serak \n Batuk \n Napas bau \n Amandel yang tampak berwarna merah dan bengkak \n Amandel yang memiliki bercak putih atau kuning \n Tidur mengorok \n \n\n Apa penyebab amandel (tonsilitis)? \n\n Infeksi bakteri seperti streptococcus adalah salah satu penyebab utama radang amandel. Infeksi virus seperti Epstein-Barr, herpes, influenza, dan enterovirus juga merupakan penyebab paling umum dari tonsilitis. \n\n Apa yang meningkatkan risiko saya untuk amandel (tonsilitis)? \n\n Faktor-faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap radang amandel meliputi: \n\n \n Usia yang muda: tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri paling umum terjadi pada anak-anak berusia 5-15 tahun. \n Paparan terhadap kuman: anak-anak usia sekolah sering memiliki kontak yang dekat dengan teman-teman, mengekspos mereka dengan berbagai virus dan bakteri. \n \n\n Bagaimana cara mengobati amandel (tonsilitis)? \n\n \n Antibiotik: Diberikan apabila infeksi bakteri merupakan penyebab tonsilitis. Gejala akan membaik dalam beberapa hari penggunaan antibiotik. \n \n\n \n\n \n Operasi: Operasi amandel dilakukan untuk mengangkat amandel yang terinfeksi apabila kondisi Anda kronis, berulang, dan tidak merespon terhadap perawatan serta menyebabkan komplikasi. \n \n\n Apakah operasi amandel menyebabkan penurunan daya tahan tubuh? \n\n Tidak, sebaliknya, pengangkatan amandel yang sudah terinfeksi membuat anak menjadi jarang terkena radang tenggorok \n\n Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi amandel (tonsilitis)? \n\n Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi radang amandel: \n\n \n Minum banyak cairan \n Istirahat yang cukup \n Menjaga pola makan bersih dan sehat \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 24 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
epistaksis/mimisan<\/a><\/h3>
Apa itu epistaksis/mimisan? \n\n Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik. Hampir 90% dapat berhenti sendiri. Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan. . Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif. \n\n \n\n Apakah berbahaya? \n\n Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang sangat menjengkelkan dan mengganggu. Ia dapat pula mengancam nyawa. Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal kanak-kanak sampai pubertas. Pada kelompok usia tersebut Hampir 90% biasanya tidak serius. Epistaksis berat atau yang mengancam jiwa tampaknya meningkat dengan bertambahnya usia. \n\n Epistaksis adalah masalah klinis yang berbahaya, terutama bila berasal dari posterior (belakang). Sembilan puluh persen epistaksis berasal spontan dari pleksus pembuluh darah superfisialis didalam septum anterior inferior (pembuluh darah di dinding depan sekat hidung), dan lebih mudah ditangani . Sedangkan 10% adalah epistaksis posterior (belakang)., yaitu perdarahan yang berasal dari pembuluh darah di dalam dinding samping hidung bagian belakang dekat nasofaring dan disertai dengan mortalitas 4% sampai 5%. \n\n \n\n Penyebab epistaksis? \n\n Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. \n\n 1. penyebab lokal : \n\n - Idopatik (tidak diketahui penyebabnya) mencapai 85% kasus, biasanya merupakan epistaksis ringan dan berulang pada anak dan remaja. \n\n - Trauma ; epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengorek hidung, bersin, mengeluarkan ingus dengan kuat, atau sebagai akibat trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh, kecelakaan lalu lintas. \n\n - Iritasi ;epistaksis juga timbul akibat iritasi gas yang merangsang, zat kimia, udara panas pada mukosa hidung. \n\n - Pengaruh lingkungan, misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya sangat kering. \n\n - Benda asing, dapat menyebabkan epistaksis ringan unilateral (satu sisi ) disertai ingus yang berbau busuk. \n\n - Infeksi, misalnya pada rhinitis, sinusitis akut maupun kronis serta vestibulitis. \n\n - Tumor, baik jinak maupun ganas yang terjadi di hidung, sinus paranasal maupun nasofaring. \n\n - Iatrogenic, akibat pembedahan atau pemakaian semprot hidung steroid jangka lama. \n\n \n\n 2. penyebab sistemik : \n\n - Penyakit kardiovaskular, misalnya hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti yang dijumpai pada arteriosclerosis, nefritis kronis, sirosis hepatic dan sifilis. Epistaksis juga dapat terjadi akibat peninggian tekanan vena seperti pada emfisema, bronchitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung. Epistaksis juga dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat anti koagulan (aspirin, walfarin, dll). \n\n - Infeksi, biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili, demam tifoid. \n\n - Kelainan endokrin misalnya pada kehamilan, menarche, menopause. \n\n - Kelainan kongenital, biasanya yang sering menimbulkan epistaksis adalah hereditary haemorrhagic teleangiectasis atau penyakit Osler-Weber-Rendu. \n\n \n\n Bagaimana epistaksis bisa terjadi? \n\n Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan posterior. Pada epistaksis anterior,(depan) perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang paling sering terjadi dan biasanya pada anak-anak) yang merupakan anastomosis (pertemuan) cabang arteri ethmoidakis anterior, arteri sfeno-palatina, arteri palatine ascendens dan arteri labialis superior. \n\n Pada epistaksis posterior (belakang) , perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis posterior (belakang) sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan. \n\n \n\n Penanganan? (IGD) \n\n Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. Kalau ada syok, perbaiki dulu keadaan umum pasien \n\n Pertama-tama keadaan umum dan tanda vital harus diperiksa. Anamnesis singkat sambil mempersiapkan alat, kemudian yang lengkap setelah perdarahan berhenti untuk membantu menentukan sebab perdarahan. \n\n Penanganan epistaksis yang tepat akan bergantung pada suatu anamnesis yang cermat. Hal-hal penting adalah sebagai berikut : \n\n \n riwayat perdarahan sebelumnya \n lokasi perdarahan \n apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan (ke posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak \n lama perdarahan dan frekuensinya \n kecenderungan perdarahan \n riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga \n hipertensi \n penyakit hati \n gangguan anti koagulan \n trauma hidung yang belum lama \n obat-obatan misalnya aspirin, fenilbutazon (butazolidin). \n \n\n Dampak hilangnya darah harus ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan usaha mencari sumber perdarahan dan menghentikannya. Walaupun sudah dihentikan, kemungkinan fatal untuk beberapa jam kemudian untuk seorang pasien tua yang mengalami perdarahan banyak akibat efek kehilangan darahnya adalah lebih besar jika dibanding dengan akibat perdarahan (yang terus berlangsung) itu sendiri. Penilaian klinis termasuk pengukuran nadi dan tekanan darah akan menunjukkan apakah pasien berada dalam keadaan syok. Bila ada tanda-tanda syok segera infuse plasma expander. \n\n \n\n Penanganan yang bisa dilakukan sendiri? \n\n . Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal kanak-kanak sampai pubertas. Pada kelompok usia tersebut Hampir 90% biasanya tidak serius. Biasanya perdarahan yang terjadi sedikit, hanya menetes-netes, Mimisan semacam ini dapat ditangani sendiri dengan: \n\n \n menekan bagian lubang hidung dengan lembut dan hati-hati menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membendung aliran darah selama kurang lebih 5-10 menit (sesuai waktu pembekuan darah normal) dengan posisi kepala menunduk, bukan menengadah (bisa terjadi aspirasi/tersedak). \n Cobalah bernapas melalui mulut \n Duduk dengan tenang dan jaga kepala lebih tinggi daripada jantung \n Kompres hidung dan pipi dengan es yang dibungkus handuk terutama pada kasus trauma \n \n\n \n\n Setelah darah berhenti, ada pula beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah darah keluar lagi, yaitu: \n\n \n Istirahat dengan posisi kepala agak ditinggikan, sekitar 30 hingga 45 derajat \n Jangan meniup hidung atau memasukkan apapun ke dalamnya. Jika harus bersin, buka mulut Anda sehingga udara akan keluar dari mulut bukan hidung. \n Jangan mengejan saat buang air besar, sebaiknya gunakan pelunak kotoran atau pencahar. \n Sementara jangan mengangkat benda yang berat \n Cobalah selalu menjaga posisi kepala lebih tinggi dari jantung \n Hindari minum obat yang dapat mengencerkan darah, seperti aspirin, ibuprofen, \n \n\n \n\n Boleh kah disumbat dengan sirih? \n\n Sebaiknya tidak dilakukan karena daun sirih biasanya tidak dibersihkan terlebih dahulu dan banyak mengandung bakteri, sehingga bakteri dapat masuk melalui pembuluh darah yang terbuka dan menimbulka infeksi. Lebih baik dipencet hidungnya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sirih juga cenderung dapat melukai permukaan dalam hidung pada waktu dimasukkan karena bentuknya yang tidak sesuai dengan rongga hidung. \n\n \n\n Komplikasi? \n\n Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan syok dan anemia, akibatnya dapat timbul iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard, sehingga dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu pemberian infuse dan tranfusi darah harus cepat dilakukan. \n\n Nikmati kemudahan pendaftaran melalui : \n1. Hermina Mobile Aplikasi (tersedia di Playstore/Appstore) \n2. Website : www.herminahospitals.com \n3. Call Center : 1500488 \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
SINUSITIS DAN PENANGANANNYA<\/a><\/h3>
Sinusitis dan penanganya \n\n Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasal. peradangan ini dapat terjadi pada salah satu sinus paranasal atau pada beberapa berapa sinus paranasal. American Academy of Otolaryngology- Head and Neck surgery yang mengusulkan pergantian pergantian terminologi sinusitis menjadi rinosinusitis. Hal ini mendukung konsep “one air way one disease”. Kejadian ini menunjukkan bahwa rinosinusitis merupakan manifestasi atas respon peradangan mukosa sinus paranasal. \n\n Gejala dan tanda \n\n Menurut Task force dari American Academy of Otolaringologic Allergic (AAOA), dan American Rhinologic Society (ARS), gejala klinik Rinosinusitis (RS) pada penderita dewasa dibagi menjadi: 1). Kriteria mayor: sakit pada daerah pipi, hidung buntu, ingus purulent, gangguan penciuman, sekcret purulent pada rongga hidung, demam ( untuk fase akut ). 2). Batuk, demam (untuk non akut), tenggorok berlendir, nyeri geraham, halitosis. \n\n Klasifikasi Rinosinusitis \n\n Klasifikasi RS pada anak, berbeda dengan klasifikasi pada dewasa. Klasifikasi pada penderita dewasa, antara lain: \n\n \n Rinosinusitis Akut (RSA), berlangsung dengan gejala sampai 4 minggu. Gejala bersifat mendadak, biasanya akibat virus dan akan sembuh sebelum 4 minggu. Setelah itu gejala akan menghilang. \n Rinosinusitis akut berulang (recurrent acute rhinosinusitis), gejalanya mirip dengan RSA, berlangsung selama 7-10 hari, yang terjadi 4 atau lebih selama 1 tahun. \n Rinosinusitis sub akut (RSSA), adalah RS dengan gejala yang berlangsung antara 4-12 minggu. Diduga dalam tahap ini belum ada perubahan secara histopatologi pada mukosa sinus. \n Rinosinusitis kronik (RSK), merupakan RS dengaan gejala yang berlangsung selama lebih dari 12 minggu. \n Rinosinustis kronik dengan eksaserbasi akut, adalah RSK pada umumnya dengan gejala yang menetap, tetapi dengan perburukan gejala, akibat infeksi berulang. \n \n\n \n\n Penatalaksanaan Rinosinusitis \n\n Penatalaksanaan rinosinusitis tergantung dari jenis, derajat serta lama penyakit pada masing-masing penderita. Pada RSA terapi medikamentosa merupakan terapi utama. Pada RSK terapi bedah mungkin menjadi pilihan yang lebih baik dari pada medikamentosa. \n\n Terapi medikamentosa merupakan terapi yang penting karena lebih sederhana, mudah dilaksanakan serta relatif lebih murah dari terapi pembedahan. \n\n 1.Terapi Medikamentosa. \n\n a. Dekongestan. \n\n b. Kortikosteroid. \n\n c. Antihistamin. \n\n d. Antibiotik. \n\n 2.Terapi Bedah. \n\n \n\n Narasumber : dr. Rajiman, Sp. THT-KL \n\n \n\n Untuk membuat janji silahkan klik link berikut ini: \n\n https://herminahospitals.com/doctors/dr-rajiman-sp-tht-kl-m-kes \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 17 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Karsinoma Nasofaring<\/a><\/h3>
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel nasofaring dengan predileksi tersering pada fossa Rosenmuller. Karsinoma nasofaring menempati urutan ke-23 dari seluruh kanker ganas di dunia, kelima dari seluruh kanker ganas di Indonesia, dan berada diurutan pertama pada kanker ganas yang menyerang kepala dan leher, terutama di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT-KL). Insidensi KNF di Indonesia mencapai 4,7 per 100.000 penduduk pertahun, tertinggi pada dekade 4-5 dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 2-3:1. \n\n \n\n Karsinoma nasofaring bisa disembuhkan, apalagi bila terdeteksi lebih dini. Namun, tindakan yang dilakukan untuk mengobati karsinoma nasofaring bisa berbeda-beda, tergantung pada riwayat penyakit, stadium kanker, letak kanker, dan kondisi pengidap secara umum. kanker nasofaring terbilang lebih berbahaya jika tidak segera ditangani atau tidak mendapatkan penanganan dengan benar. Karsinoma nasofaring bisa menyerang saluran pernapasan di bagian atas tenggorokan dan belakang hidung. \n\n \n\n Karsinoma nasofaring terjadi akibat interaksi antara faktor genetik, infeksi virus Epstein Barr (VEB), faktor lingkungan seperti terpapar zat karsinogen, merokok, alkohol, genetik dan faktor makanan seperti mengonsumsi ikan asin yang mengandung nitrosamine. \n\n \n\n Karsinoma nasofaring sulit untuk didiagnosis secara dini, karena letaknya tersembunyi sehingga penderita tidak segera datang untuk berobat. Gejala KNF adalah hidung tersumbat dan beringus, mimisan, timbul cairan di telinga tengah, telinga terasa penuh, telinga berdenging, gangguan pendengaran sedangkan pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan pada leher, penglihatan ganda, dan terjadi gangguan saraf. \n\n \n\n Diagnosis KNF dapat ditunjang oleh pemeriksaan nasoendoskopi, pemeriksaan pencitraan dengan Computed Tomography (CT) Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan histopatologi biopsi nasofaring merupakan standar baku untuk menegakkan diagnosis. Selain biopsi nasofaring, cara lain pengambilan bahan untuk pemeriksaan histologi yaitu cucian, hisapan, dan sikatan nasofaring. \n\n \n\n Pada dasarnya modalitas terapi KNF dapat berupa radioterapi, kemoterapi, operasi atau kombinasi. Untuk stadium awal, bisa dilakukan radioterapi saja. Namun bila sudah pada stadium lanjut, diperlukan kemoterapi atau kombinasi. \n\n \n\n Prognosis KNF tergantung dari beberapa faktor yaitu agresifitas sel tumor, yang dinilai berdasarkan perluasan tumor, penyebaran ke KGB leher, dan metastasis jauh, serta karakteristik penderita yaitu usia, ras, dan jenis kelamin. Klasifikasi histopatologi KNF berdasarkan World Health Organization (WHO) juga ikut memengaruhi prognosis. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa Penyebab Terjadinya Gangguan Pendengaran?<\/a><\/h3>
Telinga adalah organ pendengaran yang berperan penting dalam aktiftas sehari-hari. Peran penting telinga adalah menghantarkan dan menerima suara atau bunyi. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Saat terjadi gangguan pada salah satu bagian telinga maka akan terjadi gangguan dalam proses mendengar. Akibat yang sering timbul biasanya tidak dapat mendengar dengan jelas atau pendengaran samar, pada kasus berat penderita tidak dapat mendengar sama sekali. \n\n \n\n \n\n Pengertian Gangguan Pendengaran \n\n \n\n Seringnya terpapar suara yang nyaring/keras dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pendengaran, gangguan pendengaran juga bisa disebabkan oleh faktor usia. Pendengaran dapat dikatakan terganggu apabila sinyal suara gagal mencapai otak. \n\n \n\n Pada umumnya, gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tidak hilang secara tiba-tiba. Namun tidak menutup kemungkinan pendengaran akan menghilang total. \n\n \n\n \n\n Penyebab Gangguan Pendengaran \n\n \n\n Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh bererapa faktor, namun terdapat 3 tipe yang dapaat menjadi penyebab gangguan pendengaran, di antaranya: \n\n \n\n - Gangguan pendengaran konduktif \n\n Gangguan pendengaran konduktif terjadi ketika proses penghantaran bunyi atau suara terganggu akibat adanya gangguan pada telinga. Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran konduktif adalah: \n\n \n Pilek atau Rhinitis menyebabkan penumpukan cairan di telinga bagian tengah \n Infeksi telinga tengah atau otitis media \n Infeksi telinga luar atau otitis eksterna \n Gendang telinga robek atau perforasi membran timpani \n Tumor atau pertumbuhan jaringan yang tidak normal di telinga bagian luar dan telinga bagian tengah, seperti kolesteatoma \n Kotoran telinga yang menumpuk dan menyumbat saluran telinga atau serumen prop \n Gangguan atau kerusakan pada tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan telinga dengan hidung dan tenggorokan \n Adanya benda asing yang tersangkut saluran saluran telinga, seperti batu kerikil atau manik-manik \n \n\n \n\n - Gangguan pendengaran sensorineural \n\n Gangguan pendengaran sensorineural terjadi ketika ada kerusakan telinga bagian dalam dan gangguan pada jalur saraf antar telinga bagian dalam dan otak. Beberapa kondisi dan penyakit bisa menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural adalah: \n\n \n Penyakit autoimun yang menyerang telinga atau penyakit Meniere \n Penggunaan obat yang menimbulkan efek samping pada telinga, seperti antibiotik aminoglikosida, obat kemoterapi, aspirin dosis tinggi, dan loop diuretic \n Kondisi genetik \n Gangguan pembentukan telinga bagian dalam \n Proses penuaan yang disebut juga presbikusis \n Pukulan atau cedera di kepala \n Paparan suara keras yang berlangsung dalam waktu lama, seperti bekerja di proyek dengan kebisingan tinggi, menggunakan hedset dengan suara yang keras. \n \n\n \n\n - Gangguan pendengaran campuran \n\n Gangguan pendengaran campuran terjadi ketika timbul gangguan pendengaran konduktif bersamaan dengan gangguan pendengaran sensorineural. Kondisi ini dapat menunjukan adanya kerusakan pada telinga bagian luar, tengah, dan bagian dalam, atau jalur saraf ke otak. \n\n \n\n Sahabat Hermina, jika mengalami keluhan dalam pendengaran segera konsultasikan keluhan yang Anda alami kepada dokter spesialis THT RS. Hermina terdekat. Selalu jaga kesehatan telinga Sahabat Hermina. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 13 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Telinga merupakan salah satu pancaindera yang menunjang fungsi tubuh manusia. Tanpanya, seseorang tidak akan mampu menikmati indahnya melodi dunia. Kendati demikian, tak sedikit pula orang yang mengabaikan kesehatan telinga. Orang-orang tersebut umumnya baru akan menyadari tentang pentingnya telinga saat organ tersebut terkena masalah. \n\n \n\n Merawat kebersihan dan kesehatan telinga penting dilakukan untuk mencegah berbagai masalah pada telinga, seperti infeksi telinga, telinga berdenging, hingga gangguan pendengaran atau bahkan tuli mendadak. \n\n \n\n Serumen atau kotoran telinga adalah gumpalan lunak yang dihasilkan secara alami dari kelenjar minyak di bagian luar liang telinga. Serumen tersebut berfungsi sebagai pelindung, mulai dari melindungi telinga dari debu, pertumbuhan kuman patogen, dan menjaga agar binatang tidak masuk dalam telinga. Pada dasarnya, serumen tidak berbahaya jika jumlahnya tidak berlebihan. \n\n \n\n Namun, produksi serumen yang terlalu banyak dapat berdampak pada kualitas pendengaran seseorang. Keluhan yang dapat timbul akibat kotoran yang memenuhi liang telinga antara lain telinga terasa penuh dan kadang disertai gangguan komunikasi dengan lawan bicara. Maka itu, penting untuk membersihkan kotoran telinga sebelum timbul keluhan lebih parah. \n\n \n\n Perlukah Bersihkan Telinga dengan Cotton Bud? \n\n Telinga otomatis membersihkan dirinya ketika kita berbicara, mengunyah atau kegiatan menggerakan rahang. Biasanya, jika sudah kotor, ear wax keluar dengan sendirinya bersama dengan gerakan rahang yang membuat otot pipi bergerak. Lalu, apakah masih perlu membersihkan telinga dengan cotton bud? Faktanya, membersihkan telinga dengan cotton bud adalah tindakan yang kurang tepat. Kamu boleh menggunakan cotton bud, namun hanya untuk bagian daun telinga saja. Hindari menggunakan cotton bud untuk bersihkan telinga bagian dalam. \n\n \n\n Mengorek telinga dengan cotton bud membuat kotoran semakin masuk ke dalam dan menyebabkan kotoran malah mengendap pada bagian dalam telinga yang panjangnya 2,5-3 cm saja. Kotoran yang mengendap dapat menjadi keras dan menghambat sirkulasi dalam telinga. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Pada dasarnya telinga memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya sendiri, sehingga kita tak perlu membersihkan sendiri bagian dalamnya. Sahabat Hermina hanya perlu mengusap bagian luar telinga dengan sabun dan air, lalu keringkan dengan kain atau handuk. \n\n \n\n Ketahui Cara Menjaga Kesehatan Telinga yang Tepat \n\n Menjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, terutama setelah bepergian ke luar rumah. Cara ini membantu melunakkan kotoran telinga akibat air yang mengalir dari kepala saat mandi atau mencuci rambut. \n\n \n\n Sahabat Hermina juga dapat menghindari membersihkan telinga secara mandiri dengan cotton bud karena hal ini berpotensi mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam. \n\n \n\n Hindari mengorek telinga dengan alat yang tidak bersih serta benda tajam dan runcing karena dapat mengakibatkan luka pada liang telinga bahkan gendang telinga. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara atau permanen. \n\n \n\n Lalu, hindari juga memasukkan cairan atau obat tetes telinga tanpa rekomendasi dari dokter. Kesalahan dalam terapi dapat merusak pendengaran. \n\n \n\n Segera berkunjung ke dokter spesialis THT jika terjadi penumpukan kotoran telinga dan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala \n\n \n\n Mari bersama tingkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan indera pendengaran kita. Pencegahan gangguan pendengaran yang dapat timbul hingga masalah ketulian bisa dilakukan sedini mungkin dengan menerapkan cara menjaga kesehatan telinga secara tepat. Konsultasikan masalah kesehatan telinga Sahabat Hermina pada Dokter Spesialis THT RS Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 13 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 17 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 24 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 13 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>