- Hermina Soreang<\/a><\/li>
- 24 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
TB Si Penyakit Paru yang Berbahaya<\/a><\/h3>
Tahukah Kamu, Apa itu Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) ? \n\n \n\n Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi tertua yang melekat sepanjang sejarah peradaban manusia dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia sampai hari ini. \n\n Sudah lama diketahui, TB dapat mengakibatkan kerusakan destruktif jaringan paru pasiennya. Bisa saja, kerusakan ini tidak pulih sepenuhnya meski pasien telah sembuh dari TB dan kumannya sudah tidak ada lagi. \n\n Kondisi klinis tersebut adalah merupakan gejala sisa pada pasca Tuberkulosis berupa gangguan obstruksi yang disebut dengan Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT). \n\n \n\n Apa itu SOPT ? \n\n Sindrom Obstruktif Pasca Tuberkulosis (SOPT) adalah obstruksi jalan napas yang timbul setelah tuberculosis (TB) akibat mekanisme imunologi selama proses TB. Pada sebagian penderita TB, secara klinik timbul gejala sesak nafas terutama pada aktivitas, gambaran radiologi menunjukkan gambaran bekas TB (klasifikasi, fibrotik) yang minimal, dan uji faal paru menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang tidak reversibel. \n\n Kelompok penderita tersebut dimasukkan kedalam kategori penyakit Sindrom Obstruksi Pasca TB. \n\n \n\n Bagaimana sih proses terjadinya SOPT ? \n\n Salah satu penyebab SPOT adalah akibat infeksi TB yang menimbulkan peradangan non spesifik yang luas. Peradangan yang berlangsung lama ini menyebabkan gangguan faal paru berupa adanya sputum, terjadinya perubahan pola pernapasan, relaksasi menurun, perubahan postur tubuh, berat badan menurun, dan gerak lapang paru menjadi tidak maksimal. \n\n Akibatnya M. tuberculosis akan melepaskan komponen toksik ke dalam jaringan yang akan menginduksi hipersensitivitas seluler sehingga akan meningkatkan respons terhadap antigen bakteri yang menimbulkan kerusakan jaringan, nekrosis, dan penyebaran bakteri lebih lanjut. \n\n Peradangan yang berlangsung lama ini menyebabkan proses proteolisis dan beban oksidasi sangat meningkat untuk jangka lama sehingga destruksi matrik alveoli terjadi cukup luas dan akhirnya mengakibatkan gangguan faal paru. \n\n \n\n Gejala Pada Umumnya \n\n \n Batuk berdahak \n Sesak nafas \n Penurunan berat badan \n Rasa berat di dada \n \n\n Terapi yang dapat dilakukan pada sebagian bekas penderita TB, masih mengeluhkan batuk bahkan timbul sesak napas bertahun - tahun kemudian (SOPT). Gejala ini terjadi karena adanya kerusakan paru yang permanen, gangguan menetap restriktif dan sebagian obstruktif pada spirometri. Namun SOPT termasuk dalam penyakit obstruksi paru yang gejalanya mirip PPOK, maka pemberian terapi mirip dengan PPOK. \n\n Terapi SOPT diberikan sesuai kausa. Pilihan terapinya adalah: \n\n \n Bronkodilator \n Golongan antikolinergik: ipratropium bromide (0,5mg) \n Golongan agonis β-2 : salbutamol ( 2,5 mg) \n Golongan Xantin: aminofilin ( 200 mg) \n Antiinflamasi: prednison atau metilprednisolon \n Anti-oksidan: N-acetyl cysteine \n Terapi oksigen \n Rehabilitasi Medik \n \n\n Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika kita dapat menjaga kesehatan paru-paru dari berbagai macam penyakit salah satu nya seperti tuberkulosis. Cek kesehatan paru anda pada dokter spesialis paru di RS Hermina Soreang. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses pendaftaran ke RS Hermina Soreang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 26 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Tuberkolosis Pada Anak<\/a><\/h3>
APA ITU TUBERKULOSIS? \n\n - Sering disebut “flek” \n\n - Penyakit menular, BUKAN KETURUNAN \n\n - Penyebab: Kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) \n\n BAGAIMANA ANAK BISA TERTULAR TBC? \n\n TBC paling sering ditularkan dari orang dewasa melalui percikan ludah, batuk, atau bersin yang sudah mengandung kuman TBC. Anak berusia di bawah 5 tahun (balita) paling rentan tertular tuberkulosis dari orang dewasa. Pasien TB aktif dapat menularkan pada 10-15 orang orang disekelilingnya setiap tahun \n\n DOK, APAKAH KUMAN TBC YANG MASUK TUBUH SELALU MENYEBABKAN SAKIT TBC? \n\n Orang Sehat \n\n Seluruh kuman TBC dimusnahkan oleh sistem pertahanan tubuh kita \n\n Orang Infeksi Laten TBC \n\n Kuman TBC ada di dalam tubuh kita, tapi "dipagari" oleh sisitem pertahanan tubuh, sehingga tidak menimbulkan gejala TBC \n\n Orang Sakit TBC \n\n Sistem pertahanan tubuh tidak mampu melawan kuman TBC, sehingga menimbulkan gejala TBC \n\n TBC BISA MENGENAI ORGAN TUBUH SELAIN PARU! \n\n Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang mudah menular lewat udara dan sering kali menginfeksi paru-paru. Faktanya, TBC juga dapat mengenai organ tubuh lain misalnya tulang belakang, kulit, otak, usus, ginjal,hati dan jantung. \n\n FAKTOR APA YANG MENINGKATKAN RISIKO SAKIT TBC PADA ANAK ? \n\n Pada anak usia Balita dan Remaja Berisiko Tinggi sakit TBC, Kekebalan tubuh yang turun meningkatkan risiko sakit TBC seperti: Gizi buruk, DM, Penyakit Keganasan, Konsumsi Obat Steroid Jangka panjang, HIV, Kontak erat dengan pasien TBC paru yang infeksius, dll \n\n GEJALA TBC PADA ANAK ? \n\n \n Batuk lama > 2 pekan walaupun sudah diberikan pengobatan \n Demam > 2 pekan tanpa sebab jelas \n Berat badan turun atau menetap dalam 2 bulan \n Anak lesu dan tidak seaktif biasanya \n \n\n HARUS BAGAIMANA KALAU ANAK BERGEJALA TBC ? \n\n Informasi terkait TBC pada anak, diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan kepada para orang tua untuk bisa lebih memperhatikan tumbuh kembang dan berbagai gejala yang muncul pada sang anak. \n\n Tetap terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), bersegera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala TBC untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan secara tepat oleh petugas kesehatan. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 30 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala TBC dan TOSS TBC<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan karena kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. TBC adalah penyakit infeksi yang menular, dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru. \n\n Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Indonesia masih menempati peringkat kedua wilayah epidemik Tuberkulosis (TB) setelah India. Kementrian Kesehatan (Kemenkes) mengkampanyekan gerakan TOSS (Temukan, Obati Sampai Sembuh) untuk menanggulangi besarnya angka kejadian tersebut. Dari laporan WHO pada tahun 2017, diperkirakan ada 1.020.000 kasus TBC di Indonesia. Namun, dalam perhitungan Kemenkes, jumlah ini bisa saja bertambah mengingat masih banyak kasus-kasus yang belum dilaporkan. \n\n Gejala TBC \n\n Gejala TBC bisa bermacam-macam tergantung di mana bakteri tersebut tumbuh. Pada TBC paru, beberapa gejala awal yang bisa muncul, di antaranya: \n\n \n Batuk yang berlangsung 2 minggu atau lebih. \n Nyeri dan sesak di dada. \n Batuk dahak atau batuk darah. \n \n\n Adapun sejumlah gejala lain yang menyertai penyakit TBC, antara lain: \n\n \n Kelemahan atau kelelahan. \n Penurunan berat badan. \n Tidak nafsu makan. \n Panas dingin. \n Demam. \n Berkeringat di malam hari. \n \n\n Jika anda menemukan gejala-gejala diatas, maka segeralah berobat ke Puskesmas atau klinik terdekat untuk segera diperiksa lebih lanjut. Sebagai langkah pencegahan penularan TBC, anda harus memahami etika batuk atau bersin sebagai berikut: \n\n \n Gunakan Masker. \n Tutup mulut dan hidung dengan lengan atas bagian dalam. \n Tutup mulut dan hidung dengan tisu. \n Jangan lupa membuangnya ke tempat sampah. \n Cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. \n \n\n TOSS TBC \n\n TOSS TBC merupakan singkatan dari Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh. TOSS TBC adalah salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien TBC, untuk menghentikan penularan TBC di masyarakat. Langkah-langkah TOSS TBC adalah: \n\n \n Temukan Gejala di masyarakat. \n Obati TBC dengan tepat. \n Pantau pengobatan TBC sampai sembuh. \n \n\n Kapan Harus ke Dokter? \n\n Segera lakukan pemeriksaan TBC ke dokter jika batuk Anda tak kunjung hilang setelah 2 minggu dan diikuti demam, berkeringat di malam hari, dan penurunan berat badan secara drastis. \n\n Dokter selanjutnya akan melakukan rangkaian pemeriksaan untuk diagnosis TBC yang meliputi pemeriksaan fisik, tes mantoux, tes rontgen dada, dan pemeriksaan laboratorium lainnya. Setelah hasil diagnosis menunjukkan Anda positif mengidap TBC, Anda perlu menaati aturan pengobatan TBC dengan baik agar bisa sembuh total. \n\n Nah Sahabat Hermina, pencegahan utama dari tuberkulosis (TBC) adalah menjaga pola hidup sehat, makan cukup, tidur cukup dan berhenti merokok. Jika sudah terinfeksi, selain menjalani pengobatan, sebaiknya melakukan cara pencegahan TBC terbaik agar tidak terjadi penyebaran bakteri tersebut dari orang yang sakit ke orang sehat. Dan jangan lupa untuk vaksin BCG pada bayi untuk mencegah TBC atau menurunkan angka keparahan penyakit TBC. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 22 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
MENGENAL VIRUS YANG MENYEBABKAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN<\/a><\/h3>
Tuberculosis Paru (TB Paru) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang jaringan paru atau atau parenkim paru oleh basil mycobakterium tuberculosis. \n\n Penularan dan Faktor-Faktor Resiko : \n\n Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100u) dan kecil (1 sampai 5 u). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah : \n\n \n Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif \n Individu imunosupresif (Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV) \n Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik \n Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan, etnik dan ras minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara yang berusia 15-44 tahun) \n Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi) \n Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya fasilitas perawatan jangka panjang, institusi psikiatrik, penjara) \n Individu yang tinggal didaerah perumahan substandar kumuh \n Petugas kesehatan \n \n\n Gejala umum \n\n \n Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. \n Penurunan nafsu makan dan berat badan. \n Batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). \n Perasaan tidak enak (malaise), lemah. \n Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat. disertai dengan keluhan sakit dada. \n \n\n Hal-hal yang perlu diperhatikan \n\n \n Bila ada batuk ≥ 2 minggu \n Nyeri dada \n Sesak Nafas \n Demam \n \n\n Bila ada gejala seperti diatas segera periksakan ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Paru-Paru \n\n Penanganan TB Paru \n\n \n Kontrol teratur sesuai jadwal \n Obat dimakan sesuai aturan \n Bila ada keluhan setelah makan obat TB, jangan berhenti sendiri. Segera konsultasi ke dokter. Karena kemungkinan ada efek samping obat \n Bila batuk, mulut ditutup dengan menggunakan tissue atau sapu tangan. \n Bila ada batuk darah segar, periksakan ke dokter dan hindari makanan yang merangsang batuk (makanan kering/ terlalu berminyak) \n \n\n Diet (Makanan) \n\n \n Makanan yang mengandung unsur karbohidrat (nasi, umbi-umbian, tepung, roti) \n Protein Hewani : telur, ikan, daging, susu. \n Protein Nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan \n Lemak (minyak, mentega/margarin) \n Vitamin dan mineral (sayuran dan buah) \n Air \n \n\n Hal-hal yang perlu diperhatikan penderita TB Paru : \n\n \n Perhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi. \n Masaklah dengan sempurna makanan yang anda masak, sebaiknya makanan disimpan dalam keadaan tertutup dan cucilah tangan sebelum makan. \n Cukup mengkonsumsi sayuran dan buah. Namun, hindari buah asam dan menimbulkan gas seperti : kedondong, nanas, durian, nangka. \n Konsumsi makanan yang mengandung tinggi protein (telur, susu, daging ayam, daging sapi, serta penambahan protein nabati) untuk mengganti sel-sel yang rusak. \n OAT (Obat Anti Tuberkulosis) diminum dalam keadaan perut kosong (berkaitan dengan makanan telah dimetabolisme kurang lebih 2 jam sesudah makan). \n Tidak ada pantangan/ larangan khusus penderita TB paru terhadap makanan kecuali penderita TB paru yang disertai dengan penyakit lain (Seperti : Diabetes Mellitus, Penyakit hati dan lain-lain). Pada keadaan ini segera konsultasi gizi. \n Pada penderita TB Paru yang menyusui, ASI tetap diberikan kepada bayinya dengan memakai masker/ penutup mulut. \n \n\n Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Paru-Paru , perawat dan tenaga kesehatan lainnya berkaitan dengan penyembuhan TB Paru \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 25 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyakit Tuberkulosis pada Anak<\/a><\/h3>
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang dapat menyerang segala usia termasuk anak-anak. TB pada anak-anak terjadi akibat anak menghirup bakteri Mycobacterium tuberculosis yang berada diudara. Bakteri tersebut yang kemudian masuk kedalam paru-paru dan dapat berkembang ke bagian tubuh lainnya,seperti ginjal, tulang belakang, hingga otak. \n\n Anak yang terkena Tuberkulosis kemungkinan besar tidak akan tertular dari teman-teman sebayanya, melainkan dari penderita tersebut orang dewasa. \n\n Ketika orang dewasa yang menderitaTB batuk atau bersin, bakterti tersebut akan menyebar ke udara. Pada saat itulah terjadinya penularan penaykit TB ke orang-orang disekitar baik ke anak-anak maupun orang dewasa. Anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko tinggi untuk tertular atau terkan TB anak. \n\n Sebagai orangtua, tentu harus mengetahui informasi kesehatan lebih dalam. Gejala tuberkulosi pada anak dapat muncul berbeda-beda pada masing-masing anak. Berikut adalah gejala tuberkulosi pada anak, di antaranya: \n\n \n Terjadi demam tidak terlalu tinggi selama 2 minggu atau lebih \n Berat badan turun tanpa sebab atau tidak ada perubahan \n Terdapat benjolan di area leher \n Sering batuk lebih dari 2 minggu \n Merasa lemah, lesu, letih dan lelah \n \n\n \n\n Infeksi Tuberkulosi pada Anak \n\n Infek TB pada anak dibagi menjadi dua tahap, yaitu: \n\n Tahap paparan (exposure) \n\n Di Tahap ini, anak yang sudah terinfeksi bakteri TB. Akan tetapi jika daya tahan tubuh anak kuat, bakteri TB dapat ditekan pertumbuhannya sehingga tidak menimbulkan gejala apa pun pada anak. \n\n Sebagai besar kasus TB pada anak, infeksi hanya sampai pada tahap paparan. Jika seperti itu, anak tidak mengalami keluhan apa pun meskipun hasil dari pemeriksaan tuberculin menunjukan bahwa anak pernah terpapar kuman TBC. \n\n Tahap penyakit TB aktif \n\n Jika daya tahan tubuh anak tidak dapat mampu melawan bakteri dari tuberkulosi yang masuk, makan bakteri tersebut akan berkembang biak dan menyebabkan penyakit tuberkulosi. \n\n \n\n Pemeriksaan Tuberkulosi pada Anak \n\n Meskipun sudah melakukan pemeriksaan fisik dan rontgen dada, bisa saja tanda-tanda infeksi TB pada anak tidak ditemukan. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat, dokter akan melakukan tes kulittuberkulin atau tes mantoux pada anak. \n\n Tes mantoux dilakukan guna untuk mengetahui apakah anak pernah terpapar bakteri tuberculosis atau tidak. Jika hasil tes tuberkullin positif, maka kemungkinan anak telah terinfeksi, apabila gejalanya memang mendukung. \n\n Selain tes tuberculin atau tes mantoux, dokter juga akan melakukan pemeriksaan kultur dahak dan dahak untuk mengetahui apakah kuman Tb ada di dalam tubuh anak khususnya di saluran pernapasan anak. \n\n \n\n Pengobatan Tuberkulosi pada Anak \n\n Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan vaksin untuk mencegah penyakit TBC dan merupakan vaksin yang wajib diberikan kepada anak-anak. Diketahui, bahwa setelah melakukan vaksinasi BCG bukan berarti anak-anak tidak akan tertular atau terkena tuberkulosi, tetapi vaksin BCg dapat melemahkan dan meminimalisir tertular infeksi TB sehingga vaksin BCG dapat meringankan bakteri TB jika Si anak terpapar bakteri Mycobacterium tuberculosis. \n\n Saat ini TB sudah ditemukan obatnya yang harus secara rutin dan teratur diminum agar dapat sembuh. Obat tuberkulosi harus diminum selama waktu 6 bulan tanpa putus. Walaupun tuberkulosi sudah ditemukan obatnya, namun untuk beberapa orang dapat terjadi resisten atau kebal obat tertentu maupun beberapa jenis obat lainnya. \n\n Perlu diperhatikan bahwa penyakit TB juga berbahayanya pada anak bila tidak segera ditangani seperti dapat menimbulkan paru kuncup atau biasa disebut dengan atelectasis yaitu kondisi paru-paru terisi air sehingga udara tidak dapat masuk dan dapat menyerang otak yang disebut dengan penyakit meningitis tuberculosis \n\n Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit TB anak dan memperkuat daya tahan tubuh Si Anak dengan memberikan vaksin wajib (vaksin BCG), tidak lupa juga untuk memenuhi asupan gizi dan rajin berolahraga secara teratur agar tumbuh kuat dan tidak mudah terkena penyakit lain. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 03 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
TBC Bukan Hanya Ditemukan Dalam Paru tetapi Juga diluar Paru<\/a><\/h3>
Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. \n\n Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang menimbulkan beban global dengan sekitar 2,5 juta pasien baru dan 0,3 juta kematian setiap tahunnya. Angka penemuan dan pengobatan kasus Tuberkulosis di Indonesia masih rendah yakni sebesar 384.025 kasus atau 47% dari target yang diharapkan sebesar 85% pada tahun 2020. Selain angka penemuan dan pengobatan kasus yang rendah, angka keberhasilan pengobatan juga belum mencapai target yaitu sebesar 82,7% dari target 90% pada tahun 2020. \n\n Sejak terjadi pandemi COVID 19 di Indonesia tahun 2020, eliminasi Tuberkulosis tidak lagi menjadi fokus perhatian karena sebagian besar sumber daya kesehatan diarahkan untuk penanganan pandemi. COVID 19 menghalangi kesinambungan usaha dalam memerangi Tuberkulosis. Salah satu yang paling terdampak adalah menurunnya angka penemuan dan pengobatan kasus TBC di Indonesia yang mengindikasikan bahwa dengan semakin sedikit penderita Tuberkulosis yang diperiksa/terdiagnosis maka semakin sedikit yang diobati, dan semakin tinggi tingkat penularan di masyarakat. \n\n \n\n Gejala Tuberculosis \n\n TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Gejala yang mengarah ke Tuberkulosis adalah batuk lebih dari 2 minggu , sesak nafas, batuk darah, dan gejala lain seperti demam lama, lemas, penurunan berat badan, keringat malam, penurunan nafsu makan. Seringnya penyakit ini ditemukan saat infeksi sudah cukup parah dan bersamaan dengan penemuan penyakit lain misalnya malnutrisi, anemia, atau efusi pleura (cairan dalam ruang pembungkus paru). TBC bukan hanya ditemukan dalam paru tetapi juga di luar paru (ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya. Gejala TBC ekstra paru seringnya tidak disertai gejala respiratorik misalnya batuk, sesak napas atau batuk darah tetapi yang dikeluhkan adalah gejala sistemik yaitu penurunan berat badan, keringat malam, demam subfebris, dan penurunan nafsu makan. \n\n Tuberkulosis ditularkan oleh penderita melalui udara. Satu batuk dapat memproduksi hingga 3,000 basil dan satu kali bersin dapat memproduksi hingga 1 juta basil. Dosis yang diperlukan terjadinya infeksi TBC adalah 1 sampai 10 basil. Penularan TBC mudah terjadi dalam ruangan yang gelap dengan ventilasi minimal. Basil TBC dapat bertahan di udara dalam waktu yang lebih lama pada ruangan yang gelap dan ventilasi yang jelek. Cahaya matahari dapat langsung membunuh basil TBC. Risiko penularan TBC juga ditentukan oleh kontak dekat dalam waktu yang lama dengan orang terinfeksi. Proses seseorang yang terpapar kuman TBC berkembang menjadi penyakit TB aktif bergantung pada kondisi imun individu. Pada individu dengan sistem imun yang normal, 90% tidak akan berkembang menjadi penyakit TBC dan hanya 10% kasus yang akan menjadi penyakit TBC aktif. \n\n Penegakan diagnosis TBC adalah dengan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) kecuali pada daerah yang tidak memiliki fasilitas TCM masih dapat menggunakan pemeriksaan BTA (basil tahan asam). Sampel pemeriksaan bakteriologis ini berasal dari dahak tersangka TBC. Pemeriksaan penunjang lain adalah foto rontgen dada yang berfungsi untuk melihat gambaran infeksi paru yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis). Hasil pemeriksaan TCM atau BTA yang negatif dengan gejala klinis TBC dan gambaran radiologis mengarah ke infeksi TBC tetap terdiagnosa dengan TBC klinis. \n\n \n\n Penanganan TBC \n\n Tidak seperti penyakit infeksi lain, pengobatan TBC membutuhkan waktu panjang dan terapi khusus. Pengobatannya bersifat individual yang artinya sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Minimal waktu pengobatan TBC adalah enam bulan dengan pemberian obat berdasarkan pedoman nasional yang telah disusun oleh Kementrian Kesehatan. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari bakteri penyebab TBC. Prinsip pengobatan TBC adalah pengobatan diberikan dalam bentuk panduan obat anti tuberculosis / OAT yang tepat dan mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi / kebal obat. diberikan dalam dosis yang tepat, ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO / Pengawas minum obat sampai selesai masa pengobatan, dan pengobatan diberikan dalam jangka waktu minimal 6 bulan yang terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan. \n\n Beberapa penderita TBC mengalami efek samping saat pengobatan. Efek samping yang sering ditemukan adalah mual, muntah, nyeri badan, dan peningkatan fungsi hati. Gangguan penglihatan atau gangguan pendengaran juga kadang terjadi meskipun dengan angka kejadian yang lebih kecil. Alergi obat juga bisa terjadi yang ditandai dengan rasa gatal di badan dan timbulnya kemerahan pada kulit. Pada kondisi ini penderita harus segera kembali ke dokter pemeriksa untuk mendapatkan tatalaksana efek samping. Kegagalan pengobatan TBC tergantung pada beberapa faktor yaitu faktor pasien yang tidak patuh minum OAT, pasien pindah ke fasilitas kesehatan lain dengan terapi yang tidak sesuai, yang kedua adalah faktor PMO yang tidak ada atau kurang memantau minum obat, faktor selanjutnya adalah faktor obat dimana suplai obat terganggu sehingga pasien menunda atau tidak meneruskan pengobatan dan kualitas obat menurun karena penyimpanan tidak sesuai standar. \n\n TBC merupakan penyakit yang bisa disembuhkan. Keberhasilan pengobatan TBC sangat ditentukan oleh pasien, dokter dan keluarga pasien. Pemberian obat yang sesuai dengan dosis yang tepat, kemauan pasien untuk sembuh dan dukungan keluarga sangat penting pada keberhasilan pengobatan TB. Kendala yang sering terjadi pada pengobatan adalah rasa takut dan malu yang dirasakan pasien saat mengetahui sakit yang diderita, rasa tidak nyaman karena tidak tahan dengan efek samping obat yang kadang timbul, dan perasaan bosan karena harus meminum obat dalam jangka panjang. Motivasi dan dukungan dari keluarga serta dokter yang merawat sangat dibutuhkan pada pengobatan TBC. Selama masa pandemi ini masyarakat dihimbau untuk meningkatkan asupan gizi, istirahat cukup, berolahraga teratur, mengurangi stress dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi Tuberkulosis ataupun penyakit infeksi lain. \n\n \n\n Jika mengalami masalah kesehatan seputar paru, Sahabat Hermina dapat berkonsultasi dengan dokter Spesialis Paru di RS Hermina Balikpapan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 07 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali TBC, Pengobatan dan Pencegahannya<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina, saat ini Indonesia menjadi negara peringkat ke-2 dengan kasus TBC terbanyak di Dunia. Artinya, indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di Dunia. Lalu,apa yang bisa kita lakukan untuk dapat bebas dari TBC? \n\n \n\n Sebelumnya, kita harus tau dulu apa itu TBC. Dalam bahasa awam sering sekali orang-orang menyebutkan dirinya menderita flek. Karena pada gambaran rontgen terdapat flek atau noda-noda putih pada paru nya. TBC sebenarnya adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh kuman (Mycobacterium tuberculosis). TBC hampir sama dengan penyakit infeksi paru lain seperti pneumonia namun akan berbeda dan memiliki gejala yang khas pada gambaran rontgen dan gejala klinis pasien penderita TBC. \n\n \n\n Pada masa pandemi COVID-19 ini banyak sekali pasien yang takut untuk datang ke Rumah Sakit. Sehingga penderita TBC datang ke Rumah Sakit sudah dalam keadaan yang lumayan parah. Seperti apa gejala yang patut kita waspadai? \n\n \n\n Gejala TBC \n\n \n \n Batuk yang sudah lebih dari 2 Minggu lebih \n \n \n Munculnya demam hilang timbul, demamnya tidak selalu tinggi dan sering muncul pada sore hari \n \n \n Sering keringatan padahal sedang tidak dalam cuaca panas \n \n \n Penurunan nafsu makan \n \n \n\n \n\n TBC bisa diobati, namun pengobatan TBC berlangsung cukup lama. Dengan pengobatan yang tepat, butuh waktu minimal 6 bulan dan harus teratur bagi pasien TBC untuk dapat sembuh dari penyakit ini. \n\n Pencegahan penyebaran TBC \n\n Tentunya lebih baik sekali mencegah daripada mengobati, apalagi membayangkan jika harus menjalani pengobatan minimal 6 bulan untuk dapat sembuh dari TBC. \n\n \n \n Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) \n \n \n\n Vaksin BCG merupakan daftar vaksin atau imunisasi dasar yang wajib dilakukan sebelum bayi berusia 3 bulan. \n\n \n \n Melakukan Etika Batuk \n \n \n\n Etika batuk merupakan salah satu upaya pencegahan bagi penderita TBC agar dapat melindungi orang orang sekitarnya. Tidak hanya melindungi orang sekitar dari TBC namun, etika batuk juga dapat melindungi orang sekitar dari virus lainnya \n\n \n \n Hidup Sehat \n \n \n\n Jika memiliki tubuh yang sehat dengan imunitas yang kuat, tentunya virus, kuman akan dilawan oleh imunitas tubuh kita. Makan teratur, olah raga. \n\n \n\n TBC merupakan penyakit kronis yang biasanya pada awal-awal tanpa gejala yang serius. Tidak jarang, penderita TBC terdeteksi pada saat melakukan medical check up (MCU) dan dalam kondisi yang tidak ada gejala. Maka dari itu, penting sekali untuk melakukan cek kesehatan secara rutin Sahabat Hermina. \n\n Segera konsultasi dengan dr. Nora Amalia, Sp.P jika Sahabat Hermina mengalami gejala TBC atau penyakit paru lainnya. Buat Janji Sekarang! (Klik Disini) \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 26 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu Tuberkulosis?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Tuberkulosis yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV. Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru. \n\n \n\n Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui orang yang telah mengidap TBC. Kemudian, batuk atau bersin menyemburkan air liur yang telah terkontaminasi dan terhirup oleh orang sehat lainnya yang kekebalan tubuhnya lemah terhadap penyakit tuberkulosis. Walaupun biasanya menyerang paru-paru, penyakit ini dapat memberi dampak juga pada tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat, jantung, kelenjar getah bening, dan lainnya. \n\n \n\n \n\n Penyebab Tuberkulosis \n\n \n\n Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang menyebar di udara melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB. Nama bakteri TB adalah Mycobacterium tuberculosis. \n\n \n\n Berikut ini beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB : \n\n \n Orang yang sistem kekebalan tubuhnya menurun \n Orang yang mengalami kekurangan gizi \n Pencandu Narkoba \n Para perokok berat \n Petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB \n \n\n \n\n \n\n Gejala Tuberkulosis \n\n \n\n Tuberkulosis umumnya menyerang paru-paru dengan gejala utama batuk berdahak yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Batuk yang terjadi juga kadang mengeluarkan dahak berwarna seperti karat atau batuk darah. Pengidap TB juga biasanya akan kehilangan nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan yang disertai dengan demam, keringat malam hari, dan kelelahan. Jika infeksi tuberkulosis pada paru telah menyebabkan kerusakan pada paru, akan timbul gejala sesak napas. \n\n \n\n Bakteri TB bisa saja bersifat tidak aktif saat masuk ke dalam tubuh, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya menyebabkan kemunculan gejala-gejala TB. Pada kasus ini, kondisi tersebut dikenal sebagai tuberkulosis laten. Sedangkan TB yang langsung memicu gejala dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif. \n\n \n\n \n\n Pencegahan Tuberkulosis \n\n \n\n Langkah utama yang bisa dilakukan untuk mencegah TB adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan. \n\n \n\n Vaksin BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya pada waktu bayi. Namun, harap diingat bahwa efektivitas vaksin ini akan berkurang pada orang dewasa. \n\n \n\n \n\n Pengobatan Tuberkulosis \n\n \n\n Dengan deteksi dini dan antibiotik yang sesuai, TB dapat diobati. \n\n Jenis antibiotik yang tepat dan lama perawatan akan tergantung pada: \n\n \n Usia dan keadaan umum pasien \n Apakah mereka menderita TB laten atau aktif \n Lokasi infeksi \n Resistensi terhadap obat \n \n\n \n\n Pengobatan untuk TB laten dapat bervariasi. Ini mungkin melibatkan minum antibiotik seminggu sekali selama 12 minggu atau setiap hari selama 9 bulan. Pengobatan untuk TB aktif dapat melibatkan penggunaan beberapa obat selama 6-9 bulan. Ketika seseorang memiliki jenis TB yang resistan terhadap obat, pengobatannya akan menjadi lebih kompleks. \n\n \n\n Sangat penting untuk menyelesaikan pengobatan secara tuntas, bahkan jika gejalanya hilang. Jika seseorang berhenti minum obat sejak dini, beberapa bakteri TB dapat bertahan hidup dan menjadi kebal terhadap antibiotik. Dalam hal ini, orang tersebut dapat terkena TB yang resistan terhadap obat. Bergantung pada bagian-bagian tubuh yang terkena TB, dokter mungkin juga meresepkan kortikosteroid. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 26 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>