- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 16 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tahapan dalam Optimalkan Tumbuh Kembang Anak <\/a><\/h3>
Tahap tumbuh kembang anak terbagi menjadi dua. Tumbuh (growth) adalah perubahan fisik yang dapat diukur; Kembang (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. \n\n \n\n Masa balita seringkali disebut sebagai periode emas. Pada periode usia 0-5 tahun, terjadi peningkatan pesat pada pertumbuhan dan perkembangan balita. Mari cari tahu lebih jauh tentang bagaimana mengoptimalkan periode emas balita \n\n \n\n \n\n Pertumbuhan dan Perkembangan Si Kecil \n\n \n\n Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, dapat diukur, dan terjadi secara fisik. Pertumbuhan Si Kecil dapat dipantau melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan ukuran lainnya sesuai usia dengan standarisasi alat ukur tertentu. Sedangkan perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, misalnya Si Kecil dapat berjalan atau berbicara. Perkembangan dapat diamati dari cara ia bermain, belajar, berbicara, dan bersikap. \n\n \n\n Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, perbedaan ras, usia, genetik, dan kromosom. Sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi, dan stimulasi psikologis. \n\n \n\n Periode emas Si Kecil berlangsung pada rentang usia 0-5 tahun. Usia ini merupakan fase awal tumbuh kembang dan akan berpengaruh pada fase selanjutnya. Di masa ini, ibu harus semakin cermat untuk mendapatkan hasil optimal dan mencegah terjadinya kelainan sedini mungkin. \n\n \n\n \n\n Stimulasi Tumbuh Kembang Otak Si Kecil \n\n \n\n Stimulasi jaringan otak sangat penting selama periode emas Si Kecil. Semakin banyak stimulasi yang diberikan kepada Si Kecil, jaringan otak akan berkembang hingga mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika Si Kecil tidak pernah diberi stimulasi yang cukup, maka jaringan otaknya akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan Si Kecil menjadi terhambat. Stimulasi yang kurang dapat memengaruhi perkembangan kecerdasan otak, penyimpangan tumbuh kembang, bahkan gangguan perkembangan yang menetap. Berikut tahapan stimulasi sesuai usia Si Kecil: \n\n \n\n - Usia 0 - 4 Bulan \n\n Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang. Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat oleh Si Kecil. Ajak Si Kecil tersenyum, bicara, dan mendengarkan musik. \n\n \n\n - Usia 4-6 Bulan \n\n Sering tengkurapkan Si Kecil. Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya. Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian. Beri mainan benda yang besar dan berwarna. \n\n \n\n - Usia 6-12 Bulan \n\n Ajari Si Kecil untuk duduk, ajak main ci-luk-ba, ajari memegang dan makan biskuit, ajari memegang benda kecil dengan 2 jari, ajari berdiri dan berjalan dengan berpegangan, ajak bicara sesering mungkin, latih mengucapkan ma-ma, pa-pa, beri mainan yang aman dipukul-pukul. \n\n \n\n - Usia 1-2 Tahun \n\n Ajari berjalan di undakan atau tangga, ajak membersihkan meja dan menyapu, ajak membereskan mainan, ajari mencoret-coret di kertas, ajari menyebut bagian tubuhnya, bacakan cerita anak, ajak bernyanyi dan bermain. \n\n \n\n - Usia 2-3 Tahun \n\n Ajari berpakaian sendiri, ajak melihat buku bergambar, bacakan cerita anak, ajari makan di piringnya sendiri, ajari cuci tangan, ajari buang air besar dan kecil di tempatnya. \n\n \n\n - Usia 3-5 Tahun \n\n Minta Si Kecil menceritakan apa yang ia lakukan, dengarkan ia ketika bicara, jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan, awasi Si Kecil ketika mencoba hal-hal baru. \n\n \n\n \n\n Prinsip-Prinsip Stimulasi Tumbuh Kembang Si Kecil \n\n \n\n Di bawah ini merupakan beberapa prinsip stimulasi tumbuh kembang anak: \n\n 1. Dilakukan saat anak gembira, tidak sedang lapar atau ngantuk \n\n 2. Dilakukan pada 4 aspek perkembangan \n\n 3. Dilakukan konsisten, dimulai dari kemampuan yang sudah dimiliki. \n\n 4. Menggunakan alat permainan sesuai dengan usia \n\n \n\n \n\n Proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, perbedaan ras, usia, genetik, dan kromosom. Sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi, serta stimulasi psikologis. Menstimulasi tumbuh kembang Si Kecil dengan baik akan membantu Si Kecil tumbuh dengan baik dan sehat. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 16 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mengawal Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini<\/a><\/h3>
Orangtua merupakan faktor penting dalam menjaga, merawat, serta mengawal tumbuh kembang anak. Dalam proses perkembangannya, orangtua harus sigap dan peduli terhadap kondisi anak sejak masa awal kehidupan anak, karena tumbuh kembang anak dapat bermasalah jika orangtua tidak sigap dan kurang memperhatikan kondisi anak. \n\n \n\n Pada saat bayi memasuki usia tiga bulan. Bayi cenderung mulai menunjukkan aktivitas motorik, seperti mengangkat kepala. Namun, jika hal ini tidak ditemukan pada bayi dan orangtua tidak peduli, maka proses tumbuh kembang anak dapat menjadi lambat hingga nanti menginjak usia dewasa. \n\n \n\n Pertumbuhan anak dapat dipantau dengan melihat tinggi badan, berat badan, lingkat kepala, dan hal lain yang dapat diukur dengan alat ukur tertentu. Tentu hal ini berbeda dengan perkembangan anak yang tidak dapat diukur dengan alat ukur yang terstandarisasi. Perkembangan ini meliputi kapan Si Kecil mulai bisa bicara, duduk, berjalan, dan lain sebagainya. Perkembangan anak tidak dapat diukur dengan alat, tetapi melihat dari cara Si Kecil beraktivitas, bersikap, dan bicara. \n\n \n\n Lantas apa yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak? \n\n \n\n Tumbuh kembang anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, genetik, kromosom, ras, dan jenis kelamin. Faktor eksternal meliputi stimulasi orangtua, keadaan ekonomi, sosial, dan nutrisi. \n\n \n\n Di periode emas anak, Anda harus lebih jeli dan cermat dalam memantau tumbuh kembang anak, karena akan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak selanjutnya. Dengan pantauan dan stimulasi yang tepat, tumbuh kembang anak akan optimal dan kelainan tumbuh kembang anak dapat dicegah sejak dini. \n\n \n\n Komponen Tumbuh Kembang Anak \n\n \n\n Tumbuh kembang anak memiliki empat komponen, yaitu, motorik kasar, motorik halus, sensorik, dan personal sosial. \n\n \n\n 1. Motorik kasar meliputi gerakan yang mulai dilakukan setiap anggota gerak tubuhnya, seperti berdisi, berlari, dan lainnya. \n\n \n\n 2. Motorik halus merupakan sentuhan yang mulai ditunjukkan, seperti usaha untuk meraih suatu benda yang ada di sekitarnya. \n\n \n\n 3. Kemampuan sensorik memperlihatkan bayi mulai mengeluarkan suara seperti ocehan seakan ingin menyampaikan sesuatu. \n\n \n\n 4. Kemampuan personal sosial lebih kepada kondisi lingkungan sekitar tempat ia tinggal. \n\n \n\n Keempat komponen ini harus dikawal sedini mungkin oleh para orangtua. Jika melihat ada hal yang janggal, hendaknya segera konsultasikan dengan pihak medis. \n\n \n\n Permasalahan yang dapat timbuh pada keempat komponen tumbuh kembang anak dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, yaitu: \n\n \n\n 1. Faktor turunan atau gen, contohnya anak yang mengidap down syndrom akan sulit untuk diobati. \n\n \n\n 2. Faktor lingkungan. Ketika anak tumbuh di lingkungan yang sunyi dan sepi dapat memengaruhi cara komunikasi anak yang nantinya cenderung jadi pendiam dan enggan untuk berbicara. Kondisi tersebut dapat diobati dengan rekayasa lingkungan melalui program terapi. \n\n \n\n 3. Faktor virus yang menyerang saat kehamilan dapat ditanggulangi dengan terapi. Ketika ada anak yang terlambat bicara atau bergerak, maka akan dilakukan intervensi untuk melatih anak tersebut. \n\n \n\n Tips Mengawal Tumbuh Kembang Anak \n\n \n\n 1. Kawal Tumbuh Kembang Anak Sejak Bayi \n\n Mengawal pertumbuhan dan perkembangan anak harus dilakukan oleh orangtua sejak dini. Apabila terlambat dalam menemukan kejanggalan dalam tumbuh kembang anak, maka dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak. \n\n \n\n 2. Jaga Nutrisi \n\n Jaga nutrisi tubuh agar tubuh dapat berkembang secara optimal dengan menjaga asupan dan pola makan, serta berolahraga. \n\n \n\n 3. Seimbangkan Aktivitas \n\n Para orangtua hendaknya jangan memandang anak sebagai orang dewasa mini yang artinya menghendaki anak agar melakukan sesuai keinginan orangtua dan memaksakan anak untuk beraktivitas seperti belajar mulai dari pagi hingga malam hari, karena akan menganggu proses tumbuh kembang, serta dapat memengaruhi tingkat stres anak. \n\n \n\n 4. Beri Stimulasi yang Tepat \n\n Dalam rangka mengawal tumbuh kembang anak, Anda juga perlu memberikan stimulai yang tepat seperti memberikan permainan yang sesuai dengan usia anak. Beri anak ruang untuk eksplorasi dengan lingkungannya agar mencapai tumbuh kembang yang optimal. \n\n \n\n \n\n Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil sejak dalam masa kandungan hingga 1000 hari pertama kehidupannya agar Si Kecil dapat tumbuh optimal dan baik. \n\n \n\n \n\n \n\n Narasumber : dr. Ikhsan Ali, M.Kes, Sp.A \n\n \n\n Spesialis Anak (Pediatri) \n\n \n\n Untuk membuat janji silahkan klik link berikut ini :https://www.herminahospitals.com/doctors/dr-ikhsan-ali-m-kes-sp-a \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Peran Orangtua dan Terapi ABK Autisme<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina bahwa 1-2% anak di dunia terdeteksi autis atau 1 dari 59 anak menderita autisme. Anak laki-laki lebih banyak terdiagnosa autisme dibanding perempuan. \n\n \n\n Autisme merupakan gangguan dalam perkembangan komunikasi, interaksi sosial, dan tidak bisa mengamati dan mengelola informasi. Sangat penting untuk mewaspadai gejala atau ciri-ciri autisme sedini mungkin, karena meskipun autisme tidak bisa disembuhkan, terdapat berbagai metode untuk menangani autisme yang bertujuan agar penderita dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, kondisi anak yang bagaimana yang harus orang tua waspadai? Di antaranya adalah: \n\n \n Tidak merespon jika dipanggil namanya \n Tidak tertarik berinteraksi atau menarik diri \n Kontak mata kurang \n Kesulitan memahami perasaan orang lain atau megungkapkan perasaannya sendiri \n Permainannya terbatas dan kurang imajinasi \n Kurang atau tidak dapat mencontoh kegiatan \n Tidak bisa bermain pura-pura \n Kesulitan mengekpresikan apa yang diinginkan \n Mengucapkan kata-kata yang tidak jelas atau pengulangan kata-kata yang tidak mempunyai arti \n Sulit beradaptasi dengan lingkungan baru \n Anak menunjukkan respon yang tidak lazim terhadap rangsangan \n \n\n \n\n Meskipun banyak metode yang bisa menangani penderita autisme agar dapat menyesuaikan diri, namun peran orangtua menjadi hal yang paling penting. “Guru pertama seorang anak adalah orang tuanya, namun guru terbaik bagi orang tua adalah anaknya”, sebagai orangtua, kita harus bisa menerima seutuhnya terlebih dahulu kondisi anak yang terdiagnosa autisme. \n\n \n\n Peran orangtua merupakan salah satu aspek dalam keberhasilan proses terapi, selain profesional dan terapis. Pada kenyataannya sering dijumpai orangtua menyerahkan sepenuhnya terapi anak autisnya pada klinik terapi yang dipilih, dengan alasan sudah membayar dengan mahal dan terapislah yang memahami metode terapi, padahal kerjasama profesional (dokter, terapis dan psikolog) dan orangtua (ayah dan ibu) diperlukan untuk keberhasilan terapi. Bentuk peran orangtua yang diharapkan dalam pelaksanaan terapi adalah menyediakan waktu untuk mengantar anak terapi, patuh menerapkan diet, memberi pengertian dan membangun kerja sama dengan saudara kandung lainnya, menambah ilmu seputar autisme, menjalin komunikasi dengan terapis tentang kemajuan belajar anak, membaca buku penghubung, konsisten dan menindaklanjuti program terapi di rumah. \n\n \n\n Tentunya anak autisme dengan orangtua yang menerima akan lebih dapat mengejar ketinggalan dibanding dengan anak autis yang mendapat penolakan dari orangtuanya. Maka dari itu sangat penting kerjasama antara orangtua, saudara kandung (keluarga), dan paramedis (dokter, terapis, psikolog). \n\n \n\n Sejauh ini belum diketahui penyebab autisme, siapa saja bisa mempunyai anak autisme. Namun keterlambatan tumbuh kembang penderita autisme bisa dikejar dengan penerimaan dan kasih sayang orangtua, dan tentunya dibantu dengan tenaga profesional (dokter dan terapis). \n\n \n\n Pecegahan sedini mungkin akan lebih baik, konsultasikan segera ke Klinik Tumbuh Kembang (KTK). Rumah Sakit Hermina Ciputat memiliki tim yang terdiri dari dokter (spesialis anak dan spesialis ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi), terapis (okupasi terapi, terapi wicara, fisioterapi) dan juga psikolog anak. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 08 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa Itu Terapi Okupasi?<\/a><\/h3>
Terapi okupasi adalah tenaga profesional kesehatan yang mengevaluasi dan memberikan perawatan terapi untuk anak–anak dan dewasa yang mengalami kesulitan berpartisipasi atau berperan dalam aktivitas bertujuan (occupation) pada kehidupan sehari–hari. \n\n \n\n Bidang okupasi meliputi aktivitas bantu diri, bermain dan melakukan aktivitas yang menyenangkan atau kerja. Untuk anak-anak, “kerja“ diartikan bermain, belajar dan aktivitas di sekolah. Perawatan terapi sering difokuskan untuk meningkatkan perkembangan anak pada area keterampilan motorik halus (seperti menggunting, dan mengancingkan baju), keterampilan bermain, keterampilan sosial dan bantu diri (seperti memakai baju, aktivitas mandi, berdandan, dan makan). \n\n \n\n Secara umum terapi okupasi memberikan pelayanan kepada pasien yang telah terdiagnosa dengan kesulitan belajar, stroke, autism spectrum disorder, gangguan pengolahan sensory, cerebral palsy, down syndrome, Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD), gangguan genetic, dan keterlambatan perkembangan \n\n \n\n Berikut kasus yang bisa ditangani oleh tenaga okupasi terapis: \n\n - Meningkatkan lingkup gerak sendi: keterbatasan/kelemahan pada gerakan kepala, leher, tubuh dan anggota gerak \n\n - Meningkatkan kekuatan otot: kesulitan menyesuaikan kemampuan keseimbangan (seperti jalan seperti beruang) dan mempertahankan posisi tubuh melawan gravitasi \n\n - Keterlambatan motorik halus: kesulitan dalam ketrampilan menulis dan menggunting, menjumput benda-benda kecil, dan mengancingkan baju \n\n - Kesulitan melakukan aktivitas bantu diri: kesulitan memakai baju, berdandan, menggosok gigi dan makan \n\n - Gangguan koordinasi bilateral: kesulitan menggunakan kedua tangan untuk menyelesaikan tugas (seperti menali sepatu, melempar/menangkap bola) \n\n - Gangguan persepsi visual: kesulitan mengorganisasi informasi visual dari lingkungan ke dalam tugas (seperti memasang puzzle) \n\n - Sensory processing disorder: kesulitan menyesuaikan respon pengalaman sensori (seperti sentuhan, rasa, suara dan lingkungan ), yang menganggu kemampuan menyelesaikan tugas sehari – hari \n\n \n\n Di Mana Terapi Okupasi Dilakukan? \n\n Terapi okupasi dapat dilakukan di Klinik Tumbuh Kembang RS Hermina Tangkubanprahu. Pelaksanaan terapi okupasi tentunya disesuaikan dengan kebutuhan seseorang yang akan menajalani terapi tersebut. Alasannya adalah terapi ini bertujuan utuk membantu mereka agar bisa beraktivitas dengan lancar dan mandiri. Sebab dokter atau ahli medis lainnya bisa langsung mendampingi mereka di tempat terapi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 25 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Anak Terlambat Bicara<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, anak mengalami keterlambatan bicara menjadi hal yang dikhawatirkan oleh para orang tua. Karena kemampuan berbahasa merupakan salah satu komponen terpenting dalam perkembangan anak. Bahasa dapat diartikan sebagai segala bentuk komunikasi ketika pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Selain itu, komunikasi efektif diperlukan dalam proses belajar, perkembangan emosi dan sosial, serta dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan komunikasi sejalan dengan kemajuan perkembangan anak terutama dalam hal kognitif, sosial emosi dan adaptasi. \n\n \n\n Sekitar 15% pada anak usia 2 tahun mengalami keterlambatan bicara (late talking toddlers). Penyebabnya multifactorial, bisa karena keturunan (genetic), pengaruh dari sosioekonomi (termasuk tingkat pendidikan) orang tua dan masalah medis lain. Sekitar setengah dari anak tersebut perkembangan bicara dan bahasanya akan kembali normal saat di follow up di usia 3-5 tahun, namun mereka mungkin masih mengalami kekurangan. Literatur lain menyebutkan anak dengan keterlambatan bicara sekitar 60% akan mengejar hingga usia 4 tahun tanpa ada masalah. \n\n \n\n Lalu, perkembangan seperti apa yang perlu diwaspadai oleh para orang tua? \n\n \n\n Usia 0-3 Bulan: \n\n • Kurang respons \n\n • Kurangnya kepekaan terhadap suara \n\n • Kurangnya kepekaan terhadap lingkungannya \n\n • Menangis dengan pola yang sama saat lelah, lapar atau nyeri \n\n • Masalah dalam menghisap atau menelan. \n\n \n\n Usia 3-6 Bulan: \n\n • Tidak bisa fokus, mudah overstimulasi \n\n • Kurangnya kepekaan terhadap bunyi, tidak melokalisir sumber bunyi/speaker \n\n • Kurangnya kepekaan terhadap orang dan benda di lingkungannya \n\n \n\n Usia 6-9 Bulan: \n\n • Tidak tampak memahami dan menikmati penghargaan sosial dari interaksi \n\n • Kurangnya koneksi dengan orang dewasa (seperti kurangnya kontak mata, tatapan mata resiprokal, permainan sosial resiprokal) \n\n • Tidak dapat ”babbling” atau bisa dengan sedikit/tanpa konsonan \n\n \n\n Usia 9-12 Bulan: \n\n • Mudah marah dengan bunyi yang tidak mengganggu bagi orang lain \n\n • Tidak menunjuk dengan jelas keinginannya akan suatu benda \n\n • Tidak mengkoordinasikan tindakan antara benda dan orang dewasa \n\n • Kurangnya pola yang konsisten dari ”babbling” yang berulang \n\n • Kurangnya respons yang menunjukkan pemahaman kata-kata atau bahasa tubuh \n\n • Bergantung secara eksklusif pada konteks untuk pemahaman bahasa \n\n \n\n Usia 12-18 Bulan: \n\n • Kurangnya bahasa tubuh untuk berkomunikasi \n\n • Tidak mencoba menirukan atau secara spontan memproduksi satu kata \n\n • Tidak persisten dalam berkomunikasi (seperti memberikan benda pada orang dewasa untuk minta bantuan, namun putus asa dengan mudahnya jika orang dewasa tidak memberikan respon segera) \n\n • Pemahaman kosakata yang terbatas (memahami kurang dari 50 kata atau frase tanpa bahasa tubuh atau petunjuk konteks) \n\n • Produksi kosakata terbatas (bicara kurang dari 10 kata) \n\n • Kurangnya pertumbuhan produksi kosakata (dari 12 sampai 18 bulan) \n\n \n\n Usia 18-24 Bulan \n\n • Bergantung pada bahasa tubuh tanpa bahasa verbal \n\n • Produksi kosakata terbatas (kurang dari 50 kata) \n\n • Tidak menggunakan kombinasi dua kata \n\n • Produksi konsonan terbatas \n\n • Percakapan tidak bertujuan \n\n •Regresi dalam perkembangan bahasa, berhenti berbicara atau memulai menggemakan frase yang dia dengar, umumnya tidak tepat \n\n \n\n \n\n Stimulasi pada anak memang seharusnya dilakukan sejak dini agar anak terhindar dari masalah keterlambatan berbicara atau speech delay. Namun, jangan khawatir, Sahabat Hermina bisa melakukan beberapa hal seperti berdiskusi mengenai hal-hal yang menarik bagi mereka, misalnya membahas tentang kartun kesukaan atau kegiatan yang dilalui selama satu hari, belajar bernyanyi bersama dengan makukan nyanyian dengan memberikan sedikit gerakan tarian agar anak merasa tertarik dan bercerita dengan menggunakan buku-buku dongeng yang dilengkapi gambar-gambar menarik merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi speech delay pada anak. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pastikan Pendengaran Si Kecil Normal saat Baru Lahir<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, gangguan pendengaran pada masa bayi akan menyebabkan gangguan wicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional. Identifikasi gangguan pendengaran secara dini dan intervensi yang sesuai sebelum usia 6 bulan terbukti dapat mencegah segala konsekuensi tersebut. The Joint Committee on Infant Hearing tahun 1994 merekomendasikan skrining pendengaran neonatus harus dilakukan sebelum usia 3 bulan dan intervensi telah diberikan sebelum usia 6 bulan. \n\n Otoacoustic Emissions (OAE) dan/ atau Automated Auditory Brainstem Response (AABR) direkomendasikan sebagai metode skrining pendengaran pada neonatus. Pemeriksaan ABR telah dikenal luas untuk menilai fungsi nervus auditorius, batang otak, dan korteks pendengaran. Pemeriksaan OAE sebagai penemuan baru dilaporkan dapat menilai fungsi koklea, bersifat non invasif, mudah dan cepat mengerjakannya, serta tidak mahal. \n\n Penggunaan daftar indikator risiko tinggi direkomendasikan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya gangguan pendengaran kongenital maupun didapat pada neonates, yaitu: \n\n - Riwayat keluarga gangguan pendengaran sensorineural permanen \n\n - Anomali telinga dan kraniofasial \n\n - Infeksi intrauterin berhubungan dengan gangguan pendengaran sensorineural (infeksi toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifilis) \n\n - Gambaran fisik atau stigmata lain yang berhubungan dengan sindrom yang diketahui berhubungan dengan gangguan pendengaran sensorineural, seperti sindrom Down, sindrom Wardenburg \n\n - Berat lahir kurang dari 1500 gram \n\n - Nilai Apgar yang rendah (0-3 pada menit kelima, 0-6 pada menit kesepuluh) \n\n - Kondisi penyakit yang membutuhkan perawatan di NICU 48 jam \n\n - Distres pernafasan (misalnya aspirasi mekoneum) \n\n - Ventilasi mekanik selama 5 hari atau lebih \n\n - Hiperbilirubinemia pada kadar yang memerlukan transfusi tukar \n\n - Meningitis bakterial \n\n - Obat-obatan ototoksik (misalnya gentamisin) yang diberikan lebih dari 5 hari atau digunakan sebagai kombinasi dengan loop diuretic. \n\n \n\n Bayi dengan salah satu atau lebih faktor risiko tersebut di atas harus menjalani evaluasi pendengaran dalam 2 bulan pertama kehidupan dan terus dievaluasi lebih lanjut walau hasilnya normal. Untuk itu, sangat penting untuk mengenali faktor resiko dan pemeriksaan penunjang fungsi pendengaran sebagai langkah awal pencegahan gangguan perkembahan wicara, kognitif dan sosial emosional. \n\n \n\n RS Hermina Galaxy menyediakan tes OAE serta dokter spesialis THT-KL yang siap membantu Anda memeriksa kesehatan pendengaran. Oleh karena itu, jangan ragu untuk dating dan konsultasikan kesehatan pendengaran Anda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Cerebral Palsy pada Anak<\/a><\/h3>
Cerebral palsy merupakan salah masalah neurologi anak. Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, ataupun postur yang disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan berkembang, paling sering sebelum kelahiran yang disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal, sering kali sebelum lahir. \n\n \n\n Bagaimana Prevalensinya di Indonesia? \n\n Di Indonesia, berdasarkan Susenas (BPS) RI tahun 2012 lalu, tercatat sebanyak 532.130 anak menderita cerebral palsy atau sekitar 0,6% dari jumlah seluruh anak. Hasil survei Riskesdas yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi anak dengan cerebral palsy di Indonesia memiliki jumlah besar yaitu 9 kasus dalam setiap 1000 kelahiran. \n\n \n\n Bagaimana Gejala Cerebral Palsy? \n\n Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi Anak (Tumbuh Kembang), Prof. dr. Bistok Saing, Sp.A. (K), gejala termasuk refleks berlebihan, anggota badan yang lemas atau kaku, dan gerakan tak terkendali. Ini muncul di anak usia dini. Adapun uraian gejala cerebral palsy pada anak, yaitu: \n\n \n Gangguan tumbuh kembang \n Terdapat bagian tubuh yang kaku \n Bayi hanya menggunakan satu sisi tubuh saja dalam beraktivitas. Misalnya saat merangkak, ia menopang tubuhnya hanya dengan tangan dan kaki kanan saja \n Gangguan pada penglihatan atau pendengaran \n Tidak bisa bicara atau terlambat bicara \n Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri \n Kejang \n \n\n \n\n Penyebab Cerebral Palsy \n\n Prof. dr. Bistok Saing, Sp.A (K) menambahkan, cerebral palsy adalah salah satu penyebab paling umum dari kecacatan yang terjadi pada anak-anak. Cerebral palsy atau yang disebut lumpuh otak disebabkan oleh gangguan perkembangan otak pada anak. Kondisi tersebut umumnya berlangsung pada masa kehamilan, tetapi juga dapat terjadi saat proses persalinan, atau beberapa tahun pertama setelah anak lahir. Selain itu, ada beberapa penyebab lain, yaitu: \n\n \n Genetik \n Masalah kelahiran prematur \n Tidak cukup darah, oksigen, atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran \n Cedera kepala yang serius \n Infeksi serius yang dapat memengaruhi otak, seperti meningitis \n \n\n \n\n Cara Mendiagnosis Cerebral Palsy? \n\n Dokter melakukan pemeriksaan penunjang pada seorang anak mengalami cerebral palsy, apabila terdapat sejumlah gejala yang telah dijelaskan sebelumnya, seperti: \n\n - Elektroensefalografi (EEG). Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat aktivitas listrik otak, dengan menggunakan bantuan alat khusus yang disambungkan ke kulit kepala. \n\n - Pemeriksaan Penunjang seperti CT-Scan dan MRI \n\n - Dokter Neurologi Anak juga dapat menjalankan pemeriksaan untuk menemukan adanya gangguan kecerdasan, serta gangguan dalam bicara, mendengar, melihat, dan bergerak. \n\n \n\n Bagaimana Pengobatan Cerebral Palsy? \n\n Cerebral palsy merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tetapi cacat dapat dibantu dengan terapi fisik, terapi okupasi, dan konseling psikolog anak. \n\n Terapi fisik membantu anak mengembangkan otot yang lebih kuat dan bekerja dengan keahlian, seperti berjalan, duduk, dan keseimbangan. Alat tertentu, misalnya penyangga logam untuk kaki, atau pembebat, mungkin juga bermanfaat bagi anak. \n\n Terapi okupasi, anak mengembangkan kemampuan motorik yang baik, misalnya untuk memakai baju, makan, dan menulis. \n\n Terapi bicara dan bahasa membantu anak dengan kemampuan berbicara. Anak dan keluarga dibantu dengan pendukung, pendidikan khusus, dan servis yang terkait. \n\n \n\n Sahabat Hermina, yuk mulai rutin lakukan pemeriksaan selama kehamilan agar kesehatan ibu serta tumbuh kembang janin dapat dipantau sehingga terhindar dari berbagai penyakit. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak<\/a><\/h3>
Orangtua tentunya sering mendengar mengenai 1.000 hari pertama kehidupan. Seribu hari pertama simulai sejak pertama kali terjadinya pembuahan di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. \n\n \n\n \n\n Apa Pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan? \n\n \n\n 1.000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas seorang anak. Pada masa ini terjadi perkembangan massa otak sekitar 70-80%. Itulah mengapa masa kritis pertumbuhan dan pekembangan seorang anak sangat ditentukan pada masa 1.000 hari pertama kehidupan. Keberhasilan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak dapat menciptakan sumber daya manusia yang unggul di masa yang akan datang. Sebaliknya, jika pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak optimal pada masa 1.000 hari pertama kehidupan ini, berbagai masalah dapat terjadi saat remaja dan dewasa kelak. \n\n \n\n \n\n Nutrisi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan \n\n \n\n Salah satu aspek yang digarisbawahi pada program 1.000 hari pertama kehidupan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi secara optimal. Kebutuhan nutrisi anak harus dipenuhi dengan baik sejak masih berada dalam kandungan. Itulah sebabnya, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik selama kehamilan sangat penting dan menjunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan. Bayi yang lahir prematur atau berat lahir rendah tentunya memiliki risiko gangguan kesehatan yang lebih tinggi setelah lahir karena sistem imunitas tubuh sangat berkaitan dengan status nutrisi. \n\n \n\n Setelah lahir, periode 2 tahun pertama merupakan periode yang sangat vital dalam perkembangan kemampuan makan anak. Itulah sebabnya, praktik infant feeding practice selama 2 tahun pertama kehidupan haruslah benar. Benar dalam artian meliputi benar jenis makanan yang diberikan, benar bentuk (konsistensi) makanan yang diberikan, benar jumlah makan yang diberikan, dan benar frekuensi makan yang diberikan. Selain itu, aspek keamanan makanan juga sangat penting diperhatikan dalam pemberian nutrisi kepada bayi. \n\n \n\n \n\n Bagaimana Cara Optimalisasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan? \n\n \n\n Ada berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat penting untuk diperhatikan pada masa 1.000 hari pertama kehidupan ini. Menjaga pemenuhan nutrisi seimbang sejak kehamilan, ASI ekslusif selama 6 bulan pertama, pemberian ASI ditambah makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat pada bayi di atas 6 bulan merupakan cara optimalisasi 1.000 hari pertama kehidupan. Selain aspek nutrisi, aspek simulasi, imuniasi, kasih sayang, dan higienitas sangat penting dalam optimalisasi tumbuh kembang anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan. \n\n \n\n Untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa 1.000 hari pertama kehidupan ini, kontrol rutin kehamilan hingga kontrol rutin setelah bayi lahir sangat diperlukan. Setelah bayi lahir, dianjurkan kontrol kesehatan setiap bulan selama 1 tahun pertama, kemudian setiap 3 bulan hingga anak berusia 2 tahun. \n\n \n\n Dengan kontrol rutin, dokter dapat mendeteksi dini adanya masalah pertumbuhan atau perkembangan anak sehingga dapat dilakukan intervensi dini untuk mengatasi masalah tersebut. Jika masalah ditangani pada masa 1.000 hari pertama kehidupan ini maka kemungkinan anak akan tetap dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangan norma semakin baik. Sebaliknya, jika terlambat terdeteksi dan ditangani, kemungkinan anak dapat kembali normal akan semakin kecil. \n\n \n\n Sahabat Hermina, jika anak mengalami hambatan dalam perkembangan segeralah konsultasikan dengan dokter spesialis tumbuh kembang anak agar perkembangannya dapat dipantau lebih baik. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Lampung<\/a><\/li>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
5 Tahapan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak<\/a><\/h3>
Tahap tumbuh kembang anak terbagi menjadi dua. Tumbuh (growth) adalah perubahan fisik yang dapat diukur; Kembang (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Masa balita seringkali disebut sebagai periode emas. Pada periode usia 0-5 tahun, terjadi peningkatan pesat pada pertumbuhan dan perkembangan balita. Yuk cari tahu selengkapnya. \n\n \n\n 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Si Kecil \n\n Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, dapat diukur, dan terjadi secara fisik. Pertumbuhan Si Kecil dapat dipantau melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan ukuran lainnya sesuai usia dengan standarisasi alat ukur tertentu. Sedangkan perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, misalnya Si Kecil dapat berjalan atau berbicara. Perkembangan dapat diamati dari cara ia bermain, belajar, berbicara, dan bersikap. \n\n Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, perbedaan ras, usia, genetik, dan kromosom. Sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi, dan stimulasi psikologis. \n\n Periode emas Si Kecil berlangsung pada rentang usia 0-5 tahun. Usia ini merupakan fase awal tumbuh kembang Si Kecil dan akan berpengaruh pada fase selanjutnya. Di masa ini, Ibu harus semakin cermat untuk mendapatkan hasil optimal dan mencegah terjadinya kelainan sedini mungkin. \n\n \n\n 2. Stimulasi Tumbuh Kembang Otak Si Kecil \n\n Stimulasi jaringan otak sangat penting selama periode emas Si Kecil. Semakin banyak stimulasi yang ibu berikan kepada Si Kecil, jaringan otak akan berkembang hingga mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika Si Kecil tidak pernah diberi stimulasi yang cukup, maka jaringan otaknya akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. \n\n Hal inilah yang menyebabkan perkembangan Si Kecil menjadi terhambat. Stimulasi yang kurang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan otak, penyimpangan tumbuh kembang, bahkan gangguan perkembangan yang menetap. Berikut tahapan stimulasi sesuai usia Si Kecil: \n\n - Usia 0-4 Bulan \n\n Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang. Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat oleh Si Kecil. Ajak Si Kecil tersenyum, bicara, dan mendengarkan musik. \n\n - Usia 4-6 Bulan \n\n Sering tengkurapkan Si Kecil. Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya. Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian. Beri mainan benda yang besar dan berwarna. \n\n - Usia 6-12 Bulan \n\n Ajari Si Kecil untuk duduk, ajak main ci-luk-ba, ajari memegang dan makan biskuit, ajari memegang benda kecil dengan 2 jari, berdiri dan berjalan dengan berpegangan, ajak bicara sesering mungkin, latih mengucapkan ma ma atau pa pa, beri mainan yang aman dipukul-pukul. \n\n - Usia 1-2 Tahun \n\n Ajari berjalan di undakan atau tangga, ajak membersihkan meja dan menyapu, ajak membereskan mainan, ajari mencoret-coret di kertas, ajari menyebut bagian tubuhnya, bacakan cerita anak, ajak bernyanyi, ajak bermain. \n\n - Usia 2-3 Tahun \n\n Ajari berpakaian sendiri, ajak melihat buku bergambar, bacakan cerita anak, ajari makan di piringnya sendiri, ajari cuci tangan, ajari buang air besar dan kecil di tempatnya \n\n - Usia 3-5 Tahun \n\n Minta Si Kecil menceritakan apa yang ia lakukan, dengarkan ia ketika bicara, jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan, awasi Si Kecil ketika mencoba hal-hal baru. \n\n \n\n 3. Pembagian Area Perkembangan Si Kecil \n\n Perkembangan Si Kecil dibagi menjadi beberapa area yaitu: motorik kasar (berjalan, berlari), motorik halus (menggambar), sensorik (melihat, mendengar, dll.), bahasa (mengucapkan kata lalu kalimat), dan sosial (bermain bersama, bermain bergantian). Pertumbuhan dan perkembangan berbeda-beda timbulnya, tetapi tetap ada batasan waktu yang cukup luas dimana masih dapat dikategorikan normal. \n\n Untuk mendukung pertumbuhan si Kecil diperlukan kecukupan gizi yang baik. Selain membantu pertumbuhan, dengan nutrisi dan kebiasaan makan yang baik, penyakit seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan obesitas dapat dicegah. Kurang nutrisi akan menyebabkan gangguan perkembangan intelektual. \n\n \n\n 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Si Kecil \n\n Selain itu, pertumbuhan gigi juga akan terlihat pada periode emas. Pertumbuhan gigi berbeda-beda tergantung keturunan, tetapi penyakit tertentu seperti rickets, hypotiroidism, hypopituitary, atau down syndrome dapat memperlambat tumbuhnya gigi. \n\n Secara umum, Si Kecil akan mempunyai 6 gigi di usia 12 bulan dan total 20 gigi susu pada usia 2,5 tahun. Gigi pertama bisa tumbuh pertama kalinya pada usia empat bulan. Namun, kebanyakan kasus gigi mulai tumbuh sekitar usia 6-7 bulan. Gigi susu yang pertama kali muncul ada di bagian seri depan di atas dan bawah. Gigi susu terakhir tumbuh ketika Si Kecil berusia 2-3 tahun. Pada usia ini, biasanya jumlah giginya sudah lengkap, yaitu 20 buah. \n\n Pertumbuhan gigi ditandai dengan pembengkakan gusi bawah. Kemungkinan besar Si Kecil akan merasa sakit karena pembengkakan ini bahkan mengalami demam. Si Kecil akan menjadi lebih rewel, sering menangis dan mengigit-gigit sesuatu. Di periode ini Si Kecil juga akan mengeluarkan lebih banyak air liur dibandingkan sebelumnya. Untuk itu, pakaikan alas dada yang terbuat dari handuk, agar ibu bisa selalu mengeringkan dagu dan pipi Si Kecil yang terkena liur, ini mencegah terjadi iritasi pada kulit. \n\n Bila gigi belum tumbuh pada waktunya, tidak perlu khawatir. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk merangsang pertumbuhan gigi, diantaranya: \n\n - Memberi mainan yang berguna untuk menstimulus pertumbuhan gigi sering disebut dengan teether. Pilihlah teether yang terbuat dari bahan yang aman. Pada umumnya semuanya terbuat dari karet. \n\n - Kandungan Kalsium pada susu juga sangat membantu pertumbuhan gigi si Kecil, oleh karena itu walaupun Si Kecil sudah lebih dari 6 bulan usahakan tetap memberi ASI yang cukup. \n\n - Beri makanan pembantu ASI yang mengandung kalsium seperti ikan laut dan beberapa jenis sayuran \n\n Gigi susu ini akan kemudian digantikan oleh gigi permanen pada usia 5-13 tahun. Jangan khawatir jika gigi Si Kecil tanggal akibat benturan ketika bermain karena gigi akan digantikan oleh gigi permanen. Contohnya, geraham pertama pada usia 5-7 tahun, disusul oleh gigi lainnya seperti gigi seri di usia 6-8 tahun. \n\n \n\n 5. Parameter Tumbuh Kembang Si Kecil \n\n Bila tumbuh kembang kurang menurut alat ukur standar. Si Kecil yang berusia 1 tahun seharusnya dapat berjalan 1 atau 2 langkah tanpa bantuan, berbicara beberapa kata, dan bertepuk tangan. Si Kecil dapat berlari, membalik kertas, berbicara sekitar 10 kata, menggambar garis lurus di usia 2-2,5 tahun. Di usia 3 tahun, Si Kecil sudah dapat memakai pakaian sendiri kecuali memasang kancing, menghitung sampai 10. Di usia 4 tahun Si Kecil dapat berdiri dan melompat dengan 1 kaki, memakai pakaian dengan baik, melempar bola dengan 1 tangan. Pada usia 5 tahun si Kecil sudah dapat menangkap bola, mengenali 4 warna, dan ketika usia 6 tahun si Kecil sudah dapat berjalan di satu garis lurus, dan menulis. Masih banyak ukuran lainnya dalamdevelopmental milestones. \n\n \n\n Ketika Si Kecil tidak mampu untuk melakukan hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh teman seusianya menurut milestones, maka mungkin Si Kecil mengalami keterlambatan perkembangan. Jika keterlambatan perkembangan terjadi pada beberapa area, maka Si Kecil bisa dikatakan mengalami global development delay. Pada banyak kasus, gangguan perkembangan membutuhkan bantuan agar dapat mencapai potensi maksimal mereka. \n\n \n\n Peran keluarga, personil sekolah, dan petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan si Kecil. Apabila Si Kecil tampak lebih maju atau lambat dibanding teman sepantarannya, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Si Kecil wajib dibawa ke posyandu atau ke fasilitas kesehatan lainnya setiap bulan untuk diukur dan dipantau perkembangannya. Sehingga kelainan maupun keterlambatan yang mungkin terjadi dapat terdeteksi sedini mungkin. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu Internet Gaming Disorder?<\/a><\/h3>
Fenomena Internet Gaming Disorder (IGD) muncul akibat dari ketidakmampuan untuk mengontrol penggunaan internet dan video games. Secara definisi IGD adalah sebuah gangguan yang dikarakteristikkan dengan ketidakmampuan suatu individu dalam mengontrol penggunaan internet atau video games dalam hidupnya. Hal tersebut dapat menimbulkan distres nyata dan gangguan fungsional dari kehidupan seperti performa akademik, interaksi sosial, minat pekerjaan, dan masalah perilaku. Ini adalah sebuah definisi yang masih dikategorikan baru, dikarenakan masih banyaknya studi yang dilakukan untuk mempelajari fenomena ini. \n\n \n\n Internet telah menjadi alat yang sangat penting dalam berbagai konteks yang berbeda, dan telah muncul minat yang meningkat dalam penelitian tentang penggunaan Internet yang bermasalah. Tahun 2015, Sensus menemukan bahwa remaja berusia 13 hingga 18 tahun menghabiskan rata-rata harian lebih dari 6,5 jam pada hiburan layar (termasuk TV, ponsel pintar, komputer, permainan video, streaming video, dan sebagainya) dan rata-rata harian remaja usia 8 hingga 12 adalah lebih dari 4,5 jam. \n\n \n\n Penggunaan internet patologis dikarakateristikkan dengan berlebihannya atau tidak terkontrol dengan baik keinginan dan kebiasaan penggunaan internet yang berujung pada gangguan dan stres. Kecanduan internet juga telah dikaitkan dengan depresi yang diukur secara dimensi dan indikator isolasi sosial. Ko-morbiditas psikiatrik umum terjadi, terutama perubahan mood, kecemasan, kontrol impuls dan gangguan penggunaan narkoba. \n\n \n\n IGD merujuk kepada penggunaan video games baik online maupun offline mempunyai 9 kriteria seperti; \n\n (1) keasyikan dalam bermain internet games, \n\n (2) gejala withdrawal seperti lekas marah, cemas, atau sedih, \n\n (3) pengembangan toleransi, \n\n (4) kegagalan usaha untuk mengontrol perilaku tersebut, \n\n (5) hilangnya minat pada aktivitas lain, \n\n (6) berlanjutnya penggunaan berlebihan meskipun mengetahui masalah psikososial yang ditimbulkannya, \n\n (7) berbohong kepada orang lain mengenai jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain game, \n\n (8) penggunaan perilaku ini untuk melarikan diri atau menghilangkan suasana hati yang negatif, dan \n\n (9) membahayakan atau kehilangan hubungan/pekerjaan/kesempatan pendidikan secara signifikan. \n\n \n\n Indonesia merupakan negara yang masih memiliki data yang terbatas terkait riset mengenai IGD. Data yang telah ada sebelumnya telah dilakukan studi oleh penulis di lingkungan perkotaan yogyakarta bahwa remaja yang memiliki diagnosis IGD telah terbukti memiliki adanya gangguan kognitif dalam bentuk gangguan atensi, memori, dan gangguan berbahasa. Selain kognitif, terdapat juga beberapa hal yang terdampak yaitu gangguan mata lelah, carpal tunnel syndrome, nyeri kepala berulang, dan gangguan tidur. \n\n \n\n Untuk mendiagnosis dan melakukan terapi kepada seseorang dengan Internet Gaming Disorder memerlukan adanya pemeriksaan secara lengkap dan melibatkan bagian multidisipliner. Bila Anda dan keluarga melihat adanya gejala gangguan diatas pada orang terdekat Anda yang rutin menggunakan gadget maupun video games, silahkan bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan secara lengkap. \n\n \n\n Pencegahan agar tidak terjadinya fenomena IGD ini adalah dengan membatasi lingkup dan fasilitas bermain anak dengan selektif sedini mungkin. American Academy of Pediatrics (AAP) menyampaikan bahwa para orang tua sebaiknya tidak memberikan gadget sama sekali kepada anak hingga usia 18 bulan. Namun, bila sekedar menggunakan handphone untuk video call dengan keluarga masih diperbolehkan. \n\n \n\n Pada usia 18-24 bulan anak dipersilakan mengenal smartphone dan menggunakannya bersama dengan orangtua. Penggunaannya pun terbatas untuk melihat konten video edukatif maupun game edukatif sesuai umurnya. Sejak usia 2 tahun hingga 5 tahun anak sebaiknya hanya melihat smartphone selama 1 jam per hari, dan usia 5-10 tahun hanya menggunakan maksimal 2 jam per hari. \n\n \n\n Sebisa mungkin mengedukasi anak untuk menghindari game online yang mengandung kekerasan maupun unsur dewasa dikarenakan efeknya yang memengaruhi otak secara langsung dan memengaruhi tingkah laku anak. Pada anak yang sudah mencapai umur remaja, ajaklah anak berdiskusi dan berikan pengertian mengenai baik dan buruknya pengaruh game terhadap mereka. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 05 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Normalkah Tumbuh Kembang Anak Saya? <\/a><\/h3>
Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang saling berkaitan, sulit dipisahkan dan terjadi secara simultan. Namun keduanya adalah dua hal yang berbeda. \n\n Pertumbuhan (Growth) didefiniskan sebagai pertambahan jumlah dan ukuran sel, perubahan ukuran dan proporsi, bersifat kuantitatif dan dapat diukur dengan satuan berat atau panjang (antropometri). Contoh pertumbuhan antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar kepala. \n\n Sedangkan perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, bersifat kualitatif dan merupakan hasil interaksi kematangan sistem saraf pusat dengan organ yang dipengaruhi. Misalnya perkembangan bicara, emosi, sosial dan kemampuan bahasa. \n\n \n\n Kapankah Tahap Tumbuh Kembang Anak Dimulai? \n\n Tumbuh kembang berlangsung sejak konsepsi (pembuahan) hingga berakhirnya masa remaja. \n\n Tahap tumbuh kembang anak dibagi menjadi: \n\n 1. Masa Intrauterin (dalam kandungan) \n\n 2. Masa Postnatal (masa setelah lahir) \n\n - masa neonatal (usia 0-28 hari) \n\n - masa bayi (usia 1 bulan-2 tahun) \n\n - masa prasekolah (usia 2-6 tahun) \n\n - masa sekolah atau masa pubertas (♀ 6-10 tahun, ♂ 8-12 tahun) \n\n - masa adolesensi atau masa remaja (♀ 10-18 tahun, ♂ 12-20 tahun) \n\n \n\n Faktor Apa Saja yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak? \n\n Ada dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu: \n\n 1. Faktor Genetik \n\n Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan dan perkembangan melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi. \n\n 2. Faktor Lingkungan \n\n Lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terdiri dari lingkungan mikro yaitu lbu (atau pengganti ibu) yang merupakan lingkungan pertama dan paling erat sejak janin di dalam kandungan. Selanjutnya ayah, kakak, adik, nenek-kakek, pengasuh, status sosial ekonomi, sarana didalam rumah, sarana bermain dll. Hal-hal di luar rumah seperti sanitasi lingkungan,teman bermain, sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan formal dan non-formal merupakan lingkungan meso yang secara langsung atau tak langsung juga dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. \n\n \n\n Bagaimana Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak? \n\n Anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal bila kebutuhan dasar anak terpenuhi. Ada tiga kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak, yaitu: \n\n ASIH, yaitu kebutuhan emosi/kasih sayang yang meliputi perhatian, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, dihargai. \n\n ASUH, yaitu kebutuhan fisik-biomedis yang meliputi gizi dan kesehatan \n\n ASAH, yaitu kebutuhan stimulasi mental yang meliputi stimulasi dini pada semua indera, sistem motorik, komunikasi, emosi-sosial dan pendidikan. \n\n \n\n Bagaimana Mendeteksi Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak? \n\n Gangguan tumbuh kembang dapat diketahui dengan pemantauan berkala dan skrining sejak kehamilan hingga setelah bayi lahir. Pemantauan berkala dan skrining tumbuh kembang merupakan suatu prosedur awal yang sangat penting. Namun sayangnya, di Indonesia, partisipasi masyarakat masih belum optimal. Berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) masih banyak anak umur 6-59 bulan yang tidak ditimbang secara berkala. \n\n \n\n Bagaimana Prosedur Skrining Tumbuh Kembang? \n\n Parameter yang perlu diperhatikan dalam skrining pertumbuhan antara lain berat badan, tinggi/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, panjang lengan/tungkai. Data pengukuran tersebut kemudian diplot dan dibandingkan dengan standard yang sudah disepakati, misalnya standart dari WHO. \n\n Sedangkan dalam skrining perkembangan, ada 4 aspek yang dinilai yaitu: Motorik kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian. Penilaian tersebut menggunakan tolak ukur (milestone) perkembangan pada tiap tahapan usia. Apabila perkembangan seorang anak belum sesuai dengan milestone yang seharusnya bisa, maka anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan. \n\n \n\n Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur: \n\n 1. Umur 0-3 bulan \n\n - Mengangkat kepala setinggi 45 derajat \n\n - Menggerakan kepala dari kiri/kanang ke tengah \n\n - Melihat dan menatap wajah Anda \n\n - Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh \n\n - Suka tertawa keras \n\n - Bereaksi terkejut terhadap suara keras \n\n - Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum \n\n - Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak \n\n \n\n 2. Umur 3-6 Bulan \n\n - Berbalik dari telungkup ke telentang \n\n - Mengangkat kepala setinggi 90 derajat \n\n - Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil \n\n - Menggenggam pensil \n\n - Meraih benda yang ada dalam jangkauannya \n\n - Memegang tangannya sendiri \n\n - Berusaha memperluas pandangan \n\n - Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil \n\n - Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau melengking \n\n - Tersenyum ketika melihat mainan/gambar menarik saat bermain sendiri \n\n \n\n 3. Umur 6-9 Bulan \n\n - Duduk (sikap tripoid-sendiri) \n\n - Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan \n\n - Merangkak meraih mainan atau medekati seseorang \n\n - Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya \n\n - Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan \n\n - Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup \n\n - Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata \n\n - Mencari mainan/benda yang di jatuhkan \n\n - Bermain tepuk tangan/ciluk ba \n\n - Bergembira dengan melempar benda \n\n - Makan kue sendiri \n\n \n\n Jadi, apabila dalam pemantauan dan skrining tumbuh kembang didapatkan penyimpangan, maka diperlukan penulusuran lebih lanjut dengan tambahan pemeriksaan lanjutan agar diagnosis dapat dibuat, sehingga intervensi dan pengobatan dapat dilakukan secara optimal. \n\n \n\n Sahabat Hermina, jika terkendala dalam pemantauan tumbuh kembang sang buah hati, bisa dikonsultasikan ke dokter spesialis anak di RS Hermina Solo. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 14 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tanda Bahaya (Red Flag) pada Perkembangan Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, bagaimana rasanya saat pertama kali mendengar celotehan Si Kecil? Tentunya sangat senang sekali mendengarnya mengucapkan kata-kata baru yang tak terduga sebelumnya. Tetapi, tahukah Sahabat Hermina bahwa pertumbuhan dan perkembangan buah hati menjadi salah satu prioritas utama orangtua? \n\n Pada masa perkembangan dan pertumbuhan anak, peran orangtua sangat besar. Harus Sahabat Hermina pahami bahwa perkembangan setiap anak berbeda. Mereka memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda diantara anak seusianya. \n\n Dalam menilai perkembangan anak, Sahabat Hermina dapat merujuk pada tahap perkembangan anak atau yang sering kita kenal dengan istilah milestone. Salah satu tahap perkembangan adalah perkembangan bahasa atau kognisi. Untuk itu, orangtua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) pada perkembangan anak, di antaranya: \n\n Usia neonatal: Pada usia neonatal 0- 28 hari bayi tidak berespon pada suara keras \n\n Usia 2 bulan: Pada usia bayi 2 bulan bayi tidak bangun dengan rangsangan suara \n\n Usia 4 bulan: Pada usia bayi 4 bulan tidak terdengar suara ocehan (cooing), pada masa ini bunda harus sudah mulai waspada \n\n Usia 6 bulan: Pada usia bayi 6 bulan bayi tidak merespon atau menoleh terhadap sumber suara \n\n Usia 9 bulan: Pada usia bayi 9 bulan bayi kurang dalam ocehan (babbling) yang disertai konsonan \n\n Usia 12 bulan: Pada usia bayi 12 bulan tidak merespon ketidak dipanggil, lebih cuek dan tidak mengerti jika dikatakan “tidak” \n\n Usia 15 bulan: Pada usia bayi 15 bulan bayi tidak mampu mengucapkan 1 katapun seperti “mama, papa, dada” \n\n Usia 18 bulan: Pada usia bayi sudah menginjak 18 bulan bayi tidak mampu menggunakan minimal 6 kata \n\n Usia 24 bulan: Kurang kosakata, kurang dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata yang memiliki makna. Tidak mampu mengikuti instruksi sederhana. \n\n Usia 36 bulan: Tidak dapat mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3 kata \n\n \n\n Bagaimana jika buah hati masuk dalam fase keterlambatan perkembangan? Sahabat Hermina bisa segera konsultasikan dengan dokter spesialis tumbuh kembang anak untuk mengetahui terapi yang tepat. Semakin cepat orangtua menyadari keterlambatan perkembangan pada anak, semakin cepat pula penanganan yang dapat diberikan sehingga Si Kecil dapat tumbuh dengan optimal. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Sumber: Scharf R.J, Scharf G.J, Stroustrup A. 2016. Developmental Milestone. Pediatric in \n\n \n\n Review : Vol 37(1), 25-38. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 14 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>