kandungan

MENGENAL KEHAMILAN EKTOPIK

MENGENAL KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik adalah kelainan implantasi dari pembuahan sel telur. Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma secara alami seharusnya akan menempel pada dinding rahim. Namun, pada kehamilan ektopik hasil pembuahan ini menempel pada tempat lain selain di dinding rahim.

Gejala Kehamilan Ektopik

Pengidap kehamilan ektopik biasanya tetap merasakan gejala layaknya orang hamil pada umumnya, seperti mual, muntah, dan perut yang membesar. Pada umur kehamilan tertentu ketika saluran indung telur tidak dapat menampung hasil pembuahan yang semakin besar, pengidap biasanya merasakan gejala sebagai berikut:

 

1) Nyeri yang sangat hebat, nyeri tajam hilang timbul dengan intensitas yang berbeda. Nyeri dapat dirasakan di daerah panggul, perut, atau bahkan menjalar hingga bahu dan leher.

2) Perdarahan pada Miss V, perdarahan muncul dengan jumlah yang dapat lebih banyak atau lebih sedikit daripada saat haid.

3) Gejala pada daerah perut, seperti mual, muntah, dan rasa penuh atau tidak enak di perut.

Lemah, pusing, hingga pingsan.

4) Tempat yang paling sering menjadi tempat penempelan adalah di saluran indung telur, di mana tempat ini seharusnya tidak dirancang untuk penempelan hasil pembuahan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kehamilan ektopik sering dikatakan sebagai “hamil di luar kandungan”.

Penyebab Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh satu atau beberapa sebab berikut:

- Infeksi atau peradangan pada daerah saluran indung telur, sehingga terjadi perlengketan yang menutup jalan sel telur yang telah dibuahi menuju ke dinding rahim

- Jaringan parut dari bekas operasi daerah rahim dan panggul sebelumnya. Atau operasi yang melibatkan saluran indung telur dapat menyebabkan kehamilan ektopik karena adanya penutupan saluran indung telur

- Abnormalitas pertumbuhan dari janin, atau adanya cacat janin, yang menyebabkan hasil pembuahan tidak dapat menempel pada dinding rahim

- Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

- Ada beberapa risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik, salah satunya sebagai berikut:

Usia saat hamil 35-44 tahun.

Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.

Riwayat operasi daerah panggul atau perut sebelumnya.

Penyakit radang panggul.

Pembuahan yang terjadi setelah pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) atau setelah pengikatan saluran indung telur (steril).

Merokok.

Penyakit peradangan dinding rahim (endometriosis).

Sedang dalam pengobatan kesuburan, karena beberapa obat dapat mempengaruhi jumlah produksi getah rahim, sehingga mempengaruhi implantasi pada hasil pembuahan.

Diagnosis Kehamilan Ektopik

Dokter melakukan pemeriksaan daerah panggul dan perut untuk memastikan adanya perdarahan pada daerah sekitar yang diakibatkan pecahnya hasil pembuahan.

 

Beberapa pemeriksaan penunjang berikut diperlukan untuk memastikan diagnosis kehamilan ektopik:

 

Tes kehamilan, dokter dapat meminta tes kehamilan dari darah berupa kadar hCG untuk memastikan pengidap benar-benar hamil.

USG, dilakukan untuk melihat adanya kantong kehamilan pada lokasi-lokasi tertentu seperti di saluran indung telur. USG dapat dilakukan melalui Miss V (USG transvagina) atau dapat melalui dinding perut (USG abdomen).

Darah rutin, tes darah rutin dapat dilakukan untuk melihat apakah pengidap mengalami anemia yang diakibatkan oleh perdarahan dari pecahnya kantung kehamilan. Dokter dapat merencanakan pemberian transfusi dari hasil tes darah rutin.

 

Pencegahan Kehamilan Ektopik

Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan ektopik. Meskipun angka kejadiannya berkisar 1 dari 50 kehamilan, ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kehamilan ektopik:

 

Membatasi jumlah pasangan seksual, untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi menular seksual.

Menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks berisiko, untuk menghindari infeksi menular seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul.

Tidak merokok, jika pengidap adalah perokok, berhenti merokok saat sedang hamil.

 

Bedah laparaskopi, prosedur ini merupakan tindakan untuk mengevakuasi perdarahan yang terjadi di dalam rongga perut atau rongga panggul dengan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan alat laparaskopi. Penyembuhan cenderung lebih cepat dibandingkan prosedur bedah konvensional.

 

MENGENAL KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik adalah kelainan implantasi dari pembuahan sel telur. Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma secara alami seharusnya akan menempel pada dinding rahim. Namun, pada kehamilan ektopik hasil pembuahan ini menempel pada tempat lain selain di dinding rahim.

 

Gejala Kehamilan Ektopik

Pengidap kehamilan ektopik biasanya tetap merasakan gejala layaknya orang hamil pada umumnya, seperti mual, muntah, dan perut yang membesar. Pada umur kehamilan tertentu ketika saluran indung telur tidak dapat menampung hasil pembuahan yang semakin besar, pengidap biasanya merasakan gejala sebagai berikut:

 

1) Nyeri yang sangat hebat, nyeri tajam hilang timbul dengan intensitas yang berbeda. Nyeri dapat dirasakan di daerah panggul, perut, atau bahkan menjalar hingga bahu dan leher.

2) Perdarahan pada Miss V, perdarahan muncul dengan jumlah yang dapat lebih banyak atau lebih sedikit daripada saat haid.

3) Gejala pada daerah perut, seperti mual, muntah, dan rasa penuh atau tidak enak di perut.

Lemah, pusing, hingga pingsan.

4) Tempat yang paling sering menjadi tempat penempelan adalah di saluran indung telur, di mana tempat ini seharusnya tidak dirancang untuk penempelan hasil pembuahan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kehamilan ektopik sering dikatakan sebagai “hamil di luar kandungan”.

 

Penyebab Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh satu atau beberapa sebab berikut:

Infeksi atau peradangan pada daerah saluran indung telur, sehingga terjadi perlengketan yang menutup jalan sel telur yang telah dibuahi menuju ke dinding rahim

Jaringan parut dari bekas operasi daerah rahim dan panggul sebelumnya. Atau operasi yang melibatkan saluran indung telur dapat menyebabkan kehamilan ektopik karena adanya penutupan saluran indung telur

Abnormalitas pertumbuhan dari janin, atau adanya cacat janin, yang menyebabkan hasil pembuahan tidak dapat menempel pada dinding rahim

 

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Ada beberapa risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik, salah satunya sebagai berikut:

Usia saat hamil 35-44 tahun.

Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.

Riwayat operasi daerah panggul atau perut sebelumnya.

Penyakit radang panggul.

Pembuahan yang terjadi setelah pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) atau setelah pengikatan saluran indung telur (steril).

Merokok.

Penyakit peradangan dinding rahim (endometriosis).

Sedang dalam pengobatan kesuburan, karena beberapa obat dapat mempengaruhi jumlah produksi getah rahim, sehingga mempengaruhi implantasi pada hasil pembuahan.

 

Diagnosis Kehamilan Ektopik

Dokter melakukan pemeriksaan daerah panggul dan perut untuk memastikan adanya perdarahan pada daerah sekitar yang diakibatkan pecahnya hasil pembuahan.

 

Beberapa pemeriksaan penunjang berikut diperlukan untuk memastikan diagnosis kehamilan ektopik:

Tes kehamilan, dokter dapat meminta tes kehamilan dari darah berupa kadar hCG untuk memastikan pengidap benar-benar hamil.

USG, dilakukan untuk melihat adanya kantong kehamilan pada lokasi-lokasi tertentu seperti di saluran indung telur. USG dapat dilakukan melalui Miss V (USG transvagina) atau dapat melalui dinding perut (USG abdomen).

Darah rutin, tes darah rutin dapat dilakukan untuk melihat apakah pengidap mengalami anemia yang diakibatkan oleh perdarahan dari pecahnya kantung kehamilan. Dokter dapat merencanakan pemberian transfusi dari hasil tes darah rutin.

 

Pencegahan Kehamilan Ektopik

Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan ektopik. Meskipun angka kejadiannya berkisar 1 dari 50 kehamilan, ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kehamilan ektopik:

Membatasi jumlah pasangan seksual, untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi menular seksual.

Menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks berisiko, untuk menghindari infeksi menular seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul.

Tidak merokok, jika pengidap adalah perokok, berhenti merokok saat sedang hamil.

 

Categories