4 Gangguan Bicara yang Bisa Dialami Anak Sejak Dini
Gagap adalah salah satu jenis gangguan bicara pada anak. Gagap adalah gangguan bicara berupa pengulangan yang tidak disengaja, memperpanjang suara dan ragu-ragu atau berhenti sebelum berbicara. Gagap bisa dimulai saat awal bicara atau didapat di kemudian hari karena trauma otak. Penyebab pasti gagap pada anak belum diketahui. Namun, anak-anak yang memiliki keluarga yang gagap memiliki risiko 3 kali lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan bicara tersebut."
Setiap orangtua pasti sangat memperhatikan pertumbuhan sang buah hati. Salah satu hal yang ditakuti orangtua adalah bila Si Kecil terlambat berbicara. Pada pertumbuhan normal, anak usia 1,5 tahun minimal sudah bisa mengucapkan minimal 5 kata. Seorang anak bisa dikatakan terlambat berbicara jika sudah mencapai umur 2-3 tahun, tetapi belum bisa berbicara dengan lancar.
Berikut ini beberapa jenis gangguan bicara pada anak, antara lain:
1. Disartria
Disartia merupakan kelainan pada sistem saraf, sehingga memengaruhi otot yang berfungsi untuk berbicara. Kondisi ini tidak memengaruhi kecerdasan maupun tingkat pemahaman Si Kecil. Disartria ditandai dengan gejala suara serak, nada bicara yang monoton, berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat, bicara cadel, tidak mampu bicara dengan volume yang keras, kesulitan dalam menggerakkan lidah maupun otot-otot wajah, dan kesulitan dalam menelan karena air liur keluar secara tidak terkontrol.
Si Kecil pengidap kondisi ini mengalami kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicara, karena bagian otak serta saraf yang mengontrol pergerakan otot tersebut tidak berfungsi dengan normal. Beberapa kondisi medis yang dapat menimbulkan disartria, antara lain cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau kelumpuhan otak.
2. Apraksia
Apraksia merupakan gangguan saraf pada otak yang membuat anak kesulitan dalam mengkoordinasi otot yang digunakan saat berbicara. Anak dengan kondisi ini mengetahui apa yang ingin dikatakan, tetapi kesulitan untuk berbicara. Apraksia pada anak biasanya disebabkan oleh gangguan genetik dan metabolisme. Selain itu, kondisi ini juga dapat dialami jika ibu mengonsumsi alkohol atau obat terlarang saat sedang hamil. Apraksia biasanya baru bisa terdeteksi pada anak di bawah usia tiga tahun.
Gejala yang muncul antara lain, kurangnya ocehan ketika bayi, tampak kesulitan menggerakkan mulut untuk mengunyah, menghisap atau meniup, serta lebih sering menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Selain itu, gejala juga bisa berupa kesulitan saat mengucapkan huruf konsonan yang berada di awal dan akhir kata, dan susah mengucapkan kata yang sama untuk kedua kalinya.
3. Fragile X Syndrome (FXS)
Ini adalah kelainan genetik bawaan yang merupakan penyebab paling umum dari cacat intelektual bawaan pada anak laki-laki serta autisme (sekitar 30 persen anak-anak dengan FXS mengalami autisme). Sindrom ini juga memengaruhi anak perempuan, meskipun biasanya gejala mereka cenderung lebih ringan. FXS adalah penyebab gangguan intelektual paling umum kedua setelah sindrom Down.
FXS terjadi ketika ada mutasi gen FMRI dan merupakan kelainan bawaan. Bila seorang anak menerima kromosom C yang telah bermutasi sebelumnya dari salah satu orangtuanya (sebagai karier), ia berisiko lebih besar mengembangkan FXS. Mendiagnosis fragile x syndrome tidaklah mudah bagi orangtua dan dokter pada awal kehidupan anak. Beberapa tanda fisik terlihat dalam 9 bulan pertama. Tanda-tanda tersebut termasuk wajah yang memanjang dan mata yang menonjol.
Kecacatan intelektual, masalah bicara dan bahasa, serta kecemasan sosial juga sering terjadi pada anak-anak dengan FXS. Gejala gangguan bicara yang dialami anak dengan FXS, antara lain sering mengulang-ulang kata dan frasa, kalimat yang berantakan dan mengalami kesulitan dengan pragmatik bicara.
4. Gagap
Gagap adalah gangguan bicara berupa pengulangan yang tidak disengaja, memperpanjang suara dan ragu-ragu atau berhenti sebelum berbicara. Gagap bisa dimulai saat awal bicara atau didapat di kemudian hari karena trauma otak.
Penyebab pasti gagap pada anak belum diketahui. Namun, anak-anak yang memiliki keluarga yang gagap memiliki risiko 3 kali lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan bicara tersebut. Gagap juga lebih sering terjadi pada anak yang memiliki kelainan bawaan seperti cerebral palsy.
Anak yang gagap biasanya tidak kesulitan menghasilkan suara yang sebenarnya. Stres dan kegugupan lah yang sering memicu banyak kasus gagap. Jadi, bila anak tidak merasa cemas saat berbicara, kegagapan mungkin tidak memengaruhi ucapannya.
Bila ibu merasa Si Kecil memiliki tanda-tanda gangguan bicara tertentu, bicarakanlah pada dokter agar bisa mendapatkan perawatan sedini mungkin. Ibu juga bisa bertanya mengenai tumbuh kembang anak pada dokter melalui aplikasi Halo Hermina