#dbd, #gejala, #pancaroba, #sakitdbd, #spesialispenyakitdalam

Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi. Demam dengue disebabkan oleh empat serotipe virus dengue (DENV) yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 yang umumnya tersebar luas di wilayah beriklim tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Kejadian demam dengue telah meningkat secara dramatis selama beberapa dekade terakhir ini. Sekitar setengah dari populasi dunia kini beresiko terkena demam berdarah dengue dengan perkiraan 100–400 juta infeksi terjadi setiap tahun.

Masa inkubasi infeksi virus dengue adalah 4-10 hari. Infeksi virus dengue dapat menimbulkan spektrum penyakit mulai dari yang asimptomatik, flu like syndrome, demam dengue, demam berdarah dengue, dengue shock syndrome hingga kematian. Perjalanan penyakit demam dengue/ demam berdarah dengue sangat erat kaitannya dengan menghitung hari demam, karena dengan mengetahui hari demam tersebut kita dapat memperkirakan penderita sedang berada dalam fase tertentu.  

Setelah masa inkubasi penderita akan mengalami 3 fase penyakit yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.

  • Fase demam (demam hari 1-3)

Demam mendadak tinggi merupakan gejala yang khas pada fase ini. Demam mendadak tinggi ini biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai facial flushing, eritema kulit, sakit di seluruh tubuh, mialgia, atralgia, sakit kepala, anoreksia, mual dan muntah. Sakit tenggorokan, faring hiperemis, dan injeksi konjungtiva terkadang ditemukan juga pada penderita.

  • Fase kritis (demam hari 4-6)

Awal fase kritis umumnya ditandai dengan penurunan suhu tubuh, dan umumnya terjadi pada hari 3-7 perjalanan penyakit. Disebut fase kritis karena pada fase ini terjadi kebocoran plasma (biasanya berlangsung selama 24- 48 jam). Pada fase ini penting sekali memantau timbulnya perdarahan dan kebocoran plasma ke rongga pleura dan abdomen, menerapkan terapi yang tepat, dan menstabilkan volume cairan dalam tubuh. Tanda-tanda kebocoran plasma meliputi terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit mendadak ≥20% dari awal), adanya asites, efusi pleura, albumin serum atau protein yang rendah. Jika tidak ditangani dengan baik, keadaan tersebut dapat menyebabkan deplesi volume intravaskular dan dekompensasi kordis.

  • Fase konvalesens (reabsorbsi)

Fase ketiga ini dimulai saat fase kritis berakhir yang ditandai dengan berhentinya kebocoran plasma dan dimulainya reabsorpsi cairan. Selama fase ini, cairan yang bocor dari ruang intravaskular (cairan plasma dan cairan intravena) selama fase kritis diserap kembali. Indikator yang menunjukkan bahwa penderita memasuki fase konvalesens adalah penderita merasa sudah membaik, nafsu makan meningkat, tanda vital mulai stabil, bradikardia, kadar hematokrit yang kembali normal, peningkatan output urin, dan munculnya ruam konvalesen dengue (convalescence rash of dengue).

Sebagian besar penderita demam berdarah memiliki gejala ringan atau tidak ada gejala sama sekali dan akan sembuh dalam 1–2 minggu. Jika gejala muncul, biasanya dimulai 4–10 hari setelah infeksi dan berlangsung selama 2–7 hari. Gejala demam berdarah yang sering dijumpai antara lain demam tinggi (40°C), sakit kepala berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual muntah, pembesaran kelenjar, dan muncul ruam. Sedangkan gejala demam berdarah yang berat sering muncul setelah demam menghilang, antara lain nyeri perut yang berat, muntah terus-menerus, sesak nafas, gusi atau hidung berdarah, muntah darah atau BAB darah, gelisah, kulit pucat dan dingin.

Tanda dan gejala demam berdarah dengue tidak spesifik, sehingga upaya konfirmasi laboratorium untuk infeksi dengue sangat penting. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi virus dengue yaitu dengan pemeriksaan isolasi virus, meskipun definitif, pemeriksaan ini tidak praktis, karena memakan waktu lama. Keterbatasan ini menyebabkan diperkenalkannya metode molekuler dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Selain deteksi virus itu sendiri, protein virus seperti pemeriksaan non-structural protein 1 (NS1) digunakan untuk diagnosis DENV. Selain virus atau produk virus, dengue dapat dikonfirmasi berdasarkan respons imun inang yaitu dengan pemeriksaan antibodi imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M (IgM), pemeriksaan ini juga dapat membedakan infeksi dengue primer atau sekunder. Temuan pemeriksaan laboratorium yang khas pada demam berdarah dengue adalah trombositopenia (jumlah trombosit < 100 x 10^9/L), leukopenia, dan peningkatan ringan hingga sedang nilai aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase. Peningkatan kadar hematokrit lebih dari 20% adalah tanda hemokonsentrasi dan mendahului terjadinya syok. Kadar hematokrit harus dipantau setidaknya setiap 24 jam dan setiap 3-4 jam pada kasus demam berdarah dengue yang berat atau sindrom syok dengue.

Untuk mengurangi angka kematian akibat demam berdarah dan mengendalikan tingkat keparahan penyakit, diagnosis dini penting untuk penanganan penyakit yang efektif. Saat ini, belum ada obat antivirus untuk demam berdarah. Beberapa rekomendasi untuk menangani demam berdarah meliputi, istirahat, antipiretik untuk mengendalikan demam, analgesik untuk membantu meredakan nyeri, dan terapi cairan atau elektrolit untuk membantu hidrasi.

Dengan tingginya jumlah kasus demam berdarah di seluruh dunia, pengembangan vaksin memiliki potensi besar dalam mengendalikan infeksi demam berdarah. Demam berdarah dengue memiliki 4 serotipe yang berbeda, setelah sembuh dari satu serotipe, individu yang terinfeksi memiliki kekebalan jangka panjang terhadap infeksi berikutnya dengan serotipe DENV yang sama, namun tidak dengan serotipe yang berbeda.  Vaksin dengue tetravalen memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe DENV secara bersamaan. Vaksin ini dapat mengurangi risiko rawat inap dan mengurangi keparahan gejala demam berdarah.

 

 

 

Referensi :

  1. WHO Regional Office for South-East Asia. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. India: WHO Regional Office for South-East Asia; 2011
  2. World Health Organization. Dengue and severe dengue fact sheet. WHO. 2024
  3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK). Kemkes.go.id n.d. Available from: https://www.kemkes.go.id/id/pnpk-2020---tata-laksana-infeksi-dengue-pada-dewasa.
  4. Wang WH, Urbina AN, Chang MR, et al. Dengue hemorrhagic fever – A systemic literature review of current perspectives on pathogenesis, prevention and control. J Microbiol Immunol Infect [Internet]. 2020;53(6):963–78. Available from: https://doi.org/10.1016/j.jmii.2020.03.007
  5. Bhatt P, Sabeena SP, Varma M, Arunkumar G. Current understanding of the pathogenesis of dengue virus infection. Curr Microbiol [Internet]. 2021 [cited 2024 Mar 27];78(1):17–32. Available from: http://dx.doi.org/10.1007/s00284-020-02284-w

Categories