Hubungan Obesitas dengan Osteoarthitis Genu
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit paling banyak ditemukan di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini menimbulkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor risiko yang meningkatkan kejadian OA genu adalah obesitas atau kegemukan, dan orang yang mengalami obesitas rentan terjadi cedera pada lutut akibat menopang berat badan yang berlebihan.
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak yang sangat tinggi di dalam tubuh. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibandingkan aktivitas membakar kalori, sehingga kalori yang berlebihan ini menumpuk dalam bentuk lemak, dan bila kondisi tersebut terjadi dalam waktu yang lama, maka akan menambah berat badan hingga mengalami obesitas. Obesitas saat ini disebut sebagai The New World Syndrome, angka kejadiannya terus meningkat dimana-mana. Di seluruh dunia, kini dilaporkan ada lebih dari satu miliar orang dewasa dengan berat badan lebih (gemuk), dan paling sedikit ada 300 juta orang yang masuk kategori obesitas (BMI di atas 30). Banyak penyakit dapat dikaitkan dengan obesitas, misalnya Diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, OA, stroke, bahkan beberapa penyakit kanker. Biasanya obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko OA adalah:
1. Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya osteoarthritis. Studi mengenai kelenturan pada OA telah menemukan bahwa terjadi penurunan kelenturan pada pasien usia tua dengan OA dan pada orang usia lanjut terapi nonfarmakologik sangat penting dan meliputi edukasi, terapi fisik, terapi okupasional dan penurunan berat badan.
2 Jenis Kelamin
OA di dunia Barat menempati urutan keempat dampak kesehatan pada wanita dan ke delapan pada pria. Pada penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi menderita osteoarthritis genu dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan bahwa responden wanita yang menderita OA lutut berusia antara 45-65 tahun, dengan usia lebih dari 50 tahun prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki, karena pada masa usia 50-80 tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang signifikan saat menopause.
3 Obesitas
Sebuah studi menunjukkan bahwa risiko seumur hidup dari gejala radang sendi lutut (osteoarthritis) mungkin hampir satu dari dua, atau 46%, dan hampir dua dari tiga orang dewasa obesitas dapat mengembangkan OA lutut menyakitkan selama masa hidup mereka. Faktor risiko untuk OA genu adalah obesitas dan major injury. Pekerjaan berat yang menggunakan kerja lutut lebih berat meningkatkan risiko OA genu, dan umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi menjadi kontraktur, hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja). Keluhan utama yang dialami pasien biasanya nyeri. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis).
4. Aktivitas Fisik
Kebiasaan melakukan aktivitas fisik ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat mempunyai resiko yang sama untuk terjadinya OA genu. Menurut Haq et al, 2003, orang yang sering bekerja menggunakan kekuatan lutut memiliki prevalensi lebih tinggi menderita OA genu pada usia lanjut dibandingkan pekerjaan yang tidak banyak menggunakan kekuatan lutut seperti pekerjaan yang hanya duduk. Hal ini berkaitan dengan tekanan pada sendi lutut saat seseorang melakukan aktivitas fisik berat tersebut. Tekanan pada tulang rawan sendi lutut yang berlebihan secara terus-menerus akan menyebabkan degenerasi meniskal dan robekan yang memicu perubahan pada tulang rawan sendi lutut, sehingga rawan terjadi OA genu.
5. Penyakit Tertentu
Penyakit-penyakit tertentu dapat memberbesar timbulnya osteoarthritis seperti diabetes, hyperlipidemia (kolesterol tinggi), dan arthritis lainnya (seperti asam urat dan rheumathoid arthritis), juga osteoporosis.
Gejala OA yang ditimbulkan bisa dari yang ringan sampai berat dan kadang hilang timbul. Tetapi beberapa orang mungkin merasakan gejala yang parah dan nyeri secara terus menerus sehingga penderita sulit melakukan aktivitas sehari-hari.
- Nyeri di daerah persendian yang sering dirasakan selama beraktivitas atau setelah beraktivitas.
- Sendi terasa kaku dan sulit digerakkan
- Terdengar bunyi klik atau retakan saat sendi ditekuk atau digerakkan
- Muncul taji tulang di sekitas sendi, yaitu tonjolan tulang yang keras dan tajam
- Pembengkakan di sekitas sendi
- Otot di daerah sendi yang melemah.
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mencari tahu tanda-tanda OA yang muncul, dokter juga melakukan beberapa pemeriksaan penunjang lain untuk memastikan diagnosis OA, yaitu
1. Foto Rontgen
Mendeteksi tulang rawan yang hilang dengan menunjukkan adanya penyempitan ruang antara tulang-tulang di sendi.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menampilkan gambar tulang, jaringan lunak termasuk tulang rawan lebih detail. Tidak digunakan untuk mendiagnosis OA secara langsung, tetapi membantu memberikan informasi jika ada kondisi lain yang lebih kompleks.
3. Tes Darah
Tidak spesifik untuk mendeteksi OA, tapi membantu memastikan apakah kondisi yang dialami sekarang berhubungan dengan penyakit radang sendi lainnya, seperti rheumatoid arthritis.
4. Aspirasi Cairan Sendi
Membantu mengkonfirmasi diagnosis.
Osteoarthritis merupakan kondisi kronis yang tidak dapat disembuhkan. Namun, pasien perlu mendapatkan pengobatan untuk meredakan gejala dan mencegah penyakitnya makin parah. Gejala dapat dikelola secara efektif dengan perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan operasi. Bagi yang obesitas menurunkan berat badan dengan cara yang sehat dan berolahraga untuk mencapai berat badan ideal merupakan cara yang paling penting untuk mengobati OA:
- Obat-obatan
Gejala nyeri dan kekakuan pada lutut dapat dibantu dengan pemberian obat-obat pereda nyeri, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan duloxetine.
- Fisioterapi
Fisioterapi rutin untuk memperkuat otot-otot di sekitar sendi, meningkatkan jangkauan gerak untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa memberikan tekanan ekstra pada sendi yang nyeri, dan mengurangi rasa nyeri.
- Tindakan Medis
Untuk kasus yang berat dan sendi sudah sulit digerakkan, dokter akan menyarankan dilakukan tindakan medis berupa suntikan kortikosteroid, suntikan pelumas, pertimbangan pembedahan dengan operasi pengganti sendi.
Perubahan gaya hidup dapat membantu mengatasi osteoarthritis dan bergerak melakukan aktivitas sehari-hari, seperti:
- Menurunkan berat badan untuk yang obesitas, karena semakin berat tubuh, maka semakin besar beban yang harus dibawa.
- Jaga berat badan ideal
- Tetap aktif dan rutin berolahraga ringan untuk memperkuat otot di sekitar sendi dan lebih fleksibel, seperti berjalan kaki lebih baik laik berjalan kaki di kolam renang, bersepeda, atau berenang. Olah raga dapat dilakukan selama 150 menit dalam seminggu, diselingi latihan kekuatan selama 2 hari dalam seminggu. Hindari olahraga yang membebani sendi, seperti lari, aerobic dan angkat beban.
- Hindari menekuk lutut melebihi 90 derajat
- Hindari memposisikan tubuh yang sama dalam waktu lama, pertahankan postur tubuh yang baik. Contoh bila bekerja di depan meja terlalu lama sebaiknya diselingi dengan bergerak dan atur posisi duduk yang nyaman.
- Gunakan alat bantu seperti tongkat untuk menopang dan mengurangi beban lutut saat bergerak.
Sahabat Hermina, mari mulai biasakan untuk rajin berolahraga dan kurangi terlalu lama duduk. Jika mengalami gejala OA seperti di atas, tidak perlu ragu untuk segera periksa dan konsultasikan dengan dokter.