#tht, #serumen, #imapkasiserumen, #telinga, #sakitelinga, #spesialistht, #gejala, #penyebab, #penanganan

Impaksi Serumen

Impaksi Serumen

Baru-baru ini mulai marak pembersihan telinga yang dilakukan oleh tenaga non-profesional di tempat umum seperti di tempat cukur rambut. Tindakan pembersihan telinga ini dapat berisiko menyebabkan kotoran telinga terdorong masuk lebih ke dalam atau malah menyebabkan luka dan infeksi lainnya bila tidak dikerjakan dengan prosedur yang tepat. Sebenarnya, serumen atau kotoran telinga memiliki fungsi untuk melindungi telinga, ditambah dengan konsistensinya yang seperti lilin melindungi telinga dari masuknya kotoran seperti debu atau bahkan serangga. Namun, produksi serumen yang berlebihan dan adanya gangguan pada proses alamiah pembersihan kotoran telinga menyebabkan penyumbatan liang telinga. Kondisi inilah yang disebut dengan impaksi serumen yang dapat menimbulkan gejala pada pasien.

 

Komposisi Serumen

Serumen tersusun atas kombinasi sel-sel kulit mati (keratin) yang berasal dari jaringan kulit yang melapisi liang telinga dan sekresi kelenjar sebasea dan ceruminous. Hasil sekresi lemak dan peptida dari kelenjar memberikan konsistensi serumen yang lebih berminyak dan lunak. Serumen yang keras atau lunak sangat tergantung dari komposisi yang menyusunnya di mana serumen yang didominasi oleh keratin akan cenderung menjadi lebih keras. Oleh karena itu dikenal pula 2 tipe kotoran telinga yang kering dan basah. Pada kotoran telinga yang basah umumnya berwarna coklat muda atau tua dengan konsistensi yang lengket seperti lem. Sedangkan pada kotoran telinga yang kering umumnya berwarna abu-abu dan bersifat rapuh.

 

Gejala dan Penyebab Impaksi Serumen

Impaksi serumen menimbulkan gejala telinga gatal, telinga terasa penuh, penurunan pendengaran, telinga berdenging, atau nyeri pada telinga. Banyak faktor yang dapat menyebabkan impaksi serumen. Pertama, produksi serumen yang berlebihan sehingga melebihi kemampuan telinga untuk membersihkan kotoran telinga. Kotoran ini dibersihkan oleh telinga melalui mekanisme migrasi sel epitel dengan bantuan gerakan rahang saat mengunyah. Kedua, adanya obstruksi yang menghalangi proses migrasi meningkatkan risiko terjadinya impaksi serumen. Obstruksi ini seringkali berasal dari penggunaan ear plug dan cotton bud yang berisiko mendorong serumen lebih dalam ke liang telinga. Terakhir perubahan anatomi telinga akibat penyakit lainnya seperti infeksi juga dapat menyebabkan impaksi serumen.

 

Penanganan

Impaksi serumen dapat ditangani dengan pemberian obat serumenolitik yang berfungsi untuk melunakkan serumen sehingga mudah untuk dikeluarkan dari liang telinga. Serumen yang lebih lunak akan lebih memudahkan ekstraksi dan meminimalisir terjadinya luka pada liang telinga akibat usaha untuk mengeluarkan serumen. Penanganan lainnya dengan irigasi telinga untuk mengeluarkan serumen yang dilakukan oleh tenaga medis seperti dokter umum atau dokter spesialis THT. Bila kedua usaha untuk mengeluarkan serumen yang mengeras gagal atau tidak memiliki peralatan yang lengkap, maka lebih baik segera dirujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan ekstraksi. Hindari usaha untuk mengeluarkan serumen dengan menggunakan benda tajam karena dapat berisiko melukai liang telinga atau bahkan melubangi gendang telinga. Konsultasikan kepada dokter mengenai perlunya pembersihan rutin secara berkala untuk menghindari terjadinya serumen impaksi berulang.

 

 

 

Referensi

 

1.Horton GA, Simpson MTW, Beyea MM, Beyea JA. Cerumen Management: An Updated Clinical Review and Evidence-Based Approach for Primary Care Physicians. Journal of Primary Care & Community Health. 2020;11. doi:10.1177/2150132720904181

 

2. J.F. Guest, M.J. Greener, A.C. Robinson, A.F. Smith, Impacted cerumen: composition, production, epidemiology and management, QJM: An International Journal of Medicine, Volume 97, Issue 8, August 2004, Pages 477–488,https://doi.org/10.1093/qjmed/hch082

 

3.Meyer F, Preuß R, Angelow A, Chenot J-F, Meyer E, Kiel S. Cerumen Impaction Removal in General Practices: A Comparison of Approved Standard Products. Journal of Primary Care & Community Health. 2020;11. doi:10.1177/2150132720973829

Categories