Mengenal Pengapuran Tulang Yang Sering Dialami Lansia
Ketika memasuki usia lanjut, seseorang menjadi lebih rentan dan berisiko mengalami pengapuran tulang pada sendinya. Umumnya, masalah penyakit ini lebih rentan menyerang orang dewasa baik itu wanita maupun pria yang berusia di atas 60 tahun. Dalam dunia medis, pengapuran tulang disebut osteoarthritis. Osteoarthritis adalah suatu kondisi di mana tulang rawan antara tulang dan sendi mengalami kerusakan atau terkikis.
Menurut WHO, satu dari sepuluh pria dan satu dari lima wanita di atas usia 60 tahun mengalami osteoartritis di dunia. Perlu diketahui, osteoarthritis atau pengapuran tulang adalah salah satu dari 10 penyebab utama kelumpuhan dan gangguan pergerakan sendi. Penderita yang mengalami osteoarthritis paling sering merasakan rasa nyeri dan kaku di bagian persendian misalnya lutut, tangan, pinggul, punggung bawah, jari, dan leher.
Pengapuran sendi lutut terjadi akibat adanya perubahan cairan dan struktur jaringan sendi lutut, yaitu jaringan tulang rawan. Sendi lutut dilapisi oleh tulang rawan hialin setebal 5 mm yang memungkinkan sendi bergerak tanpa gesekan.
Pada lansia, biasanya sendi tulang menjadi kaku dan kurang fleksibel, cairan pada sendi juga menurun. Pada sendi yang normal, tulang rawan atau kartilago menutupi setiap bagian akhir dari tulang yang berfungsi sebagai bantalan tulang. Selain itu, membran sinovium menghasilkan cairan sinovial yang cukup sebagai pelumas, cairan ini berguna untuk menjaga fungsi tulang rawan sehingga gesekan antar tulang berkurang dan sendi bekerja dengan lancar. Namun, berbeda pada orang yang menderita pengapuran.
Pada pengapuran, tulang rawan rusak sehingga menyebabkan nyeri, bengkak, dan masalah pergerakan pada sendi. Cairan sinovial pada sendi berkurang sehingga tulang yang berdekatan tidak lagi memiliki pelumas yang cukup dan menyebabkan peradangan.
Risiko osteoarthritis dapat dipicu oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Jenis Kelamin
Penyebab pengapuran sendi yang terjadi bisa disebabkan oleh faktor jenis kelamin. Di mana, bagi jenis kelamin wanita lebih berisiko mengalami osteoarthritis dibanding jenis kelamin pria. Osteoarthritis umumnya dialami oleh wanita setelah menopause. Karena menopause membuat produksi hormon estrogen dan progesteron yang dulunya seimbang menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan gangguan pada sel-sel persendian misalnya pengeroposan tulang dan ligamen kendur.
2. Pekerjaan
Faktor pekerjaan yang memaksa seseorang untuk selalu bergerak aktif misalnya naik turun tangga bisa meningkatkan risiko osteoarthritis. Umumnya, bekerja sebagai atlet dalam dunia sepak bola, bisbol, dan jenis-jenis olahraga berat lainnya lebih rentan berisiko terkena pengapuran sendi akibat mengalami cedera yang cukup parah.
3. Obesitas
Memiliki berat badan yang tidak proporsional bukan hanya berisiko mengalami berbagai komplikasi penyakit saja. Melainkan, juga berisiko mengalami masalah tulang dan sendi. Lantaran, bobot badan yang berat memberikan tekanan yang semakin besar pula terhadap sendi.
4. Cedera
Memiliki Riwayat cedera sebelumnya juga bisa meningkatkan risiko pengapuran sendi. Cedera yang dialami ini bisa karena olahraga maupun kecelakaan. Misalnya mengalami cedera lutut saat a sedang bermain sepak bola, bisbol, dan basket. Jenis-jenis olahraga ini memang sangat berisiko mengalami cedera lutut yang parah.
5. Kelainan Tulang
Mengalami kelainan tulang juga dapat meningkatkan risiko osteoarthritis akibat adanya gangguan di tulang rawan. Kelainan tulang ini bisa disebabkan oleh kurangnya nutrisi, gaya hidup, cedera atau patah tulang.
6. Memiliki Riwayat Penyakit
Penyakit diabetes juga dapat memicu risiko terkena osteoarthritis. Umumnya, risiko osteoarthritis lebih rentan menyerang orang-orang yang memiliki riwayat penyakit diabetes tipe 2.