skizofrenia, kenali skizofrenia, kesehatan jiwa, dokter jiwa, kejiwaan

Mengenal Skizofrenia, Kenali Sebelum Terlambat

Apakah Skizofrenia itu?

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan penilaian realita yang terganggu. Seseorang dengan skizofrenia menjadi sulit membedakan antara sesuatu yang nyata dengan yang tidak nyata. Gangguan ini ditandai terutama dengan gejala perubahan proses pikir, isi pikir, dan persepsi seseorang. Dua gejala utama yang mudah ditemukan pada penderita skizofrenia adalah  waham dan halusinasi. Halusinasi adalah gangguan pada persepsi yang ditandai dengan adanya persepsi dari panca indera kita tanpa didasari adanya sumber yang nyata.

Dapat muncul dalam bentuk halusinasi dengar yaitu mendengar suara-suara yang tidak memiliki sumber, biasanya berupa suara orang yang menyuruh-nyuruh, mengomentari, atau bicara sendiri di antara suara tersebut. Selain itu halusinasi juga dapat dalam bentuk halusinasi penglihatan yaitu melihat bayang-bayang orang, bayang-bayang mahluk halus, dan sebagainya yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Halusinasi yang lebih jarang berupa halusinasi penghidu, mencium bau yang tidak ada sumbernya. Halusinasi taktil yaitu merasakan sensasi yang tidak ada sumbernya atau misalnya merasa sakit pada area tertentu di tubuh. Halusinasi gustatorik yaitu mengecap suatu rasa tertentu meski tidak sedang menyantap atau mengunyah sesuatu.

Gangguan persepsi lainnya yang juga kadang dapat terjadi pada penderita skizofrenia adalah ilusi. Ilusi adalah adanya persepsi panca indera kita yang ada sumbernya namun dipersepsikan sebagai hal lain. Ilusi penglihatan misalnya melihat batang pohon namun dipersepsikan sebagai ular. Ilusi pendengaran, misalnya suara angin dipersepsikan sebagai suara orang.Saat ini dikenal lima subtipe skizofrenia yang dibagi berdasarkan gejala klinis yang menonjol. Kelima subtipe tersebut adalah skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, dan skizofrenia residual.

Yang paling sering ditemukan adalah skizofrenia paranoid yang ditandai dengan gejala berupa waham dan halusinasi dengar. Waham biasanya berjenis waham kejar (misalnya yakin bahwa orang –orang di sekitarnya mau menjahati dirinya) atau waham kebesaran (misalnya yakin bahwa dirinya adalah orang pilihan Tuhan yang memiliki suatu kekuatan khusus). Halusinasi berupa suara orang yang menyuruh-nyuruh, berkomentar, atau bercakap-cakap sendiri.

 

Bukan Hal Gaib

Di Indonesia, masih banyak orang yang tidak tahu bahwa Skizofrenia merupakan gangguan medis. Banyak orang mengira bahwa gejala pada skizofrenia terjadi karena hal-hal gaib. Yang umum ditemui, penderita Skizofrenia atau keluarga penderita mengira mendapatkan guna-guna dari luar sehingga penderita biasanya dibawa ke orang pintar atau penyembuh alternatif. Hal ini wajar mengingat gejala yang ada tidak seperti gangguan medis lainnya namun berupa halusinasi, ilusi, waham, dan proses pikir yang terganggu seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sebenarnya mengapa seseorang dapat menderita gejala-gejala seperti waham dan halusinasi pada Skizofrenia? Gejala tersebut muncul akibat ketidakseimbangan neurotransmiter jenis dopamin di otak.

Neurotransmiter adalah zat yang diperlukan untuk mengirim informasi dari satu sel otak ke sel otak lainnya. Neurotransmiter sebenarnya diproduksi secara alami di dalam sel otak dan diperlukan agar otak dapat berfungsi dengan benar. Kebanyakan orang hanya tahu bahwa fungsi otak hanyalah untuk berpikir. Sementara sebenarnya otak bukan saja digunakan untuk berpikir  namun juga mengatur emosi, mengatur pergerakan, dan sebagainya. Pada kondisi tertentu, kadar neurotransmiter dalam otak dapat terganggu jumlah dan keseimbangannya.

Pada penderita skizofrenia, terdapat kadar dopamin yang berlebihan di daerah mesolimbik. Mesolimbik adalah bagian otak yang berfungsi dalam pengaturan emosi dan persepsi sehingga dapat memicu timbulnya waham dan halusinasi. Dopamin juga diperlukan di dalam otak untuk fungsi bergerak, berpikir, dan memproses informasi sehingga jumlah dopamin yang tepat dan seimbang sangat diperlukan otak kita untuk dapat berfungsi dengan benar.

 

Kenali dan Obati dengan Segera

Skizofrenia dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari orang dewasa, lansia, hingga anak-anak. Penting sekali untuk memberikan terapi yang benar dan tepat sejak diniatau sebelum gejala skizofrenia sudah berat. Misalnya karena terus menerus mendengar halusinasi suara yang menjelek - jelekan atau karena waham kejar yaitu merasa orang-orang ingin menjahati dirinya, seseorang penderita skizofrenia dapat mengamuk. Tentu hal ini berbahaya bagi penderita maupun orang lain.

Dampak lainnya, penderita dapat kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain ataupun untuk bekerja. Berdasarkan penelitian yang ada, kondisi skizofrenia yang dibiarkan menahun akan menyebabkan kerusakan struktur otak yang tidak dapat diperbaiki atau permanen akibat jumlah dopamin yang terus-menerus tinggi pada bagian otak tertentu. Dampaknya akhirnya lama-kelamaan jika dibiarkan orang tersebut dapat mengalami kemunduran taraf kecerdasan, sulit untuk mengolah informasi, hingga menjadi tidak mandiri.

Banyak penderita skizofrenia menahun yang mengeluhkan bahwa otak mereka menjadi lamban ketika digunakan untuk berpikir. Penderita juga cenderung menjadi tidak memiliki kemampuan untuk merencanakan masa depan dan malas beraktivitas karena penurunan fungsi kognitif yang dialami.

 

Dapat Pulih

Skizofrenia adalah gangguan medis yang dapat diobati. Obat antipsikotik dapat membantu menghilangkan gejala-gejala pada skizofrenia. Dengan terapi yang benar di psikiater (dokter spesialis kedokteran jiwa) dan seawal mungkin, dampak kerusakan permanen pada otak dapat dicegah. Kombinasi dengan psikoterapi akan membantu orang tersebut untuk kembali dapat bekerja dan berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Makin lama diterapi, makin lama pula masa yang diperlukan untuk mengobati penderita dan penurunan fungsi otak semakin sulit untuk dicegah.

Tantangan terhadap pengobatan untuk skizofrenia masih sangat besar di Indonesia. Kultur budaya masyarakat yang masih begitu kuat mempercayai hal-hal gaib menyebabkan banyaknya penderita yang kehilangan kesempatan untuk terapi lebih awal karena umumnya dibawa oleh keluarga berobat ke orang pintar karena diduga diguna-guna. Ketika akhirnya mendapakan pengobatan medis yang benar, kemunduran fungsi otak penderita umumnya sudah terjadi, gejala

sudah berat sehingga semakin lama dan sulit dihilangkan, serta respon terhadap pengobatan menjadi buruk karena terlanjur sangat besarnya jumlah dopamin yang beredar di dalam otak. Stigma yang melekat pada pasien, keluarga pasien, dan para praktisi medis yang terlibat dalam penatalaksanaan gangguan ini juga amat sangat mempengaruhi kesuksesan pengobatan. Dalam kenyataannya banyak keluarga yang lebih senang menyembunyikan penderita dari orang lain karena merasa malu dibandingkan membawa untuk berobat. Banyak sekali penderita yang akhirnya dipasung atau dikurung dalam rumah oleh keluarganya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan para pembaca serta dapat membagikan informasi ini pada orang lain.

Categories