gigi, gigi anak, gigitiruan, gigi dewasa, gigi sensitif, gigi berlubang, gigi spesialistik, saraf gigi, nyeri gigi, doktergigi

Mitos dan Fakta tentang Kesehatan Gigi

Sakit gigi merupakan salah satu hal yang sering menghambat berbagai aktivitas, seperti pada saat tidur, bekerja, atau pun dapat menganggu saat makan. Seringkali, kita menyadari bahwa memiliki lubang pada gigi, namun karena belum terasa sakit maka tidak dilakukan penambalan, terlebih sering kali banyak yang takut untuk ke dokter gigi.

Ketakutan untuk datang ke dokter gigi tidak dapat dipungkiri dengan adanya mitos-mitos kesehatan gigi. Oleh karena itu, kali ini kita akan bahas tentang mitos dan fakta kesehatan gigi apa aja sih yang sering ditakutkan.

  1. Mitos: Bau mulut muncul karena adanya masalah pencernaan

Fakta:  Bau mulut dapat muncul disebabkan oleh 2 factor yaitu internal dan external, yang dimaksud factor internal adalah yang berasal dari dalam tubuh (sistemik) contohnya pada pasien dengan GERD. Namun, pasien GERD jarang datang untuk mengeluhkan tentang bau mulutnya, keluhan bau mulut lebih sering ditemukan pada pasien-pasien dengan factor eksternal, seperti gigi berlubang, radang gusi, karang gigi, mulut kering, dll.   

Gigi berlubang bisa menyebabkan bau mulut, karena sisa-sisa makanan yang menyangkut pada gigi berlubang akan bertemu dengan bakteri-bakteri dalam mulut lalu membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap pada mulut.

Radang gusi, yang paling sering ditemukan pasien mengeluhkan gusinya sering berdarah pada saat sikat gigi dan mulut berbau tidak enak. Hal ini dikarenakan adanya penumpukan karang gigi yang menimbulkan bau tidak sedap serta membuat gusi kita meradang yang efeknya lebih rentan untuk berdarah.

Kenapa bisa meradang? Karena gusi tersebut tertekan oleh penumpukan karang gigi, apabila tidak dibersihkan maka akan semakin banyak dan makin menekan gusi, yang bisa berakibat ke gusi berdarah, jaringan penyangga gigi juga mengalami kerusakan seperti tulang penyangga gigi sehingga nantinya gigi akan goyang. Dan perlu diingat bahwa karang gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan menyikat gigi saja, karang gigi dapat dihilangkan dengan perawatan pembersihan karang gigi. Maka, jangan lupa untuk ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Produksi air liur yang berkurang juga dapat menyebabkan bau mulut.

Contohnya pada saat berpuasa, terkadang kita sering merasa bahwa ada bau mulut, jika tidak ada berlubang dan karang gigi atau keluhan lain, itu menandakan suatu hal yang normal karena saat berpuasa produksi air liur berkurang. Sedangkan, air liur memiliki fungsi untuk membasuh, membantu membersihkan sisa-sisa makanan (self cleansing). Pada saat air liur berkurang maka flora dalam mulut berkembang yang menyebabkan bau mulut.

pencegahannya untuk menghindari penyebab bau mulut, yakni dengan

  • Sikat gigi 2x sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam
  • Melakukan flossing dan penggunaan tongue scrapping (pembersih lidah)
  • Konsumsi makanan berserat
  • Minum 8 gelas air putih sehari
  • Dan jangan lupa kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali

 

  1. Mitos: Gigi yang tinggal sisa akar tidak usah dicabut, toh sudah tidak sakit

Fakta: Kasus sisa akar yang sering ditemukan biasanya berawal dari gigi berlubang, bila gigi berlubang dibiarkan dan tidak dirawat, lama kelamaan gigi tersebut dapat patah sedikit demi sedikit karena adanya tekanan kunyah. Pada akhirnya, mahkota gigi habis dan yang tersisa tinggal akarnya saja. Biasanya pasien tidak ada keluhan lagi terhadap giginya. Namun bukan berati masalah sudah selesai. Akar gigi yang masih berada di dalam mulut masih dapat menjadi sumber infeksi, selain itu pengunyahan pun akan terganggu. Meskipun sudah tidak terasa sakit, gigi tersebut harus dicabut dan dibuatkan gigi tiruan penggantinya.

Mengapa perlu untuk dibuatkan gigi tiruan? 

Karena rongga mulut itu menjadi awal masuk nya makanan kedalam saluran percernaan. Jika ada gigi yang hilang dan tidak digantikan maka proses pengunyahan tidak sempurna dan berakibat ke kerja lambung menjadi semakin berat sehingga hal tersebut sebaiknya dihindari. Selain itu apabila ada ruang kosong akibat gigi yang hilang tidak diganti terutama gigi depan, hal itu akan berpengaruh terhadap estetik, pengucapan dan juga dapat mengakibatkan gigi tetangganya bergeser ke ruang yang kosong tersebut. Seperti misalnya pada kata-kata yang membutuhkan huruf f,v,ph (gigi depan atas bertemu dengan bibir bawah), th (lidah bertemu dengan bagian bekalang gigi atas depan).

  1. Mitos: Sakit gigi dapat sembuhkan hanya dengan minum obat penghilang rasa sakit (analgesik)

Fakta: Obat penghilang rasa sakit hanya bersifat sementara saja biasanya sekitar 4-6 jam tapi tergantung juga pada tiap orang. Oleh karena itu, rasa sakit tersebut akan dapat muncul kembali setelah efek obatnya hilang, untuk benar-benar menghilangkan rasa sakit tersebut maka haruslah dicari penyebab rasa sakit tersebut dan dihilangkan.

Dihilangkannya bagaimana? Apakah harus dicabut?

Untuk terapi nya kita tidak langsung melakukan pencabutan, tetapi dengan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Apabila masih memungkinkan untuk dilakukan perawatan, maka akan dilakukan perawatan saluran akar. Apa beda nya dengan dilakukan penambalan langsung? Biasanya gigi yang sudah menimbulkan sakit spontan (tiba-tiba) menandakan bahwa infeksi bakterinya sudah mengenai syaraf gigi, oleh sebab itu perawatannya adalah dengan PSA (perawatan saluran akar), setelah sumber infeksinya dihilangkan barulah tidak akan timbul kembali rasa sakit. Jadi untuk tindakan pencabutan, itu merupakan pilihan terakhir apabila perawatan yang lain tidak dapat dilakukan.

Dan, jangan lupa jangan sembarangan minum obat tanpa adanya instruksi dari dokter karena dapat mengakibatkan resistensi dosis obat.  

 

  1. Mitos: Gigi bungsu harus selalu dicabut

Fakta: Gigi bungsu atau yang sering diketahui sebagai gigi geraham paling belakang yang muncul paling terakhir pada saat dewasa memang sering impaksi (tumbuh miring, hanya sebagian muncul, maupun tidak terlihat sama sekali). Namun, fungsi dari gigi geraham sendiri adalah untuk menghaluskan makanan, semakin banyak dataran untuk mengunyah makanan maka semakin baik proses penghalusan makanannya. Jika, gigi bungsu tersebut impaksi, sering menimbulkan keluhan baik itu yang disertai infeksi maupun tidak, maka dianjurkan untuk dilakukan pencabutan. Namun, jika gigi bungsu tersebut erupsi (muncul) secara sempurna maka tidak perlu dilakukan pencabutan.

  1. Mitos: “Tidak usah ke dokter gigi selama gigi tidak sakit”. Benarkah?

Fakta: “Sebaiknya tetap harus berkunjung ke dokter gigi secara rutin minimal setiap 6 bulan sekali”. Hal ini dikarenakan terkadang hanya dokter gigi yang bisa melihat masalah pada gigi yang mungkin ada tapi tidak kita sadari. Anda justru bisa mengetahui kondisi kesehatan gigi dan mulut mulai dari masalah bau mulut, kesehatan gusi, keberadaan plak dan karang gigi dan sebagainya sehingga perawatan pada tahap awal bisa dilakukan dengan segera. Jangan tunggu keadaan gigi menjadi parah baru datan ke dokter gigi.

Tetapi, terdapat salah satu persepsi yang salah tentang kesehatan gigi dan mulut yaitu kalau tidak ada masalah, berarti semuanya sehat. Nah, ini yang membuat banyak orang malas memeriksakan gigi nya ke dokter gigi secara rutin. Tapi belum tentu ya, tidak ada keluhan sakit berarti tidak ada masalah. Akan lebih baik mencegah daripada mengobati.

 

  1. Mitos: Jika gigi anak berlubang, biarkan saja.  Nantinya juga akan terganti dengan gigi tetap/permanen

Fakta: Gigi anak yang berlubang harus tetap dilakukan perawatan. Kenapa? Karena jika tidak dilakukan perawatan maka infeksi bakteri yang ada pada gigi berlubang tersebut dapat menjalar ke jaringan pendukung gigi. Ini akan mempengaruhi gigi permanen yang sedang dalam proses tumbuh kembang. Selain itu, jika gigi anak berlubang juga berpengaruh terhadap menurunnya nafsu makan yang bisa membuat nutrisinya berkurang sedangkan anak sangat memperlukan nutrisi yang baik dan seimbang, selain itu juga dapat menyebabkan anak akan cenderung rewel.

 

 

 

  1. Mitos: Pada ibu hamil, gigi nya akan sering linu, mudah berlubang dan mudah keropos.

Fakta: Keluhan ini muncul lebih disebabkan dari kebiasaan ibu hamil yang lebih sering mengonsumsi makanan manis dan merasa mudah mual sehingga malas menyikat gigi. Hal tersebut menyebabkan kondisi dalam rongga mulut menjadi asam dan gigi mudah berlubang. Oleh karena itu, disarankan pada ibu hamil untuk tetap rajin menyikat gigi dan kontrol ke dokter gigi selama masa kehamilan atau sebelum masa kehamilan.

waktu yang dianjurkan apabila memang perlu kedokter gigi saat hamil, yaitu pada trisemester ke 2, karena pada saat itu pembentukan organ janin telah selesai. Kecuali pada kasus-kasus emergency. Kenapa tidak di trisemester 1 atau pun ke 3? Pada trimester 1 ini tidak disarankan untuk melakukan prosedur perawatan gigi karena dapat menimbulkan efek pada janin karena, pertumbuhan dan perkembangan janin masih sangat rentan. Pada trisemester ke 3 juga tidak disarankan karena menghindari terjadinya kontraksi dan mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan pada ibu hamil.  

 

Berikut fakta dan mitos seputar kesehatan gigi dan mulut yang perlu diketahui. Kalau sahabat punya keluhan gigi, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter gigi di RS Hermina.

Categories