Bahaya Trend “Self Diagnosis” Siapa Yang Paling Menderita

Bahaya Trend “Self Diagnosis” Siapa Yang Paling Menderita

Bahaya Trend “Self Diagnosis”

Siapa Yang Paling Menderita

Saat ini banyak sekali beredar video video di media sosial seperti TikTok, Instagram, Youtube, dan lainnya, yang menunjukkan tanda dan gejala dari gangguan jiwa. Hal ini ternyata cukup memengaruhi banyak orang yang merasa bahwa tanda dan gejala itu dirasakannya sehingga mendiagnosis dirinya sendiri dengan gangguan jiwa tertentu atau yang biasa disebut self diagnosis.

Self diagnosis adalah bagaimana kita mendiagnosis diri sendiri terkena suatu penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi di internet yang berkaitan dengan keluhan tersebut. Padahal informasi yang tersedia di internet seringkali tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak evidence-based medicine.

Semuanya hanya dengan berbekal informasi yang dimiliki diri sendiri. Hal ini bisa berbahaya, karena asumsi tersebut bisa saja salah.

Misalnya, kita berpikir kita mengidap gangguan bipolar, lantaran sering mengalami perubahan suasana hati. Padahal perubahan suasana hati bisa menjadi gejala dari banyak gangguan kesehatan mental yang berbeda. Gangguan kepribadian ambang dan depresi berat adalah dua contoh diagnosis lainnya. 

Salah diagnosis bisa berbahaya, karena kamu cenderung mengambil pengobatan yang salah. Risiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parah pun bertambah besar bila sembarangan mengonsumsi obat atau menjalani metode pengobatan yang tidak disarankan dokter.

Salah Persepsi pada Self Diagnosis

· Depresi, tidak sama dengan sedih karena hari yang buruk

· ADHD, tidak sama dengan lebih aktif dari hari biasa dan kurang fokus

· PTSD, tidak sama dengan perasaan jengkel, kecewa karena 1 peristiwa tertentu yang tidak mengenakkan

·  Panic Disorder, tidak sama dengan perasaan takut sesaat

·  OCD, tidak sama dengan orang serba teratur dan sesuai prosedur

·  Bipolar, tidak sama dengan orang yang moody

Alasan Orang Melakukan Self Diagnosis

·  Infodemi, banyaknya informasi, berita di internet yang tidak memiliki dasar ilmiah

·  Ingin tahu, rasa ingin tahu yang butuh cepat dipenuhi

·  Takut ke profesional, kekhawatiran datang ke profesional kesehatan jiwa karena stigma, biaya, dan lainnya

·   Tren, adanya romantisme tentang kesehatan jiwa yang sedang tren dan kekinian

Bahaya Melakukan Self Diagnosis

·   Under diagnosis, mengabaikan penyakit yang sebenarnya berat sehingga berakibat fatal

·   Over diagnosis, menjadi takut dan panik karena merasa sudah terkena penyakit yang berat

·   Misdiagnosis, diagnosis yang salah yang berdampak pada penanganan yang salah dan mencari pertolongan ke tempat yang tidak tepat

·    Salah terapi, berusaha sendiri mencari terapi yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan

·    Stigma dan diskriminasi termasuk self stigma

Ketika dua atau lebih sindrom terjadi bersamaan pada orang yang sama, hal ini disebut komorbiditas. Nah, self-diagnosis menyebabkan seseorang melewatkan komorbiditas yang ada. Itulah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental.

Jadi, sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self-diagnosis. Bila kamu mengalami gejala kesehatan tertentu, sebaiknya tanyakan pada dokter mengenai penyebab gejala kesehatan yang dialami. 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.