JANGAN ANGGAP SEPELE BUANG AIR KECIL TIDAK LANCAR PADA LAKI-LAKI
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pada kelenjar prostat. Namun, kondisi tidak bersifat kanker, atau sel-sel abnormal. Kelenjar prostat sendiri memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.
Faktor Risiko BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Setidaknya ada beberapa kondisi yang bisa memicu terjadi BPH. Berikut beberapa faktor risiko yang mesti diwaspadai, yaitu:
- Faktor penuaan. Pembesaran kelenjar prostat jarang menyebabkan tanda dan gejala pada pria di bawah usia 40 tahun. Sekitar sepertiga pria mengalami gejala sedang hingga berat pada usia 60 tahun, dan sekitar setengahnya mengalami gejala tersebut pada usia 80 tahun.
- Riwayat keluarga. Memiliki kerabat kandung, seperti ayah atau saudara laki-laki, dengan masalah prostat meningkatkan risiko terjadinya BPH.
- Gaya hidup. Obesitas dan kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko BPH. Maka dari itu, penting untuk berolahraga secara rutin.
Penyebab BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Sayangnya, sampai saat ini, penyebab BPH belum diketahui dengan pasti. Namun, ada dugaan kondisi ini terjadi karena perubahan kadar hormon seksual akibat penuaan.
Sistem kemih pria memiliki sebuah saluran yang fungsinya membuang urine, atau dikenal sebagai uretra. Jalur uretra ini melewati kelenjar prostat. Andaikan terjadi pembesaran pada kelenjar prostat, maka secara lama-kelamaan bisa mempersempit uretra. Kondisi akhirnya menyebabkan aliran urine mengalami penyumbatan. Penyumbatan inilah yang akan membuat otot-otot kandung kemih membesar.
Gejala BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Ketika seseorang terserang BPH, ada beberapa gejala yang mungkin dialaminya, misalnya seperti:
- Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.
- Mengalami inkontinensia urine (beser) atau peningkatan intensitas buang air kecil secara signifikan.
- Sulit mengeluarkan urine.
- Mengejan pada waktu berkemih.
- Aliran urine tersendat-sendat.
- Mengeluarkan urine yang disertai darah.
- Merasa tidak tuntas setelah berkemih.
Gejala tersebut muncul akibat tekanan pada kandung kemih dan uretra. Tekanan ini terjadi ketika kelenjar prostat mengalami pembengkakan atau pembesaran. Oleh sebab itu, segeralah temui dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut.
Dalam kasus BPH, kondisi ini amat memerlukan diagnosis yang tepat. Sebab ada beberapa kondisi kesehatan lain yang gejalanya mirip dengan BPH. Contohnya:
- Prostatitis atau radang prostat.
- Infeksi saluran kemih.
- Penyempitan uretra.
- Penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih.
- Bekas luka operasi pada leher kandung kemih.
- Kanker kandung kemih
- Kanker prostat.
- Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih.
Diagnosis BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan wawancara medis untuk mengetahui gejala yang dialami oleh pasien. Dokter juga umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik seperti:
- Pemeriksaan rektal digital. Dokter memasukkan jari ke dalam rektum untuk memeriksa pembesaran prostat.
- Tes urine. Menganalisis sampel urine dapat membantu menyingkirkan infeksi atau kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala serupa.
- Tes darah. Hasilnya dapat menunjukkan apakah ada masalah atau tidak pada ginjal.
- Tes darah antigen spesifik prostat (PSA). PSA adalah zat yang diproduksi di prostat. Kadar PSA meningkat ketika mengalami pembesaran prostat. Namun, peningkatan kadar PSA juga dapat disebabkan oleh prosedur baru-baru ini, infeksi, pembedahan, atau kanker prostat.
Pencegahan BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta rendah lemak. Hindari juga konsumsi daging merah. Makanan berserat tinggi antara lain kacang hijau, beras merah, brokoli, gandum, kubis, lobak, bayam, apel dan gandum. Sedangkan, makanan berprotein tinggi antara lain ikan, telur, kacang kedelai, dada ayam, susu rendah lemak dan keju.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab, BPH yang tak ditangani sedari dini secara tepat dapat memicu berbagai komplikasi. Misalnya seperti infeksi saluran kemih, hingga kerusakan kandung kemih dan ginjal.