Mendeteksi Kanker Serviks Sejak Dini
Mendeteksi Kanker Serviks Sejak Dini
Penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim masih belum diketahui secara pasti. Namun, penyakit ini kerap dikaitkan dengan infeksi human papillomavirus (HPV). Selain itu, kemunculan kanker ini juga berhubungan erat dengan faktor keturunan dan penyakit menular seksual.
Di Indonesia, kanker serviks menempati peringkat kedua untuk jenis kanker yang paling banyak dialami wanita, setelah kanker payudara. Kanker ini terbentuk ketika sel-sel di serviks atau mulut rahim berkembang menjadi ganas.
Mendeteksi kanker serviks sedini mungkin merupakan bagian dari upaya mencegah akibat yang fatal dari kanker ini. Berikut adalah beberapa cara mendeteksi kanker serviks secara dini:
1. Pap smear
Pap smear bertujuan untuk melihat keberadaan sel-sel yang mungkin dapat berkembang menjadi kanker. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks (leher rahim).
Sel yang ada pada sampel kemudian dilihat menggunakan mikroskop untuk menentukan apakah sel normal, memiliki sifat prakanker (calon kanker), atau bahkan sudah bersifat kanker. Melalui Pap smear, dokter juga dapat melakukan tes HPV DNA , yakni salah satu pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks.
Berikut adalah rekomendasi jadwal pemeriksaan Pap smear berdasarkan usia:
Wanita usia 25–49 tahun: setiap 3 tahun
Wanita usia 50–64 tahun: setiap 5 tahun
Wanita usia di atas 65 tahun: hanya jika ada keluhan tertentu pada serviks dan area sekitarnya atau belum pernah melakukan Pap smear sejak usia 50 tahun
2. Kolposkopi
Tes yang menggunakan alat khusus bernama kolposkop ini dilakukan untuk memeriksa bagian leher rahim, vagina, dan vulva secara langsung. Jika pada saat tes kolposkopi ditemukan kelainan, sampel jaringan akan diambil untuk diperiksa di laboratorium.
3. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan mengoleskan larutan yodium pada leher rahim guna mendeteksi keberadaan jaringan yang tidak normal. Jaringan yang sehat akan berwarna cokelat seterlah diolesi, sedangkan jaringan yang tidak normal akan berwarna putih atau kuning.
4. Kuretase endoserviks (ECC)
Pemeriksaan kuretase endoserviks dilakukan untuk memeriksa bagian leher rahim yang tidak terjangkau saat tes kolposkopi. Dalam pemeriksaan ini, bagian dalam serviks (endoserviks) akan sedikit dikikis menggunakan alat khusus yang berbentuk seperti sendok kecil, untuk mendapatkan sampel pemeriksaan.
Upaya pencegahan kanker serviks antara lain :
Gaya hidup sehat (nutrisi terjaga, olah raga, tidak merokok)
Tidak berganti-ganti pasangan seksual.
Menjaga kebersihan area genital.
Vaksin HPV.
Deteksi dini melalui papsmear dan IVA secara rutin
Melakukan Hubungan Seksual dengan aman seperti contohnya menggunakan kondom :
dapat membantu mencegah kanker serviks dengan mengurangi risiko infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang merupakan penyebab utama penyakit ini. Menjaga kebersihan organ intim adalah salah satu cara penting untuk mencegah kanker serviks
Ada sejumlah makanan yang dapat dikonsumsi untuk mencegah kanker serviks, seperti:
a. Makanan dengan kandungan vitamin A, C, dan E, serta mineral (kalsium dan asam folat), seperti tuna, hati, telur, jeruk, wortel, dan produk susu.
b. Makanan yang akan kaya vitamin B dan folat seperti kubis, brokoli, kembang kol, dan sebagainya.
c. Alpukat, dikenal sebagai buah kaya lemak tak jenuh yang dapat berperan sebagai pembunuh sel kanker, serta kandungannya serupa dengan agen kemoterapi seperti siklofosfamid.
d. Salmon, cerry, blueberry, dan lemak karena kaya antioksidan yang diperlukan untuk mencegah kanker serviks.
e. Polifenol dan flavonoid, melalui minyak zaitun, teh hijau, cokelat, anggur merah, raspberry hitam, blackberry, kenari, paprika hijau, dan tomat.