Awas Kebanyakan Makan Daging Kurban dapat Memicu Penyakit GERD

Awas Kebanyakan Makan Daging Kurban dapat Memicu Penyakit GERD

Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) adalah suatu kondisi yang berkembang ketika terjadi aliran balik isi lambung ke kerongkongan. Penyakit ini dapat muncul sebagai penyakit refluks non-erosif atau esofagitis erosif. Kegiatan ini menggambarkan evaluasi dan pengobatan GERD dan menyoroti peran tim interprofesional dalam meningkatkan perawatan pasien dengan kondisi ini.

Prevalensi GERD di Asia relatif rendah dibanding negara barat. Di Amerika, hampir 7% populasi memiliki keluhan heartburn dan sekitar 20%-40% diperkirakan menderita GERD.1 Namun penelitian lain melaporkan terjadinya peningkatan prevalensi GERD di negara Asia seperti di Iran yang berkisar antara 6,3%-18,3%, Palestina menunjukkan angka yang lebih tinggi yaitu 24%, Jepang dan Taiwan sekitar 13%-15%.4,5 Beda halnya dengan Asia Timur, prevalensi GERD berkisar antara 2%-8%.

Saat ini, belum diketahui penyebab yang dapat menjelaskan berkembangnya GERD. Selama bertahun-tahun, beberapa faktor risiko telah diidentifikasi dan terlibat dalam patogenesis GERD. Kelainan motorik seperti dismotilitas esofagus yang menyebabkan gangguan pembersihan asam esofagus, gangguan tonus sfingter esofagus bagian bawah (LES), relaksasi LES sementara, dan pengosongan lambung yang tertunda termasuk dalam penyebab GERD. Faktor anatomi seperti adanya hernia hiatus atau peningkatan tekanan intra-abdomen, seperti yang terlihat pada obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya GERD

Gambaran klinis khas GERD adalah mulas dan regurgitasi. Namun, GERD juga dapat muncul dengan berbagai gejala lain yang meliputi:

  • Sulit menelan,
  • Sakit saat menelan,
  • bersendawa,
  • nyeri ulu hati,
  • dan mual.
  • Heartburn didefinisikan sebagai sensasi terbakar atau ketidaknyamanan retrosternal yang dapat menyebar ke leher dan biasanya terjadi setelah makan atau ketika dalam posisi berbaring. Regurgitasi adalah kembalinya isi lambung yang asam ke dalam mulut.
  • GERD dianggap tidak khas ketika pasien datang dengan gejala seperti nyeri dada, batuk kronis, asma, radang tenggorokan, erosi gigi, dan suara serak.

Pola makan memainkan peran penting dalam kesehatan pencernaan, dengan makanan tertentu memperburuk gejala GERD. Makanan tinggi lemak, alkohol, coklat, dan minuman berkarbonasi dapat menurunkan tekanan sfingter esofagus dan meningkatkan paparan asam . Mengonsumsi pola makan sehat dengan kandungan buah dan biji-bijian yang tinggi, seperti pola makan Mediterania, dapat memperbaiki gejala GERD. Memperbaiki kebiasaan makan dapat menjadi strategi yang hemat biaya untuk mengurangi terjadinya GERD dibandingkan hanya mengandalkan obat-obatan saja.

Perhatian harus diberikan pada makanan berkalori tinggi, bervolume besar, dan tinggi lemak, karena faktor makanan ini telah dikaitkan dengan memperburuk refluks esofagus.

Idul Adha adalah momen umat islam dengan berkurban kambing atau sapi, momen ini adalah hari raya dimana umat islam akan banyak mendapatkan daging kurban. Daging adalah salah satu makanan dengan lemak yang tinggi, salah satu makanan yang dapat memperberat GERD adalah makanan berlemak tetapi yang diikuti tinggi kalori. Bukti ilmiah mendukung gagasan bahwa lemak tidak berdampak signifikan terhadap sensitivitas esofagus terhadap asam. Paparan asam lambung yang refluk ke esofagus mungkin lebih parah setelah mengonsumsi makanan tinggi kalori dibandingkan makanan rendah kalori dengan kandungan lemak yang sama. Pada saat yang sama, persentase kandungan lemak dalam makanan seseorang berdampak signifikan terhadap frekuensi gejala refluks.

Jadi kebanyakan makan daging kurban dapat memicu terjadinya GERD jika dalam satu waktu intake kalori dan lemak tinggi, tetapi jika makan daging kurban dengan porsi yang cukup dan tidak berlebihan hal ini masih diperbolehkan asal tidak berlebihan. Olahan daging kurban juga dapat memperberat kondisi GERD jika diolah dengan masakan yang dapat memicu asam lambung naik seperti olahan pedas, dengan santan atau asam.

Referensi : 

  • Antunes C, Aleem A, Curtis SA. Gastroesophageal Reflux Disease. [Updated 2023 Jul 3]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441938/
  • Herdiana Y. Functional Food in Relation to Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Nutrients. 2023;15(16):3583. Published 2023 Aug 15. doi:10.3390/nu15163583
  • Bunga F, Teuku M, Teuku R. Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). JNC Indonesia.2020
Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.