Faktor Pemicu dan Pencegahan Terhadap Bunuh Diri

Faktor Pemicu dan Pencegahan Terhadap Bunuh Diri

Sahabat Hermina, adanya keinginan untuk bunuh diri seringkali dikaitkan dengan depresi. Nyatanya, orang yang berkeinginan untuk melakukan bunuh diri bukan hanya karena depresi, melainkan adanya faktor pemicu lainnya. WHO menyatakan bahwa depresi menjadi penyakit yang berada di deretan ke-4 di dunia yang di prediksi akan menjadi gangguan kesehatan utama. Saat ini bunuh diri masih menjadi isu kesehatan yang serius dikalangan masyarakat. Pada tahun 2019, terdapat sekitar 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri dan peringkat tertinggi berada pada usia muda. Di Asia Tenggara, angka bunuh diri tertinggi berada di Negara Thailand yaitu sebesar 12,9 (per 100.000 populasi), Singapura (7,9), Vietnam (7,0), Malaysia (6,2), Indonesia (3,7), dan Filipina (3,7).

Menurut pendekatan Psikiatri, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya depresi yakni adanya faktor genetik dan non-genetik. Faktor genetik mencakup gangguan neurokimiawi, gangguan neuroendokrin, hingga adanya perubahan neurofisiologi. Faktor non-genetik (psikososial) yakni kehilangan objek atau seseorang yang dicintai, hilangnya harga diri, serta tidak berdayanya pola asuh keluarga yang depresif.

Faktor Pemicu Meningkatkan Risiko Bunuh Diri
Dengan adanya sikap peduli terhadap orang-orang terdekat, artinya kita telah membantu untuk melakukan pencegahan tindakan bunuh diri. Ada beberapa kondisi seseorang yang dapat meningkatkan risiko melakukan bunuh diri yakni:

  1. Orang yang memiliki gangguan mental, jiwa atau mengalami depresi. Depresi ialah kondisi dimana perasaan orang itu menurun, sering merasa sedih, tidak memiliki semangat, hilangnya minat untuk menikmati hidup, merasa mudah lelah atau kehilangan energi dan gejala lain seperti frustasi, rasa rendah diri, rasa bersalah, tidak berharga, perubahan napsu makan, sulit tidur dan memiliki pikiran untuk mencelakai diri sendiri.
  2. Orang yang memiliki ganggguan kepribadian amabng atau Borderline Personality Disorder, seringkali merasa dirinya hampa, kesulitan mengendalikan emosional merasa tidak berharga, kecenderungan memiliki rasa tidak nyaman hinga adanya upaya bunuh diri. Penyabab BPD sendiri yakni pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti kasus pelecehan, kekerasan, atau penelantaran saat masa kecil seperti pola asuh yang tidak baik atau menyaksikan keluarganya melakukan bunuh diri.
  3. Skizofrenia. Orang dengan Skizofrenia berisiko untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melukai dirinya sendiri dan tidak mampu membedakan realita dan halusinasi. Seringkali orang dengan Skizofrenia mendengar adanya suara yang menghantui seperti “kamu bodoh, kamu tidak akan bisa”, “lebih baik kamu mati saja, sudah tidak berguna lagi”. Awalnya pengidap Skizofrenia akan bertahan, kemudian mulai marah, dan lama-kelamaan akan melakukan upaya untuk menyakiti diri sendiri tanpa disadari.
  4. Seseorang dengan gangguan adiksi yang membuat orang memiliki ketergantungan atau kecanduan zat terlarang seperti narkoba, alkohol atau rokok, sehingga berisiko tinggi untuk melakukan upaya bunuh diri.
  5. Penderita Anoreksian atau seseorang yang merasa dirinya gemuk sehingga membuat penderitanya merasa depresi dan frustasi untuk melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan dengan berbagai cara.

Sahabat Hermina, ini tanda-tanda seseorang memiliki pemikiran untuk bunuh diri:

a. Adanya kecenderungan menutup diri atau menyendiri  
b. 
Tidak bersemangat, murung, sedih, dan mudah merasa lelah
c. Depresi terselubung, terlihat sangat senang untuk menutupi perasaannya
d. Berkurangnya napsu makan
e. Merasa cemas dan gelisah yang sangat ekstrim
f. Mencoba menyakiti diri sendiri, merasa tidak memiliki alasan untuk hidup dan merasa bahwa bunuh diri sebagai jalan keluar.

Lalu, apa yang harus kita lakukan jika orang disekitar kita memiliki pemikiran untuk bunuh diri? Beberapa hal ini bisa kamu lakukan untuk membantu mencegahnya:

  1. Jangan pernah anggap remeh atau bercanda orang yang memiliki pemikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri, sebagai orang terdekat kita harus menumbuhkan sikap peduli dan luangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah yang dialami. Jangan biarkan ia memendam perasaannya sendiri.
  2. Cari bantuan profesional dan fasilitasi untuk konsultasi ke Psikolog atau Psikiater
  3. Puji dan motivasi untuk pencapaian yang telah ia lakukan selama ini. Motivasi bahwa tidak semua kegagalan menjadi akhir dari segalanya
  4. Jangan memberi nasehat atau menceramahi orang yang sedang depresi, karena semakin disalahkan maka akan semakin besar pula rasa bersalah dan keinginannya untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Sahabat Hermina, itulah pentingnya menanamkan stigma ke masyarakat agar tidak ragu dan malu untuk berkonsultasi ke Dokter Spesialis Kejiwaan atau Psikolog. Sebab orang dengan gangguan jiwa masih dapat pulih dengan bantuan Profesional, support dari orang dan lingkungan sekitar. Jangan ragu untuk konsultasikan kesehatan Sahabat Hermina bersama Dokter Spesialis Kejiwaan atau Psikiater kami di RS Hermina Galaxy. Caritahu informasi seputar kesehatan bersama Rumah Sakit Hermina Galaxy dengan follow akun instagram dan tiktok kami di @rsuherminagalaxy. Buat janji dokter jadi lebih mudah melalui aplikasi Halo Hermina dan melalui call center kami di 1500488. 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.