Mengatasi Stigma tentang Kesehatan Jiwa: Langkah Menuju Masyarakat yang Lebih Peduli dan Inklusif

Mengatasi Stigma tentang Kesehatan Jiwa: Langkah Menuju Masyarakat yang Lebih Peduli dan Inklusif

Kesehatan jiwa adalah bagian penting dari kesejahteraan seseorang. Namun, dalam banyak masyarakat, masih ada stigma dan diskriminasi yang melingkupi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Stigma ini tidak hanya menghambat ODGJ untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan tetapi juga mempengaruhi cara masyarakat memperlakukan dan memahami mereka. Untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan peduli, perlu ada upaya bersama untuk mengatasi stigma ini.

 Mengapa Stigma Kesehatan Jiwa Masih Ada?
Stigma terhadap kesehatan jiwa muncul dari berbagai faktor, termasuk ketidaktahuan, stereotip negatif, dan ketakutan akan hal yang tidak diketahui. Banyak orang masih percaya bahwa gangguan jiwa adalah tanda kelemahan pribadi atau bahkan hukuman moral, dan bukan kondisi medis yang memerlukan perawatan. Dalam beberapa kasus, ODGJ bahkan mengalami diskriminasi dalam bentuk penolakan pekerjaan, pengucilan sosial, dan bahkan perlakuan tidak manusiawi seperti pemasungan.

Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 6% dari populasi yang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Angka ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa sangat umum, tetapi sayangnya, banyak yang enggan mencari bantuan karena takut dicap "gila" atau diperlakukan berbeda.

 Dampak Stigma terhadap ODGJ
Stigma dan diskriminasi terhadap ODGJ memiliki dampak yang luas dan serius. ODGJ sering merasa malu dan takut untuk membuka diri mengenai kondisi mereka, sehingga mereka mungkin menunda atau bahkan menghindari mencari bantuan profesional. Padahal, intervensi dini adalah kunci dalam pengobatan gangguan jiwa. Selain itu, stigma juga menyebabkan isolasi sosial dan diskriminasi di tempat kerja, sekolah, dan komunitas, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan jiwa seseorang.

 Upaya Mengatasi Stigma Kesehatan Jiwa
Untuk mengatasi stigma kesehatan jiwa, perlu adanya pendekatan yang komprehensif, baik dari segi edukasi, advokasi, maupun pemberdayaan ODGJ. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

 1. Meningkatkan Edukasi dan Kesadaran
Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi stigma adalah melalui edukasi. Kampanye publik yang mengedukasi masyarakat tentang kesehatan jiwa dan menghancurkan stereotip negatif dapat membantu mengubah pandangan masyarakat. Mengadakan seminar, diskusi, dan program bantuan konseling adalah beberapa contoh langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan jiwa.

Para ahli psikologi, pemerintah, dan generasi muda (terutama Gen Z) dapat berperan aktif dalam kampanye ini. Misalnya, Gen Z yang sangat akrab dengan media sosial dapat menggunakan platform ini untuk berbagi informasi dan pengalaman tentang kesehatan jiwa. Konten edukatif yang menarik, seperti infografis, video pendek, dan cerita interaktif, dapat membantu menyampaikan pesan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesejahteraan seseorang dan bukan sesuatu yang memalukan.

 2. Membangun Komunitas Pendukung
Membangun komunitas pendukung di media sosial dapat menjadi langkah efektif untuk mengurangi angka gangguan kesehatan mental, terutama di kalangan remaja. Menurut penelitian dari University of Southern California, "curhat" kepada orang yang memiliki pengalaman serupa dapat mengurangi stres. Dengan demikian, komunitas online yang memberikan ruang aman untuk berbagi pengalaman dan mendiskusikan masalah kesehatan jiwa bisa menjadi platform penting.

Komunitas seperti Indonesia Youth Mental Health Community (IYMHC), Into The Light Indonesia, dan Indonesia Mental Health Care Foundation telah berperan dalam mendukung ODGJ dan menghapus stigma kesehatan mental di Indonesia. Mereka menyediakan edukasi, dukungan, dan sumber daya yang dibutuhkan oleh individu dan keluarga yang terkena dampak gangguan jiwa.

 3. Menghapus Diskriminasi dan Mendorong Inklusi
Pemerintah, institusi, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menghapus diskriminasi terhadap ODGJ. Ini dapat dilakukan melalui kebijakan yang memastikan akses terhadap layanan kesehatan jiwa yang terjangkau dan mudah diakses, termasuk pengobatan, rehabilitasi, dan reintegrasi ke dalam masyarakat. Selain itu, perlu ada perlindungan hukum untuk mencegah tindakan kekerasan dan eksploitasi terhadap ODGJ.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa telah memberikan landasan hukum untuk melindungi hak-hak ODGJ. Undang-undang ini menggarisbawahi pentingnya peran masyarakat dalam melindungi dan memberdayakan ODGJ, serta memastikan ketersediaan layanan kesehatan jiwa yang komprehensif, termasuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

 4. Mempromosikan Narasi Positif dan Pemberdayaan
Mengubah narasi tentang kesehatan jiwa dari yang negatif menjadi positif adalah langkah penting dalam mengurangi stigma. Dengan berbagi cerita keberhasilan orang-orang yang telah berhasil mengatasi gangguan kesehatan mental, masyarakat dapat mulai melihat kesehatan jiwa sebagai perjalanan yang mungkin ditempuh oleh siapa saja dan bukan sebagai label yang memalukan.

Pemberdayaan ODGJ juga sangat penting untuk memastikan mereka dapat hidup mandiri, produktif, dan percaya diri di tengah masyarakat. Upaya pemberdayaan ini melibatkan pelatihan keterampilan, dukungan pekerjaan, dan reintegrasi sosial, sehingga ODGJ dapat berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan bermasyarakat.

 Mengakhiri Stigma Bersama-sama
Mengatasi stigma tentang kesehatan jiwa membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk individu, keluarga, komunitas, profesional kesehatan, dan pemerintah. Dengan meningkatkan edukasi, membangun komunitas pendukung, menghapus diskriminasi, dan mempromosikan narasi positif, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap kesehatan jiwa.

Pada akhirnya, penting untuk diingat bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan. Setiap orang berhak untuk mendapatkan dukungan dan perawatan yang mereka butuhkan tanpa rasa takut atau malu. Dengan bersama-sama menghapus stigma, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi semua individu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.


Sumber : 
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20141011/5211289/stop-stigma-dan-diskriminasi-terhadap-orang-dengan-gangguan-jiwa-odgj/

https://kampusinovatif.id/artikel/generasi-z-memimpin-perubahan-dalam-mengatasi-stigma-kesehatan-mental-di-indonesia

https://kumparan.com/user-20042024143553/menyoroti-stigma-terhadap-kesehatan-mental-mengakhiri-tabu-membangun-kesadaran-22dNOtBVS2G/4
 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.