Mengenal Gangguan Ginjal Akut "Misterius" pada Anak
Sahabat Hermina, gangguan ginjal akut misterius kini tengah menjadi perhatian. Pasalnya, penyakit ini dilaporkan telah menyerang ratusan anak di Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menghimbau agar orang tua mewaspadai gejala gangguan ginjal akut misterius yang terjadi pada anak, terutama adanya gejala yang spesifik berupa penurunan frekuensi dan jumlah urine atau air seni.
IDAI mencatat terdapat lebih dari 100 anak mengalami gangguan ginjal akut misterius sejak Januari 2022. Simak ulasannya di info sehat kali ini. Gangguan ginjal akut adalah kondisi menurunnya fungsi ginjal secara mendadak. Ginjal tiba-tiba berhenti menyaring limbah dan racun dari dalam darah.
Gejala Gangguan Ginjal Akut “Misterius” pada Anak
Gejala gangguan ginjal akut misterius pada anak yang telah dilaporkan, umumnya diawali dengan gejala infeksi seperti demam, batuk, pilek, diare, dan muntah. Setelah 3-5 hari, frekuensi dan volume air kencing anak akan berkurang banyak, bahkan hingga tidak buang air kecil sama sekali. Kondisi ini menandakan adanya perburukan fungsi ginjal yang harus ditangani segera oleh dokter.
Selain itu, orang tua patut waspada jika anak mengalami gejala awal, seperti:
- Demam.
- Batuk dan pilek.
- Muntah, diare.
- Nafsu makan menurun.
- Air kencing sedikit, bahkan tidak keluar sama sekali.
- Sakit atau nyeri di bagian perut.
- Lemas dan lesu.
Penanganan Gangguan Ginjal Akut “Misterius” pada Anak
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Surat ini juga bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan dijadikan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan, terkait penanganan medis penyakit tersebut pada anak.
Dimulai dari diagnosis klinis, yang diawali dengan mengamati gejala dan tanda klinis yang dialami pasien. Contohnya seperti penurunan jumlah urine (oliguria) atau tidak ada sama sekali urine yang keluar (anuria). Pada kondisi ini, anak sudah memasuki fase lanjut, dan harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan seperti rumah sakit.
Ketika anak menerima perawatan di rumah sakit, Kemenkes merekomendasikan pemeriksaan fungsi ginjal (kadar ureum dan kreatinin darah). Jika fungsi ginjal menurun, pemeriksaan lanjutan akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan mencari kelainan yang menyebabkan timbulnya gangguan ginjal akut tersebut.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif gangguan ginjal akut, pasien akan dirawat pada ruangan intensif seperti High Care Unit (HCU) atau Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sesuai indikasi.
Selama proses perawatan, petugas di fasilitas kesehatan akan memberikan obat dan terus memantau seluruh kondisi pasien; termasuk jumlah urine yang keluar, keseimbangan cairan yang masuk dan keluar tubuh, kesadaran, pernapasan, tekanan darah, serta pemeriksaan kreatinin dan laboratorium lain secara serial.
Nah Sahabat Hermina, sebagai tambahan, orang tua juga perlu waspada akan perubahan warna urine anak (pekat atau kecokelatan). Bila terjadi perubahan frekuensi dan volume urine, bahkan anak tidak buang air kecil selama 6-8 jam (di siang hari), anak perlu segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Selain itu, orang tua juga perlu memastikan jika anak sakit, kebutuhan cairan tubuhnya terpenuhi dengan baik melalui minum air yang cukup, sebelum mendapatkan diagnosis atau perawatan yang sesuai. Salam sehat.