Waspada Diare Akut pada Anak, Moms Harus Tahu!

Waspada Diare Akut pada Anak, Moms Harus Tahu!

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Riskesdas 2017, penyebab kematian terbanyak pada anak adalah diare, yaitu 42% dibanding pneumonia yang sebesar 24%. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut saluran cerna yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit. Diare bisa sembuh sendiri, tetapi bisa mengakibatkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu. Untuk bayi dengan ASI eksklusif, definisi diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal.

 

Cara Penularan dan Faktor Risiko

Melalui fekal oral yaitu melalui makanan minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain tidak memberikan ASI eksklusif, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis.

 

Gejala Klinis

Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal berupa diare, sakit perut dan muntah. Kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan syok dan kematian.

Bila terdapat demam kemungkinan karena proses radang atau akibat dehidrasinya. Mual dan muntah adalah gejala yang nonspesifik, tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena virus atau bakteri yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.

Pada pemeriksaan fisik bisa ditemui tanda-tanda dehidrasi, seperti kesadaran menurun, rasa haus meningkat, turgor kulit abdomen menurun, ubun ubun besar cekung, mata cekung, air mata tidak ada, bibir kering, mukosa mulut dan lidah kering. Pernafasan yang cepat pada gangguan elektrolit, akral atau ujung-ujung kaki terasa dingin.

 

Pengobatan

Infeksi usus umumnya bisa sembuh sendiri, tetapi terapi non spesifik dapat membantu penyembuhan pada sebagian pasien dan terapi spesifik dapat memperpendek lamanya sakit dan memberantas organisme penyebabnya.

Pengobatan diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana, yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per oral serta melanjutkan pemberian makanan. Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk mencegah dehidrasi, seperti air tajin dan kuah sayur-sayuran. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia di bawah 1 tahun adalah 50-60 ml, 1-5 tahun 100-200 ml, 5-12 tahun 200-300 ml, di atas 12 tahun 300-400 ml setiap diare.

Untuk anak usia di bawah 2 tahun, cairan diberikan dengan sendok: 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir atau gelas dengan tegukan yang sering.  Bila muntah, hentikan dulu selama 10 menit, kemudian mulai lagi perlahan-lahan.

 

Selain itu, ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (6 kali sehari) serta rendah serat. Buah buahan diberikan terutama pisang. Tunda pemberian makanan yang merangsang (pedas, asam, berlemak).

Penderita diare dengan dehidrasi ringan–sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan diberikan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Jika keadaan membaik dan dehidrasi teratasi maka pengobatan dapat dilanjutkan di rumah. Bila memburuk dan penderita jatuh ke dehidrasi berat penderita tetap dirawat dan diberikan cairan parenteral (infus).

 

Pemberian zinc dapat menurunkan insiden diare. Dapat diberikan pada anak dengan dosis 20 mg per hari selama 10-14 hari, untuk usia di bawah 6 bulan 10 mg per hari. Probiotik dikatakan mempunyai efek protektif terhadap diare, tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

 

Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:

  • Memberikan ASI
  • Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
  • Penggunaan air bersih yang cukup
  • Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan
  • Penggunaan jamban yang bersih oleh seluruh anggota keluarga
  • Membuang tinja bayi yang benar
  • Vaksinasi

Nah, Sahabat Hermina, yuk jaga lingkungan kita agar Si Kecil terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya. Biasakan juga untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum makan atau sehabis memegang benda apapun agar terhindar dari penyakit. Salam sehat.

 

Sumber:

Bambang S, Nurtjahjo BS, Diare Akut, dalam: Buku Ajar Gastrohepatologi Anak Jilid 2. Badan Penerbit IDAI 2020

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7148607/ diakses pada 2024, Acute Diarrhea

https://www.worldgastroenterology.org/UserFiles/file/guidelines/acute-diarrhea-english-2012.pdf diakses pada 2024, Acute diarrhea in adults and children: a global perspective

https://www.patikab.go.id/v2/id/2013/01/25/pencegahan-dan-pengobatan-diare-pada-anak diakses pada 2024, Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Anak

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.