Penyebab Kematian Jantung Mendadak Saat Olahraga

Penyebab Kematian Jantung Mendadak Saat Olahraga

Olahraga adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, manfaat olahraga bagi kesehatan kardiovaskular telah diketahui sangat baik, namun di sisi lain, olahraga dapat meningkatkan risiko kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD) pada individu dengan penyakit kardiovaskular yang sudah maupun belum terdiagnosis. SCD jarang terjadi namun masih merupakan isu yang meresahkan. Ada banyak contoh yang dialami beberapa atlet profesional terkenal, tetapi hal itu hanya menunjukkan permukaan dari fenomena sebenarnya, yang cukup luas meliputi atlet amatir.



SCD saat olahraga didefinisikan sebagai kematian yang terjadi selama atau dalam satu jam setelah berhenti olahraga. Terdapat 92% kasus terjadi selama aktivitas olahraga, 7,4% dalam 30 menit setelah berhenti olahraga, dan hanya sedikit dalam 30-60 menit setelah berhenti olahraga.

 

Perbandingan Atlet dan Non-atlet

Atlet memiliki risiko 2,8 kali lebih tinggi mengalami SCD dibandingkan dengan non-atlet, yang sebagian besar penyebabnya adalah penyakit kardiovaskular yang tidak terdeteksi. Namun, perlu diperhatikan bahwa olahraga bukan merupakan penyebab tunggal dari resiko terjadinya SCD yang lebih tinggi, melainkan kombinasi dari aktivitas fisik yang intens pada atlet dengan penyakit kardiovaskular yang mendasari, yang dapat menimbulkan aritmia atau gangguan irama detak jantung, sehingga menyebabkan henti jantung.

 

Penyebab SCD pada Atlet <35 tahun

Setiap tahun, SCD terjadi pada 1–3/100.000 atlet kompetitif usia <35 tahun di seluruh dunia. Pada atlet yang berusia <35 tahun, penyebab utamanya antara lain kardiomiopati hipertrofik atau penebalan otot jantung, dan penyakit jantung aritmogenik bilik kanan.

 

Penyebab lain terjadinya SCD saat berolahraga antara lain: kelainan bawaan pada anatomi atau bentuk pembuluh darah koroner; commotio cordis yang disebabkan adanya pukulan tumpul pada dada, misalnya terkena lemparan bola; infeksi atau radang otot jantung atau miokarditis; fungsi pompa jantung tidak normal pada kardiomiopati diastolik; kebocoran atau kebuntuan katup jantung seperti prolaps katup mitral dan stenosis aorta; pecahnya pembuluh darah besar pada ruptur aorta, dll.

 

Penyebab SCD pada Atlet >35 tahun

Sedangkan penyebab utama kematian jantung mendadak pada atlet yang berusia >35 tahun adalah penyakit jantung koroner. Frekuensi terjadinya kematian jantung mendadak pada populasi ini berkisar dari 1/15.000 hingga 1/50.000, terutama dialami oleh laki-laki. Pada sebagian besar kasus, sebelumnya penderita menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada atlet <35 tahun, hanya 30% yang melaporkan gejala sebelumnya. Terdapat penurunan jumlah mortalitas atau kematian sebanyak 40-60% pada kasus yang disebabkan penyakit kardiovaskular dengan olahraga intensitas sedang tiga kali atau lebih dalam seminggu. Perlu diperhatikan pula bahwa manfaat olahraga teratur lebih besar daripada risiko SCD pada lansia.

 

Patofisiologi terjadinya SCD

Dari sudut pandang patofisiologi, kematian jantung mendadak dapat terjadi secara mekanis atau elektrik (aritmik). Secara mekanis dapat berupa fungsi jantung yang menurun karena penyumbatan akut pada sirkulasi darah atau tamponade jantung yaitu adanya air yang berlebihan pada selaput pembungkus jantung, syok akibat perdarahan masif seperti ruptur atau pecahnya aorta ekstraperikardial, perdarahan saluran pencernaan atau gastrointestinal, atau karena adrenal septic apoplexy. Namun, pada lebih dari 90% kasus, mekanismenya bersifat elektrik (aritmik), dengan gangguan pompa jantung akut yang disebabkan oleh asistol (tidak ada aktivitas elektrik pada elektrokardiogram atau EKG) atau fibrilasi ventrikel (detak jantung cepat dan tidak beraturan).

 

Cookie membantu kami memberikan layanan kami. Dengan menggunakan layanan kami, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.